Tindakan kekerasan memang sudah sering kualami sejak usia perkawinan kami baru berjalan empat bulan. Padahal, dulu ketika kami masih berpacaran, mantan suami sangat baik dan bertanggungjawab. Kedua sifat itu pula yang membuat aku jatuh cinta padanya.
Setahun pacaran, 9 Maret 1996 kami pun menikah. Namun tak disangka empat bulan setelah itu perangainya mulai berubah. Tapi aku tetap bertahan dan memaafkan dia, demi rasa cintaku kepadanya. Apalagi sudah ada anak-anak.
Tak ada yang mengetahui apa yang kualami. Termasuk orangtuaku. Kekerasan demi kekerasan aku terima dalam diam. Yang paling parah, aku pernah dijambaknya, bahkan kepalaku dibenamkan ke dalam lubang closet. Akibat jambakannya itu, kepalaku sampai sedikit botak.
Lagi-lagi, rasa sakit yang kurasakan seolah sembuh dengan sendirinya seiring luka di kepala yang ikut mengering. Aku yang memiliki hobi menyanyi akhirnya lebih memilih menyalurkan hobiku. Apalagi para senior anggota polisi di tempatnya bertugas, termasuk pimpinan Polri, sangat mendukung hobiku.
Bahkan pada tahun 2007, oleh mereka aku akan dibuatkan album. Ada delapan musisi hebat yang akan membantu pembuatan albumku ini. Antara lain Yovie Widianto, Pay, Dewiq, Tohpati, Badai 'Kerispatih', Irwan Simanjuntak, Baron, sampai Melly Goeslaw.
Sayang, sebelum album itu dikeluarkan, muncul masalah besar dalam rumah tanggaku. Pada 18 April 2008, akhirnya aku mengetahui bahwa dia memiliki wanita lain. Hubungan kami pun memanas.
Cekcok dan ribut semakin sering terjadi di dalam rumah. Selama tinggal satu atap dengannya, aku makin kerap dipukuli, dicaci, dihina. Bahkan dia tega memukuli aku di depan anak-anak. Dengan enteng pula dia bilang sudah tak cinta lagi.
Aku tak kuat lagi dan memutuskan menggugat cerai pada Juli 2008. Dampaknya, aku mengalami beragam intimidasi. Namun demi anak-anak, pada Agustus 2008 aku mencabut kembali gugatan ceraiku. Kupikir ia mau menerimaku lagi tapi yang terjadi justru sebaliknya, pada 16 Agustus 2008 dia melayangkan gugatan cerai.
Edwin Yusman F. / bersambung
KOMENTAR