Kendati sudah menyelesaikan pendidikan di FKG, Universitas Moestopo, Jakarta dan tinggal menjalani koas, Kania Darama Joenoes (28) justru mantap menekuni usaha kuliner. "Usaha saya memang masih skala rumahan. Tapi hasilnya sudah lumayan. Saya ingin terus menekuni usaha cake dan bakery," kata Kania yang mengibarkan bendera Cooking DJ. "Nama ini saya ambil dari singkatan nama saya. Saya serius memulainya dua tahun lalu."
Saat ditemui di rumahnya di kawasan Ciganjur, Jakarta Selatan, Kania dengan nada ceria mengungkapkan perjalanan usahanya. "Saya, kan, sejak kecil sudah suka masak. Saya sering melihat Nenek masak. Saya suka sekali bau wangi dapur. Dari situ, saya mulai belajar memasak secara otodidak dengan membaca dan mempraktikkan resep-resep, baik dari buku maupun majalah. Saya minta teman-teman untuk mencicipi kreasi saya sekaligus minta masukan. Kalau ada kritik, saya coba perbaiki sampai hasilnya benar-benar enak. Sebagian keuntungan saya ambil untuk beli alat seperti oven, loyang, dan mikser."
Semasa masih aktif kuliah tahun 2008, Kania mencoba membisniskan karyanya. "Awalnya saya bawa brownies dan cup cake, saya tawarkan ke teman-teman kuliah. Ternyata banyak yang suka. Saya makin semangat ketika banyak teman pesan. Dari mulut ke mulut, semakin banyak yang pesan. Ternyata, keuntungannya lumayan banget untuk ukuran mahasiswa."
Setelah menyelesaikan kuliah, Kania mestinya melanjutkan program koas. Namun, ia memilih cuti untuk menekuni usahanya. Ia mulai serius dengan membuat blog yang beralamat cookingdj.wordpress.com. "Awalnya saya hanya jual tiga produk yaitu lasagna, apple pie, dan cup cake. Ternyata responsnya bagus. Tak hanya teman-teman, orang yang sebelumnya tidak saya kenal pun mulai banyak yang pesan. Banyak customer yang minta menu baru juga," tuturnya.
Untuk sarana promosi, Kania membuat akun Twitter dan Facebook. Ia pun makin gencar mempromosikan usahanya. "Twitter sangat efektif. Sekarang banyak yang pakai Twitter, baik tua maupun muda. Lewat follower di Twitter sekitar 1.600 orang, makin lama Cooking DJ makin dikenal," tutur Kania yang sekarang sudah punya lebih dari 20 menu andalan.
Antara lain chocolate velvet cake, mini Japanese oreo chase cake, soft baked cookies, muffins, dan masih banyak lagi. "Sekarang yang jadi favorit customer adalah éclairs dan ombre cake. Khusus ombre baru saya perkenalkan tahun ini, sekarang ombre yang jadi best seller. Oh ya, ketika saya perkenalkan, ombre masih terbilang baru. Saya dapat resepnya ketika searching di internet, ombre berkembang di AS. Ini cake yang bergradasi warna."
Pelanggan Kania datang dari banyak kalangan. "Mulai dari ibu-ibu, sampai orang kantoran. Saya sering dapat pesanan dari kantor untuk keperluan rapat. Biasanya 2-3 jenis. Saya sering juga dapat pesanan untuk acara arisan dan dikonsumsi sendiri," kata Kania yang masih fokus lewat usaha online.
Soal pengiriman, Kania bekerja sama dengan jasa kurir kue. "Malah ada, lho, yang mengambil sendiri. Padahal, rumahnya jauh. Sebenarnya ada juga pesanan dari Samarinda dan Bali. Tentu saja saya enggak menyanggupi karena terbentur pengiriman. Bisa-bisa sampai ke customer sudah rusak. Itu sebabnya, untuk memenuhi customer dari luar kota, saya bikin satu menu yang aman untuk dikirim yaitu cookies," kata Kania yang jelang Lebaran lalu kebanjiran order.
Kania mengaku membidik pelanggan kalangan menengah. Harga yang dipatok Kania untuk produknya, antara Rp 30 ribu (1 pak cookies isi 6 buah) - Rp 450 ribu (ombre ukuran besar). "Sebenarnya termasuk mahal untuk usaha sejenis. Tapi saya benar-benar memperhatikan kualitas dengan bahan-bahan terbaik."
Seiring makin banyak pesanan, Kania yang per bulan menghasilkan omzet belasan juta rupiah, mengaku terkendala soal SDM. "Sulit cari karyawan," dalihnya. "Saya pernah punya satu karyawan, tapi sekarang pulang kampung. Makanya, sekarang saya minta Ibu membantu saya. Agar tidak kewalahan, sehari saya membatasi menerima order untuk 10 menu. Saya juga memilih hari Minggu untuk istirahat," tutur lajang yang rata-rata menerima order 5-10 menu. "Beberapa kali saya terima order belasan menu, tapi saya kecapekan karena nyaris tak ada waktu istirahat."
Tampaknya, Kania memang sudah mantap menekuni usahanya.
Semula orang tentu tak membayangkan, bisa makan sushi di rumah tanpa repot. Namun impian itu terwujud berkat kehadiran Yukai, restoran Jepang tanpa outlet yang siap mengantarkan menu-menu pilihan ke rumah Anda. Yukai hadir dengan konsep baru, layanan quick shabu dan sushi. "Ini sebuah dobrakan. Makanya perlu edukasi ke para calon pelanggan," jelas Indah Kurniawati, pemilik Yukai.
