Di malam yang sudah ditetapkan, Mur mengaku benar-benar melaksanakan rencana kekasih gelapnya. Kebetulan suaminya sedang tampak begitu capek sepulang kerja. Sebelum suaminya tidur, Mur mencampurkan obat tidur itu ke dalam jamu yang biasa diminum Anis.
Selanjutnya, Mur pun ikut terlelap. Dini hari nan sepi, Ks menghubungi Mur dan menanyakan apakah rencananya sudah dilaksanakan. "Ks juga bilang, dia sudah menyuruh Vik untuk membunuh suami saya. Vik sedang menuju rumah kami."
Mur mengaku membukakan pintu untuk Vik dan menunjukkan tempat Anis berbaring. Ia juga menunjukkan alat-alat yang sudah disiapkannya. Saat Vik akan beraksi, Mur mengaku menyingkir ke kamar sebelah dan tak berani melihat eksekusi itu. Beberapa saat kemudian, Vik pamit pulang setelah berhasil menyelesaikan tugasnya. Mur sempat memberikan uang Rp 50 ribu dan sebungkus rokok. Rupanya, Vik menghantam Anis dengan alu, kemudian menjerat lehernya.
"Sebenarnya saya panik tapi sesuai perintah Ks, saya langsung menyelimuti tubuh suami. Maksudnya, agar anak-anak tak curiga. Sebelum anak sulung saya berangkat sekolah, dia sempat tanya kenapa ayahnya belum bangun. Saya bilang saja, Bapak lagi sakit. Lantaran bingung, belakangan saya mengaku ada rampok yang membunuh suami," papar Mur. Skenario yang tak rapi ini pun membuat polisi curiga sampai akhirnya kasus ini terkuak.
Tinggal Mur menyesali diri. "Saya tidak tahu, apakah setelah bebas nanti ada orang yang mau menerima saya. Saya malu sama orang-orang sekampung. Setelah bebas nanti, saya akan merantau saja. Entah ke mana. Sekarang yang jadi pikiran saya hanya anak-anak."
Perbuatan Mur jelas tak bisa diterima Sri Rrejeki (36), adik kandung Anis. "Mas Anis orang yang sangat baik dan mencintai istri serta anak-anaknya. Setahu saya, dia tidak pernah kasar sama istri. Malah Mas Anis cenderung memanjakan istrinya. Buktinya, belum lama ini dia beli sepeda motor atas permintaan istrinya. Bukan kredit, tapi cash," papar Sri.
Menurut Sri pula, Anis tergolong pria yang tekun. Sebagian keuntungan jualannya selalu ia tabung. "Dia bisa bangun rumah ini juga dari hasil kerjanya. Bahkan bisa buka warung kelontong buat tambah penghasilan."
Sri menepis pengakuan Mur soal dijodohkan. "Wah, itu tidak benar. Sebelumnya orangtua saya juga tidak kenal sama orangtua Mur. Itu, kan, alasannya saja untuk membenarkan perselingkuhannya."
Buchori (55), kakak ipar Anis, menambahkan, "Kalau sudah tidak cinta sama Anis, kan, lebih baik minta cerai. Ini, kok, malah berkomplot membunuh suaminya. Demi selingkuhannya dia begitu tega. Apa enggak memikirkan nasib anak-anaknya? Meski enggak berlebihan, terbukti Anis mampu menghidupi keluarga. Coba sekarang? Anak-anak harus kehilangan ayahnya sekaligus ibunya di penjara. Bagaimana perasaan anak-anak setelah tahu justru ibunya yang ikut mendalangi permbunuhan ayahnya," jelas Buchori seraya mengatakan, dua anak Anis kini dirawat salah satu kerabat dekatnya.
Peristiwa ini, lanjut Sri, begitu memukul seluruh keluarganya, terutama ibundanya. "Sebelum kejadian ini Ibu sudah sakit. Ibu tambah syok mendengar Anis meninggal. Sekarang Ibu sedang dirawat di rumah sakit di Batang. Bapak juga tak kalah terpukul. Sudah beberapa hari ini Bapak menunggui Ibu."
Itu sebabnya, Sri dan Buchori sulit memaafkan perbuatan Mur. "Orangtua Mur memang sudah datang dan meminta maaf ke kami. Mereka tidak bersalah. Buat kami, Mur lah yang harus dihukum berat. Keluarga kami juga tak terima jika anak-anak diasuh keluarga Mur. Lebih baik ikut keluarga kami saja," tandas Buchori yang kini menunggui rumah Anis yang terasa sepi.
Henry Ismono
KOMENTAR