Bubur buah kini menjadi lahan bisnis yang menguntungka. Belum banyak yang memproduksi bubur buah alias puree. Pria asal Losari, Cirebon ini salah satu yang berhasil mengembangkan produknya. Bisa jadi masih banyak yang belum akrab dengan bubur buah atau puree. "Ini benar-benar bubur. Buah yang dijadikan bubur, tanpa campuran apa-apa. Biasanya, puree digunakan untuk bahan membuat jus. Juga untuk topping kue, campuran ice cream dan yoghurt," tutur H. Sholeh Kurdi (49), saat ditemui di rumahnya.
Ketika musim mangga tiba, Sholeh membuat puree mangga dengan salah satu unggulan jenis mangga gedong dan arumanis. Untuk tahun ini, Sholeh sudah mendapat pesanan dari pabrik jus untuk menyiapkan puree mangga sebanyak 35 ton. "Pesanan sebanyak ini butuh 70 ton mangga. Saya sudah kerja sama dengan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktani) di Cirebon. Mereka setor mangga ke saya."
Biasanya, ketika panen raya, harga mangga di pasaran jadi lebih murah. Namun Sholeh membeli di Gapoktani dengan harga normal. "Ini menguntungkan petani. Harganya jadi lebih stabil," ujar Sholeh seraya mengatakan, membuat puree mangga merupakan pengembangan usahanya.
Jauh sebelumnya, Sholeh memulai usaha membuat nata de coco sejak 1996. Alumni Teknologi Pangan, Universitas Sudirman ini terinspirasi setelah melihat usaha nata de coco di Cianjur. Ia membayangkan, "Di Cianjur yang hawanya dingin saja laku, apalagi di wilayah Cirebon yang lebih panas," kisah Sholeh yang kemudian menamai nata de coco-nya Coco Moya.
Di tahun 1999-2000, usahanya booming sampai ia bisa menunaikan ibadah haji. Usaha inilah yang membuatnya jadi binaan sebuah departemen yang menawarkan program penelitian pengembangan pengolahan puree mangga. Ia dipilih karena Cirebon termasuk sentra mangga dengan banyak varian. Ia pun difasilitasi medin dan untuk memproduksi puree mangga.
Setelah mengalami trial and error dan sempat merugi, pada 2005 akhirnya ia mampu memproduksi puree mangga dengan kualitas baik. Selanjutnya, Sholeh mendapat kesempatan ikut pameran di Semanggi Expo, Jakarta. Sholeh memberi nama usaha pree mangganya Puresso. Yang membanggakan Sholeh, yang meresmikan dan melaunching Puresso adalah Menteri Pertanian waktu itu, Anton Apriantono. "Pameran ini membawa berkah. Acaranya dihadiri banyak pihak termasuk calon pembeli," papar Sholeh.
Beberapa pabrik jus besar menjadi pembeli seriusnya. Tak tanggung-tanggung, setelah mengetahui kualitas produk Puresso, "Mereka langsung pesan puree mangga dan sirsak. Oh ya, selain mangga, saya memang bikin puree sirsak dan jeruk lemon. Dan berkembang ke berbagai buah, seperti puree jambu biji dan stroberi."
Dengan diversikiasi usaha ini, usaha puree milik Sholeh tak lagi musiman. "Saat musim mangga, pesanan puree mangga memang kencang. Saya mesti menambah karyawan musiman. Ibu-ibu petani di sekitar rumah saya rekrut jadi tenaga pengupas mangga," papar Sholeh yang kini memiliki 12 karyawan tetap.
Selanjutnya Sholeh mengatakan, berkat puree buah, orang tak sulit lagi membikin jus di luar musim buah itu. "Bisa kapan saja. Nah, saya tetap terus mengembangkan usaha. Saya berancang-ancang membuat waralaba. "
Rini Sulistyati, Henry Ismono
KOMENTAR