Dalam film terbarunya yang berjudul 3 Nafas Likas, Atiqah Hasiholan didapuk sebagai Likas, perempuan asal Tanah Karo, Sumatera Utara, yang berkarakter kuat. Ia harus menjalani kehidupan penuh perjuangan yang menuai banyak inspirasi. Film ini terasa istimewa karena selain tema cinta yang diusung dari sudut pandang perempuan, sebenarnya sosok Likas sendiri masih hidup hingga sekarang.
Sebagai tokoh utama yang menginspirasi adanya film ini, Atiqah pun berujar dirinya merasa tertantang, "Jujur saya suka ceritanya dan ide yang mengangkat sosok perempuan. Tanpa mengucilkan peran dan tokoh perempuan lainnya, saya lihat masih banyak perempuan yang selama ini figurnya masih kurang dikenal. Mereka melewati masa perang sebelum kemerdekaan dan saat di mana kaum perempuan ikut terintimidasi. Mereka berbuat sesuatu, tapi nama mereka tidak dikenal. Dan inilah sosok Ibu Likas dari Sumatera Utara," ujar Atiqah saat berkunjung ke Redaksi NOVA minggu lalu.
Ia mengaku langsung jatuh hati saat mengetahui perjalanan hidup seorang Likas yang lahir dalam budaya Karo, yang kental budaya patriarki. Para perempuan di sana tak punya banyak kebebasan. "Di sini saya berperan sebagai perempuan kuat meski lahir dalam budaya yang sangat mengekang. Likas tahu apa yang dia mau karena Likas tipikal perempuan yang tidak mau ditindas. Karakter itu sudah terlihat saat ia masih kecil ketika ia ingin menjadi guru. Padahal, hal itu dianggap tak lazim di zaman tersebut."
Dipercaya memerankan tokoh yang masih hidup sampai saat ini juga menjadi tantangan tersendiri bagi Atiqah, "Itu yang membedakan dengan peran sebelumnya. Alhamdulillah, beliau masih hidup sampai sekarang dan kami bisa mengobrol. Jadi, kalau dibandingkan memerankan sebuah peran yang sosoknya sudah tidak ada dalam kehidupan nyata, saya pasti kesulitan."
Atiqah memang dapat mengatasi hal tersebut hingga mampu menyajikan akting yang sangat natural, "Meski baru pertama kali bertemu dengan Ibu Likas, beliau begitu sehat. Usianya sudah 90 tahun. Saat kami ngobrol, ingatan beliau sangat tajam dan detail. Energi beliau juga sangat luar biasa. Dari situ saya yakin beliau orang yang sangat kuat dan positif untuk dirinya," ujar Atiqah yang menyerap karakter tersebut untuk menjiwai perannya.
Selama mengobrol bersama NOVA, ia juga mengenang proses syuting yang cukup dramatis. Pasalnya, ada beberapa adegan yang membuat Atiqah harus mengeluarkan usaha ekstra dalam berakting, "Salah satunya ada scene di mana saya sebagai Likas harus mengejar pesawat demi menitipkan surat untuk suami saya (Djamin Ginting). Padahal, saya memakai kebaya lengkap dan berlari-lari di bandara Polonia untuk mengejar pesawat. Kebayang enggak? Ha...ha...ha. Ya, pokoknya banyak proses syuting yang tidak bisa dilupakan karena di film ini. Rako (sutradara) banyak menampilkan peristiwa besar secara dramatis," ungkap Atiqah yang juga memilih berinteraksi di tengah masyarakat Karo demi mendalami bahasa dan dialek khas mereka.
Di film ini, Atiqah juga beradu akting dengan Vino G. Bastian yang berperan sebagai Djamin Ginting. Ia mengaku tak kesulitan dalam membangun chemistry dengan Vino sebagai pasangan suami-istri, "Saya mengenal Vino dan bekerja secara profesional dengan dia sudah cukup lama. Vino juga tipikal orang yang spontan saat syuting dan itu yang membuat saya juga mudah terpancing untuk berdialog dengan dia. Jadi, memang tidak ada kesulitan yang berarti," ujar Atiqah yang mengaku nyaman berakting bersama Vino.
Sahabat Terdekat
Namun, meski sering beradu akting dengan lawan jenis, sebagai seorang istri, perempuan kelahiran Jakarta, 3 Januari 1982 ini mengaku tak serta merta langsung menerima peran-peran menarik yang disodorkan kepadanya. Walaupun terlahir sebagai seorang seniman, Atiqah menyadari statusnya yang kini sudah memiliki suami, Rio Dewanto, yang juga satu profesi dengannya. Sebagai istri, Atiqah mengaku selalu mendiskusikan banyak hal dengan Rio. Termasuk soal pekerjaan. "Buat saya dia adalah sahabat terdekat dan teman hidup. Pastinya kami saling sharing layaknya pasangan suami-istri lainnya," ujarnya.
Atiqah juga berujar meski ia dan Rio sama-sama disibukkan pekerjaan di dunia hiburan, namun tak berarti keduanya lupa untuk saling memotivasi satu sama lain terkait pekerjaan. Begitupun dalam meluangkan waktu bersama. Hal itu semata dilakukan bukan hanya untuk melepas penat, tapi karena Atiqah dan Rio juga tetap mendamba kehadiran anak untuk melengkapi biduk rumah tangga yang mereka bina.
Tak Ikut Program
KOMENTAR