Ian dengan sigap mencoba membantu tetangganya namun ia terkesiap ketika pistol ditodongkan ke arah wajahnya. "Pistol itu udah dekat dengan wajah saya dan ketika 2 kali di tembakkan sepertinya peluru habis dan perampok sudah mundur dan kabur,saya kemudian lihat Yogi dan Kriston sudah berlari mengejar perampok yang memegang pisau,saya ikut berlari mengejar dan berusaha bantu,tapi pas saya sampai kedua kakak adik ini sudah terduduk" jelasnya.
Dengan tangan kosong Ian yang tak punya keahlian beladiri mencoba melawan perampok dengan instingnya. "Saat itu saya terus berteriak 'Rampok...Rampok'. Akhirnya datang teman saya, Jumhari,dengan membawa clurit," jelasnya. Sayang, Jumhari yang berniat membantu Ian melawan perampok malah tersungkur bersimbah darah dan nyawanya tak tertolong.
"Dari cara perampok itu melukai banyak orang terlihat dia ahli memainkan pisaunya jadi kalau dibilang dia amatir rasanya tidak,saya hanya fokus untuk bertahan dan mencoba melumpuhkan perampok jadi saya tidak tahu bagaimana kondisi Jumhari saat itu" sesal Ian.
Tak hanya Jumhari yang saat itu ikut melawan perampok,beberapa teman Ian pun sempat berdatangan seperti Toriq dan Hari. "Mereka pun juga kena sabetan pisaunya perampok ini walaupun tak seberapa, walaupun sudah terkepung perampok ini memang bernyali dan tidak takut bahkan masih mengancam,sini kalau mau mati,"beber Ian geram.
Dari logat bicaranya Ian menerka bahwa kawanan perampok itu berasal dari sebrang. "Logat bicaranya bukan dari jawa atau medan tapi kayaknya memang dari sebrang," yakinnya.
Hinggi kini Ian masih dihinggapi rasa was-was dan khawatir r pasca kejadian perampokan. "Resikonya saya juga was-was banyaknya pemberitaan bisa membuat wajah saya dikenal sama komplotan mereka, jadi saya berharap pihak kepolisian benar-benar memberantas semua kawanan perampok yang meresahkan masyarakat ini," ucapnya bersungguh-sungguh.
Swita.
KOMENTAR