Selain YAI ada beberapa Yayasan lain yang juga memiliki visi dan misi yang sama. Di antaranya adalah Yayasan Pita Kuning Anak Indonesia (Community for Children with Cancer / C3). Bunga Intani (21) Humas YPKAI mengatakan bahwa sejak dibentuk pada tahun 2006 silam, YPKAI sudah membantu banyak anak penderita kanker di Indonesia.
Salah satu penggagas YPKAI adalah Dr. Edi Setiawan Tehuteru, Spa, MHA, IBCLC dan Pandji Pragiwaksono, penyiar, penulis dan pembawa acara televisi. "Ketika dr. Edi kembali ke Indonesia usai sekolahnya di Belanda tahun 2006, dia melakukan perubahan di bangsal anak RS Dharmais. Di bangsal tersebut, kesan Rumah Sakit dihilangkan. Salah satu caranya adalah dokter dan perawat memakai baju biasa, sehingga anak dengan kanker tidak merasa takut selama melakukan pengobatan," ucap Bunga Intani (21), Humas YPKAI.
Menjadi relawan yang fokus membantu anak yang menderita kanker menurut Bunga penuh dengan segala suka dan duka. "Sukanya kebetulan saya suka anak-anak, jadi senang berkumpul bersama anak-anak. Dukanya kalau ada anak yang meninggal. Susah awalnya, karena sedih juga kan?"
Mengenai pendanaan, Bunga menyatakan bahwa YPKAI memiliki beberapa program, di antaranya sebuah agenda tetap bertajuk Shave For Hope yang digawangi Steny Agustaf, seorang penyiar, aktor dan pembawa acara televisi. "Selain untuk menggalang dana, acara ini mewujudkan dukungan psikologis bagi anak-anak penderita kanker," terangnya.
Selalui organisasi yang dibuatnya, Pink Shimmer. Penyintas kanker payudara, Dinda Nawangwulan (35) sejak 2010 silam aktif membantu penderita kanker di Indonesia. Bergelut dengan kanker yang dideritanya sejak 2007 hingga 2011 dinyatakan sembuh, perempuan ini terus membagi pengalaman dan membantu mereka yang masih hidup dengan kanker.
Dihubungi Kamis (7/2) sore, Dinda, begitu perempuan ini biasa disapa mengaku sangat beruntung menjadi penyintas kanker. "Bagiku, penyakit ini adalah sebuah blessing. Karena aku menemukan kesempatan hidup yang mungkin jika aku tidak terkena penyakit ini tidak akan pernah merasakan itu. Aku bisa menemukan kebebasan, menikah dan melakukan kegiatan yang aku sukai," terangnya.
Tidak seperti penderita kanker lainya. Dinda coba untuk selalu berpikir positif dan berusaha mengisi waktu agar tidak terlalu berlarut-larut dalam kesedihan. "Aku coba melakukan apa yang aku suka. Agar perawatan maksimal, aku berhenti bekerja di sebuah Law Firm."
Bukan berarti tidak melakukan apa-apa selama menjalani pengobatan, "Aku ikut kursus kecantikan yang memang selama ini aku inginkan. Usai kursus, aku juga menerima berbagai tawaran untuk make up dan pemotretan, loh," tuturnya seraya tertawa.
Awal menjalani terapi kemo, Dinda berkenalan dengan Alex Abimanyu seorang pria yang kemudian menjadi suaminya. Dua tahun membina keluarga, Maret 2010 Alex meninggal dunia akibat sakit jantung. "Sempat down selama beberapa bulan sampai kemudian aku berikir untuk bangkit. Alex adalah orang yang sangat positif, pasti dia juga enggak mau melihat saya seperti itu. Alex adalah orang yang rela bekerja keras agar saya bahagia. Alex tidak pernah ingin saya bersedih," tukasnya.
Di tengah perjuangan melawan kanker dan kesedihan ditinggal pasangan, Dinda terus merintis usaha bernama Shimmer Inc. Bekerja sama dengan seorang teman yang kebetulan fotografer, Adi Siagian, Shimmer Inc menawarkan jasa fotografi untuk beragam acara dan kebutuhan. "Termasuk untuk foto profil di media sosial," tukasnya seraya tertawa.
KOMENTAR