Selasa (5/3) sekitar pukul 05.00 pagi, sopir dan para penumpang bus karyawan sebuah pabrik di Kawasan Industri MM2100 di Cikarang dibuat heran. Di depan bus mereka, sebuah angkutan kota (angkot) warna merah KWK T 03 berpelat B 2312 PG yang ditumpangi sepasang pria dan wanita terlihat melemparkan sejumlah kantong plastik di sepanjang jalan tol Jakarta-Cikampek tanpa menghentikan laju mobilnya.
Penasaran, sopir bus terus mengikuti angkot itu. Yusuf (35), penumpang bus, bahkan mencatat nomor pelat angkot itu. "Siangnya, di teve ada berita ditemukannya potongan mayat perempuan di tol Jakarta-Cikampek. Yusuf lalu mengontak Traffic Management Centre (TMC) Polda Metro Jaya untuk melaporkan apa yang dilihatnya. Berdasarkan laporan itu, TMC Polda menghubungi Polsek Makassar, Jakarta Timur," papar Kasubag Humas Polrestro Jakarta Timur Kompol Didik Hariyadi, Kamis (7/3).
Polsek Makassar lalu memulai penyelidikan dengan mencari pemilik angkot. Dari sopir angkot yang sehari-hari mengemudikan angkot tersebut, polisi mengetahui, angkotnya disewa pria bernama BS yang biasa disapa Imp, (36) dan Tn (39) seharga Rp 250 ribu. "Yang bayar Tn. Menurut sopir itu, ketika dikembalikan angkotnya berbau busuk mayat," ujar Didik.
Setelah mengumpulkan bukti-bukti, polisi lalu menangkap Imp dan Tn di warung soto dan jamu milik Imp di belakang terminal Kampung Rambutan, Jakarta Timur, Rabu (6/3) pukul 20.00. Kepada polisi, keduanya mengaku, mereka lah yang membuang mayat Darna Sri Astuti (32) atau Tuti, istri Imp.
Imp juga mengaku, semula ia dan Tuti bertengkar pada Minggu (3/3) sekitar pukul 23.00. Ia memukuli Tuti sambil memasukkan tangannya ke kemaluan istrinya itu. "Akibat mengalami perdarahan, korban meninggal dunia esoknya pukul 10.00," imbuh Didik.
Selasa (5/3) pukul 02.00, Imp lantas memutilasi mayat istrinya di atas kasur menjadi enam bagian. Masing-masing dimasukkan ke dalam kantong plastik. Bersama Tn yang tak lain pembantunya, pria berjanggut panjang ini membuang potongan mayat istrinya di sepanjang jalan tol Jakarta-Cikampek di enam titik, mulai KM 0,2 hingga KM 3,8.
Menurut pengakuan Imp kepada polisi, ia melakukan itu karena cemburu Tuti selingkuh, tapi tak tahu dengan siapa. Namun Imp membantah, potongan tubuh korban yang tak ditemukan di jalan tol sudah dimasak dan disuguhkannya ke teman-temannya yang datang ke warung untuk minum tuak, seperti yang banyak beredar di warga setempat. "Menurut pelaku, dibuang ke kali," tutur Didik.
Dari hasil penyidikan, polisi menyita barang bukti berupa golok, pisau, dan angkot Suzuki Carry yang digunakan Imp dan Tn saat beraksi. Atas perbuatannya, Imp diancam pasal 338 KUHP Yo 351 KUHP tentang pembunuhan dan penganiayaan, dan Tn dituduh melanggar pasal 55 KUHP Yo 56 KUHP karena turut serta melakukan tindak pidana dan membantu melakukan kejahatan.
Ditemui di kantor polisi, Imp menolak diwawancara. "Tolong, saya sedang galau," tandasnya lirih tanpa ekspresi. Sementara Tn, mengaku tak tahu saat pembunuhan dan mutilasi terjadi karena sibuk melayani pembeli di warung yang konon tak pernah tutup itu. Namun ia merasa punya feeling Tuti dibunuh Imp yang ia sapa Abang. Hanya saja, ia tak berani bertanya kepada pria yang menurutnya sering menampar dan memarahinya itu.
"Saya hanya dimintai tolong membuang kantong plastik saat angkot berjalan di jalan tol. Saya sebetulnya sudah mencium bau tak enak dari kantong plastik itu, tapi enggak berani tanya ke Abang. Saya baru tahu setelah plastik itu saya buang. Saya lihat ada kaki keluar dari plastik," ujarnya yang mengaku kaget, kasihan, sekaligus deg-degan setelah tahu Tuti meninggal. "Tapi saya masih menghormati Abang. Saya sudah menganggapnya kakak."
Setelah membuang mayat Tuti, keduanya mengaku menuju Cileungsi, ke rumah adik tiri Imp. Sorenya, keduanya kembali ke warung yang sekaligus jadi tempat tinggal Imp, Tuti, dan Tn. Sambil menyetir, menurutnya, Imp berkali-kali minum tuak. Tn mengaku, sudah tiga bulan terakhir tinggal bersama Imp dan Tuti. Sejak itu, ia belum pernah pulang ke Karanganyar, Kab. Sukoharjo, tempat suami dan dua anaknya yang berusia 17 tahun dan 5 tahun tinggal. Sebelumnya, ia sebulan sekali mudik. "Sampai kini suami belum tahu kasus ini."