Konsep yang ditawarkan Indah adalah pemesan tinggal makan, tanpa harus repot memasak dulu. Quick shabu dan sushi dikemas dalam plastik boks dan standar yang ditetapkan Yukai sampai di rumah pelanggan minimal masih hangat. Pesanan dimasukkan dalam thermo box. "Makanya kami selalu menekankan kepada para kurir harus berpacu dengan waktu, tapi tetap mengutamakan keselamatan," tandas wanita yang pernah berkarier di hotel dan dunia penerbangan ini.
Memang belum semua pelanggan paham dengan konsep ini. "Masih banyak pertanyaan, apa perlu dimasak dulu? Apa Yukai menyediakan kompor? Pertanyaan itu sudah kami prediksi sebelumnya. Biasanya biar leluasa menjawab, mereka meng-add PIN BB (BlackBerry, Red.) saya."
Tak sekadar konsep baru, Indah juga menetapkan jangkuan delivery Yukai ke seluruh wilayah Jakarta. "Ini yang membedakan dengan yang lain. Mereka biasanya hanya berani melayani di daerah-daerah tertentu saja, tapi kami berani sampai seluruh Jakarta." Bahkan banyak pesanan dari luar Jawa. "Kami pernah terima pesanan dari Ambon. Dia pesan karena ada teman di Jakarta yang akan terbang ke Ambon. Ya, sepanjang memungkinkan, pasti kami layani." Pesanan luar Jakarta yang sering diterima datang dari Bandung. Untuk pemesanan ini diantar dengan travel dan biaya ditanggung pemesan. "Ada, lho, yang pesan dari Bandung katanya sedang ngidam."
Kendati hanya menetapkan wilayah Jakarta, kenyataan pemesan juga datang dari wilayah lain seperti Cibubur, Depok, dan Bekasi. Yang pasti, semua pesanan berupa bahan fresh, artinya dimasak setelah dipesan. "Waktu memasak dan packing butuh 30 menit. Sementara waktu pengantaran tergantung jarak dan traffic-nya," jelas Indah yang memasak di dapur restoran sehat milik kakaknya di bilangan Kelapa Gading, Jakarta Utara.
Yukai delivery adalah pengembangan dari bisnis katering khusus masakan Jepang yang dirintis Indah tiga tahun lalu. Untuk order katering, Indah menetapkan minimal order Rp 1,5 juta. "Awalnya ini permintaan pelanggan yang ingin order di bawah Rp 1,5 juta karena hanya ingin makan untuk satu keluarga. Karena memang ada peluang, kenapa tidak dicoba."
Konsep delivery ini sudah berjalan dua tahun lalu. Untuk minimal order ditetapkan sebesar Rp 150 ribu. "Kadang juga ada yang order Rp 100 ribu. Tapi kalau kurang dari itu kasihan pelanggannya, ongkos kurirnya jadi berat," tandas Indah yang sehari bisa menerima 5 - 15 order. "Bagi kami bukan hanya jumlah order yang penting, tetapi juga nilainya. Kadang satu order nilainya bisa Rp 1-2 juta."
Menunya pun tak sekadar shabu dan sushi. Menu terbaru Yukai adalah pasta. "Tiap 2-3 bulan saya selalu menciptakan menu baru. Sementara menu yang kurang populer dicoret." Tapi untuk menu-menu khusus, seperti menu vegetarian, tetap dipertahankan. Selain itu, Indah juga menawarkan minuman Yukai Bubble dengan beragam varian rasa.
Bahkan rencananya, minuman ini akan dikembangkan ke sejumlah outlet kecil di mal-mal. Sekarang ini baru ada di Mal Kelapa Gading, Jakarta Utara. "Nantinya pembeli bisa memilih topping sendiri," jelas Indah yang juga sudah memikirkan mewaralabakan minuman ini. "Tapi nanti dulu. Harus dipikirkan matang-matang jika ingin membuat waralaba"
Karena konsepnya online, Indah selalu menekankan pemasaran lewat sosial media dengan gimmick menarik. Seperti ketika men-tweet Yukai, dapat diskon 10 persen. Atau ketika mengirim twitpic, gratis minuman Yukai Bubble. Pemesan, lanjut Indah, juga diberi kemudahan. Bisa lewat telepon, BBM, atau website. Yukai juga sudah melengkapi website yang bisa diakses mobile.
Beruntung, banyak artis yang melakukan testimoni di sosial media tentang Yukai. Misalnya Tika Panggabean, Wanda Hamidah, Desta, Alya Rohali. Penyebaran di sosial media ini yang membuat Yukai makin dikenal. "Keluarga Pak Yusuf Kalla juga sering order ke kami."
Hampir 85 persen pemesan adalah pelanggan tetap. Mereka sering melakukan repeat order. "Tapi ada 500 orang yang sudah meng-add PIN BB belum pernah order. Mereka baru sekadar tanya berapa minimal order dan ongkos kirimnya." Orang-orang inilah, kata Indah, calon pelanggan potensial. Ada banyak kemungkinan dari mereka. Bisa jadi mereka masih keberatan dengan minimal order yang ditawarkan atau ingin makan sushi atau shabu di luar. Pelanggan ini yang ingin "ditangkap" Indah.
Itu sebabnya, Indah berencana punya oulet. "Sudah menentukan lokasi di sekitar SCBD. Tak perlu besar, cukup 15-20 kursi. Dan pelanggan tak perlu masak. Menu dihidangkan sudah siap saji. Jadi pergantian pelanggan bisa lebih cepat," tandas Indah yang mematok harga dari Rp 12.500 sampai Rp 65.000 per porsi.
Henry Ismono
KOMENTAR