Setelah membuang mayat Tuti, keduanya mengaku menuju Cileungsi, ke rumah adik tiri Imp. Sorenya, keduanya kembali ke warung yang sekaligus jadi tempat tinggal Imp, Tuti, dan Tn. Sambil menyetir, menurutnya, Imp berkali-kali minum tuak. Tn mengaku, sudah tiga bulan terakhir tinggal bersama Imp dan Tuti. Sejak itu, ia belum pernah pulang ke Karanganyar, Kab. Sukoharjo, tempat suami dan dua anaknya yang berusia 17 tahun dan 5 tahun tinggal. Sebelumnya, ia sebulan sekali mudik. "Sampai kini suami belum tahu kasus ini."
Kamis (7/3) siang, polisi melakukan rekonstruksi kasus mutilasi yang dilakukan Imp di warung miliknya. Sejak pagi, warga sudah mengerumuni warung yang diberi garis polisi itu. Ketika Imp dan Tn dikeluarkan dari mobil polisi, warga langsung mencemooh keduanya seraya berdesakan ingin melihat lebih dekat sosok Imp dan Tn, sambil mengabadikan gambar mereka.
Melihat berita di teve yang menyebutkan Tuti berselingkuh hingga menyebabkan Imp gelap mata memutilasinya, Karmanto (28) heran. Pria yang berjualan nasi persis di sebelah kiri warung Imp ini tak percaya Tuti berselingkuh. "Justru yang selingkuh itu Imp. Tn si pembantunya itulah selingkuhannya," tegas Karmanto saat ditemui di warungnya, Kamis (7/3).
Karmanto sudah 10 tahun berjualan nasi di situ. "Imp dan Mbak Tuti baru tiga tahun tinggal di situ, sedangkan pembantunya baru tiga bulanan. Sejak dulu Imp jualan tuak di situ, tapi karena sering dirazia polisi, dia buka warung soto dan jamu sebagai kedok sejak tiga bulan lalu. Dulu dia sopir angkot, tapi dipecat karena hobi mabuk tuak."
Sampai pada hari Imp dicokok polisi, imbuh Karmanto, pria itu masih berjualan seperti biasa seolah tak ada masalah apa-apa. "Hari Senin juga jualan, tapi Selasa warungnya tutup. Mungkin saat itulah dia buang mayat. Biasanya, 24 jam nonstop warungnya buka. Sering saya dengar suara bak-buk orang dipukuli dari warung sebelah, tapi Mbak Tuti enggak pernah teriak, diam saja. Dia sudah langganan dipukuli suaminya, sampai mukanya bonyok," tambah Karmanto.
Pria bertubuh kecil ini menambahkan, biasanya suara itu beberapa hari berhenti, lalu terdengar lagi. Kadang, lukanya belum sembuh sudah dipukuli lagi. "Imp, kalau menghajar enggak tanggung-tanggung, kadang tangan istrinya dilempar gelas sampai berdarah. Cuma gara-gara lama mengambilkan sesuatu saja bisa bikin wajahnya dipukuli," paparnya. Ia mengaku tahu hal itu lantaran, meski wajahnya babak belur, Tuti biasanya tetap menyapu jalanan depan warung dan mampir ke warung Karmanto untuk beli lauk. Bahkan, pemukulan itu pernah dilakukan di depannya.
Mencuci Ayam
Meski bertetangga baik, Karmanto tak pernah mencampuri urusan rumah tangga Imp-Tuti. Hanya saja, terkadang ia bertanya apa yang terjadi pada perempuan asal Jambi itu. "Mbak Tuti enggak pernah cerita. Paling bilang, habis dipukuli. Dia juga bilang, suaminya selingkuh. Mbak Tuti orangnya sabar dan baik. Ke orang yang lewat di depan warung saja ramah. Kalau kami kesulitan air, dia suka bawa 1-2 ember air dari warungnya. Di sana, kan, ada keran air," ujar pria asal Solo ini.
Tn, menurut Karmanto, sebelumnya penjual jamu keliling di terminal Kampung Rambutan. Suatu hari, ketika lewat di depan warung Imp, ia dihentikan pria itu. "Imp minta dia jualan jamu di warungnya saja, tak perlu keliling lagi. Sejak itu Tn ikut Imp dan Mbak Tuti. Ternyata, Tn dipacari Imp. Kalau pas memergoki mereka berdua, saya suka malu sendiri. Di depan banyak orang mereka suka bermesraan. Pernah, suatu malam saya lihat mereka tidur satu selimut berdua di luar warung."
Kala sore, kata Karmanto lagi, Imp sering tidur di pangkuan Tn sambil kepalanya dielus-elus. Akan halnya Tuti, imbuh pria berkulit gelap ini, hanya bisa menahan perasaan melihat perilaku Imp-Tn. Terakhir, Karmanto mendengar suara orang dipukuli sekitar beberapa hari sebelum Imp ditangkap. Setelah itu, Tuti tak terlihat keluar warung. Menurut pengakuan Tn kepadanya, Tuti sakit. Karmanto tak menyangka, sejak itulah Tuti tak pernah terlihat lagi. Lama-lama, Karmanto curiga.
Ia juga mengaku melihat di tengah malam angkot 03 berhenti di depan warung Imp. Karmanto juga curiga, kasur yang dibakar Imp dan Tn saat ia hendak buang sampah, Selasa (5/3) pukul 01.30 di seberang warung nasinya, penuh noda darah. Air dari dalam warung Imp, menurutnya, juga mengalir terus sampai ke jalanan dengan bau sangat amis selama tiga hari berturut-turut, dari pagi sampai malam.
"Warga sampai protes, karena airnya mengalir cukup jauh. Kata Tn, sih, mereka sedang mencuci ayam. Warga jadi curiga," imbuhnya. Rabu sore, Imp membakar sesuatu dari dalam warung yang menurut Karmanto baunya sangat aneh. "Asapnya masuk ke warung saya semua. Eh, malamnya dia ditangkap polisi. Saya kira polisi mau jajan, ternyata nangkep Imp. Saya jadi curiga, jangan-jangan air amis itu memang buat nyuci mayat."
Hasuna Daylailatu
KOMENTAR