Kamis (7/3) siang, polisi melakukan rekonstruksi kasus mutilasi yang dilakukan Imp di warung miliknya. Sejak pagi, warga sudah mengerumuni warung yang diberi garis polisi itu. Ketika Imp dan Tn dikeluarkan dari mobil polisi, warga langsung mencemooh keduanya seraya berdesakan ingin melihat lebih dekat sosok Imp dan Tn, sambil mengabadikan gambar mereka.
Melihat berita di teve yang menyebutkan Tuti berselingkuh hingga menyebabkan Imp gelap mata memutilasinya, Karmanto (28) heran. Pria yang berjualan nasi persis di sebelah kiri warung Imp ini tak percaya Tuti berselingkuh. "Justru yang selingkuh itu Imp. Tn si pembantunya itulah selingkuhannya," tegas Karmanto saat ditemui di warungnya, Kamis (7/3).
Karmanto sudah 10 tahun berjualan nasi di situ. "Imp dan Mbak Tuti baru tiga tahun tinggal di situ, sedangkan pembantunya baru tiga bulanan. Sejak dulu Imp jualan tuak di situ, tapi karena sering dirazia polisi, dia buka warung soto dan jamu sebagai kedok sejak tiga bulan lalu. Dulu dia sopir angkot, tapi dipecat karena hobi mabuk tuak."
Sampai pada hari Imp dicokok polisi, imbuh Karmanto, pria itu masih berjualan seperti biasa seolah tak ada masalah apa-apa. "Hari Senin juga jualan, tapi Selasa warungnya tutup. Mungkin saat itulah dia buang mayat. Biasanya, 24 jam nonstop warungnya buka. Sering saya dengar suara bak-buk orang dipukuli dari warung sebelah, tapi Mbak Tuti enggak pernah teriak, diam saja. Dia sudah langganan dipukuli suaminya, sampai mukanya bonyok," tambah Karmanto.
Pria bertubuh kecil ini menambahkan, biasanya suara itu beberapa hari berhenti, lalu terdengar lagi. Kadang, lukanya belum sembuh sudah dipukuli lagi. "Imp, kalau menghajar enggak tanggung-tanggung, kadang tangan istrinya dilempar gelas sampai berdarah. Cuma gara-gara lama mengambilkan sesuatu saja bisa bikin wajahnya dipukuli," paparnya. Ia mengaku tahu hal itu lantaran, meski wajahnya babak belur, Tuti biasanya tetap menyapu jalanan depan warung dan mampir ke warung Karmanto untuk beli lauk. Bahkan, pemukulan itu pernah dilakukan di depannya.
Mencuci Ayam
Meski bertetangga baik, Karmanto tak pernah mencampuri urusan rumah tangga Imp-Tuti. Hanya saja, terkadang ia bertanya apa yang terjadi pada perempuan asal Jambi itu. "Mbak Tuti enggak pernah cerita. Paling bilang, habis dipukuli. Dia juga bilang, suaminya selingkuh. Mbak Tuti orangnya sabar dan baik. Ke orang yang lewat di depan warung saja ramah. Kalau kami kesulitan air, dia suka bawa 1-2 ember air dari warungnya. Di sana, kan, ada keran air," ujar pria asal Solo ini.
Tn, menurut Karmanto, sebelumnya penjual jamu keliling di terminal Kampung Rambutan. Suatu hari, ketika lewat di depan warung Imp, ia dihentikan pria itu. "Imp minta dia jualan jamu di warungnya saja, tak perlu keliling lagi. Sejak itu Tn ikut Imp dan Mbak Tuti. Ternyata, Tn dipacari Imp. Kalau pas memergoki mereka berdua, saya suka malu sendiri. Di depan banyak orang mereka suka bermesraan. Pernah, suatu malam saya lihat mereka tidur satu selimut berdua di luar warung."
Kala sore, kata Karmanto lagi, Imp sering tidur di pangkuan Tn sambil kepalanya dielus-elus. Akan halnya Tuti, imbuh pria berkulit gelap ini, hanya bisa menahan perasaan melihat perilaku Imp-Tn. Terakhir, Karmanto mendengar suara orang dipukuli sekitar beberapa hari sebelum Imp ditangkap. Setelah itu, Tuti tak terlihat keluar warung. Menurut pengakuan Tn kepadanya, Tuti sakit. Karmanto tak menyangka, sejak itulah Tuti tak pernah terlihat lagi. Lama-lama, Karmanto curiga.
Ia juga mengaku melihat di tengah malam angkot 03 berhenti di depan warung Imp. Karmanto juga curiga, kasur yang dibakar Imp dan Tn saat ia hendak buang sampah, Selasa (5/3) pukul 01.30 di seberang warung nasinya, penuh noda darah. Air dari dalam warung Imp, menurutnya, juga mengalir terus sampai ke jalanan dengan bau sangat amis selama tiga hari berturut-turut, dari pagi sampai malam.
"Warga sampai protes, karena airnya mengalir cukup jauh. Kata Tn, sih, mereka sedang mencuci ayam. Warga jadi curiga," imbuhnya. Rabu sore, Imp membakar sesuatu dari dalam warung yang menurut Karmanto baunya sangat aneh. "Asapnya masuk ke warung saya semua. Eh, malamnya dia ditangkap polisi. Saya kira polisi mau jajan, ternyata nangkep Imp. Saya jadi curiga, jangan-jangan air amis itu memang buat nyuci mayat."
Hasuna Daylailatu
KOMENTAR