Sayangnya, kata pria berkacamata ini, baru tiga hari beli Vespa kesayangannya itu mengalami kecelakaan kecil alias terjatuh dan membentur aspal. Tak pelak lagi, ia harus memasukkan motornya ke bengkel.
"Nah, di sinilah mulainya. Tadinya Vespa ini cuma mau dicat ulang karena lecet habis jatuh, tapi rasanya tanggung dan jadinya saya tambahin cat striping, beli aksesoris, ganti jok kulit, mesinnya juga diganti ini dan itu. Seru aja. Sampai akhirnya bosan sendiri, ha ha ha...," paparnya sambil tertawa.
Selanjutnya, Darto semakin tertantang mengutak-atik motor dengan lebih canggih. Artinya, membangun sebuah motor dari awal. Tak lama, ia pun tertarik membeli motor klasik merek Honda CX500 yang tergolong langka, produksi tahun 1982. Mulailah ia memasukkan motornya ke bengkel langganannya, Protechnics, yang berada di kawasan Rempoa.
"Bengkel langganan ini proses pengerjaannya lama, tapi detail sekali dan bikin saya puas sama hasilnya. Tapi karena lama menunggu sampai benar-benar jadi motornya, saya jual Vespa yang sudah didandani, lalu saya beli Kawasaki yang mengeluarkan seri klasik Estrella 250 cc."
Mengaku tak betah melihat penampilan standar Estrella 250 cc, ia pun mulai merombaknya. "Saya ganti stangnya, joknya, spakbornya, knalpotnya, wah pokoknya hampir semua saya ganti. Enggak ada habisnya, deh, ganti-ganti aksesoris dan mesin. Ha ha ha..."
Darto mengaku paling suka mengganti motor pada bagian tampilannya, seperti mengganti ban dan velg dengan yang ukurannya lebih besar, juga tangki, spakbor, jok, lampu, spiom, dan catnya. Termasuk mesin dengan mangganti piston, porting, bore up, dan lainnya agar tarikannya makin yahud.
Untuk hobinya ini, Darto memang harus lebih dalam merogoh isi kantongnya. "Kisarannya dari Rp20 juta sampai tak terbatas. Kalau modifikasinya kelas kakap, bisa sampai Rp300 jutaan, hampir sama dengan harga motornya. Ngeriiii..." ujar Darto yang mengaku kecanduan berbelanja aksesori motor secara onlline melalui e-bay hingga tagihan kartu kreditnya membengkak.
Lantas, kapan saja Darto mengendarai motornya? "Oh, setiap hari saya pakai motor, lho! Kalau mau syuting dari tempat siaran, kan, harus ngebut. Kalau naik mobil, pasti enggak terkejar waktunya. Jakarta, kan, macet banget."
Makki "Ungu" Pilih Naik Vespa Agar Terbebas Macet
Tak heran jika salah satu gitaris band Ungu ini memilih mengendarai kendaraan roda dua setiap harus menghadiri banyak acara. "Saya punya dua motor di rumah, Harley Davidson dan Vespa. Tapi yang Harley saya pakai enggak setiap hari, sih. Justru saya lebih banyak pakai Vespa," tuturnya saat ditemui di kawasan Kuningan beberapa waktu lalu. Pada kesempatan ini pun ia mengendarai Vespanya.
Semula, ia masih bertahan ke mana-mana menyetir mobil pribadinya. Namun lama kelamaan, Makki mengaku tak tahan berada berjam-jam hanya untuk melewati sebuah ruasa jalan saja. "Akhirnya saya pilih setia hari pakai Vespa. Lebih efektif dan sudah pasti enggak kena macet. Kalau hapal jalan tikus, lebih bagus lagi, ha ha ha..." ujarnya lagi.
Namun begitu, Makki bukanlah tipe penyuka kendaraan roda dua yang terlalu mengutak-atik kondisi motornya. Ia justru mengaku lebih suka tampilan motor klasik yang original, tanpa ada modifikasi apa pun. "Alasannya, sih, karena saya enggak punya waktunya, selain itu juga saya lebih suka bentuk motor yang original, enggak macam-macam."
Makki juga mengatakan, merasa lebih nyaman ketika mengendarai motor yang masih asli dan belum tersentuh tangan montir untuk dimodifikasi. Namun ia mengaku tetap rutin mengecek kondisi motornya ke bengkel agar tarikannya tetap oke saat dikendarai di jalan raya.
"Soalnya saya takut kalau setelah di modifikasi hanya bagus tampilan luarnya saja, tapi pas dipakai malah enggak sreg lagi. Jadi buat saya, sih, lebih baik tampilannya original saja, tapi dibawanya tetap nyaman, apalagi kalau jaraknya agak jauh," tandas Makki sambil mengatakan, sejak rutin mengendarai Vespa, kini ia sudah enggan menyetir mobil lagi di Jakarta.
Intan Y. Septiani
KOMENTAR