Hampir beberapa malam ini pasangan Rouden Gultom dan Victor Daniel Sihite merenung. "Saya kerap bertanya ke Tuhan, kenapa dapat cobaan bertubi-tubi. Padahal saya merasa hidup normal-normal saja, tak pernah ribut dengan tetangga," kata Rouden ketika ditemui Kamis (11/10).
Keluarga Rouden dua pekan lalu menjadi buah bibir di masyarakat karena terkait kasus yang menimpa putri sulungnya, ASS (14). Seperti diketahui, 23 September lalu ASS dibawa kabur oleh CS (24), teman Facebook-nya. "Itu cobaan yang pertama," papar warga Sukmajaya, Depok, Jawa Barat ini.
Selama seminggu pasangan ini dibuat kalang kabut oleh raibnya sang putri. "Semua kerabat kami kerahkan untuk mencari dia. Ke terminal, mal, sampai mendatangi rumah teman-temannya. Tak peduli siang dan malam. Setiap dapat informasi keberadaan ASS, langsung saya datangi," ujar Victor.
Begitu pula Rouden. Sejak sang putri pergi, tak ada yang dilakukan selain mencari anaknya. "Boro-boro masak, makan pun kami enggak sempat." Siang-malam, lanjut Rouden, ia tak putus berdoa dan mencari.
"Doa saya hanya satu, 'Tuhan, kembalikan anak saya beserta nyawanya.' Intinya, kami berdoa agar anak saya pulang hidup," kata Rouden yang mengaku anaknya selalu pulang sekolah tepat waktu. "Baru dua kali ini saja dia pulang jam 21.00 malam. Itu pun karena ada paduan suara di gereja."
Tuhan mendengar doa Rouden. Minggu (30/9), ASS akhirnya pulang diantar seorang ibu penjaga warung di Terminal Depok. "Anak saya linglung makanya ibu itu mengantar pakai angkot ke rumah. Rupanya dia pernah lihat pengumuman anak hilang yang kami sebar."
Kedatangan ASS disambut sukacita oleh keluarga. "Lega rasanya saat lihat dia pulang." Namun ada perasaan getir manakala ASS menceritakan bagaimana selama menghilang ia diperlakukan tak senonoh oleh CS dan teman-temannya. "Semua media sudah memberitakan anak saya diperlakukan seperti apa. Kenyataannya, ya, memang begitu. Sebagai ibu, tentu hati saya teriris-iris saat mendengar cerita langsung dari ASS. Tapi kami tak mau masalah ini diungkit-ungkit lagi karena akan membuat anak kami makin trauma."
Perlahan, Rouden pun menumbuhkan rasa percaya diri dan semangat anaknya. "Saya minta agar dia melupakan kejadian itu dan fokus ke masa depannya. Puji Tuhan, dia mulai berani ke luar rumah meski semua tetangga tahu apa yang dia alami." Kejiwaan ASS, lanjut Rouden, juga sudah makin tenang. Terutama setelah dikunjungi tim psikolog Komnas Perlindungan Anak. Bahkan setelah kunjungan itu, ASS siap masuk sekolah lagi.
(Hari itu, gadis berperawakan tinggi ini bersikap biasa saja. Ia keluar-masuk rumah mencari teman karibnya. Kemudian bersama dua temannya, ia masuk ke dalam kamar. Sebelumnya, ia tampak merebut ponsel yang tengah digenggam ibunya.)
Senin (8/10) silam, ASS pun kembali ke sekolah untuk yang pertama kalinya, pasca dibawa kabur CS. Namun seusai upacara bendera, kata Rouden, kepala sekolah menyampaikan pengumuman, pihaknya tak akan menerima siswa yang mencoreng nama baik sekolah. "Memang, sih, dia tidak menyebut nama tapi semua mata siswa tertuju ke anak saya."
Untung ASS mampu bersikap tegar saat itu. Seusai upacara, ia pun naik ke lantai 2 sekolahnya bersama teman-temannya untuk mengikuti pelajaran seperti biasa. Akan tetapi, "Sebelum pelajaran dimulai, gurunya minta dia mengemasi tas dan pulang bersama saya," jelas Rouden seraya mengatakan, pagi itu ia ditelepon pihak sekolah untuk menemui kepala sekolah. Perintah guru itu pun ia anggap sebagai pengusiran.
Sambil menangis, papar Rouden, ASS menuruni tangga sekolah dan menemui dirinya. "Kami menangis sambil berpelukan. Dalam hati saya protes, kenapa cobaan datang bertubi-tubi? Karena bingung harus berbuat apa, saya langsung melapor ke Komnas PA di Pasar Rebo."
Sorenya, sesampainya di rumah, ia menemukan surat skorsing dari pihak sekolah karena ASS dianggap bolos sekolah dan tidak mematuhi tata tertib. "Lha, tata tertib mana yang dilanggar anak saya? Pihak sekolah mengakui, kok, anak saya tidak pernah bolos."
Laporan Rouden ke Komnas PA itu membuat kasusnya kembali marak jadi berita pekan berikutnya. Direktur Komnas PA Arist Merdeka Sirait protes keras atas tindakan pihak sekolah yang melarang ASS sekolah .
Inilah yang membuat Dinas Pendidikan dan pihak DPRD Depok memfasilitasi perdamaian antara keluarga ASS dan pihak sekolah. Hasilnya, ASS boleh tetap masuk sekolah dan akan mendapat "perlindungan khusus".
Namun sehari setelah perdamaian itu, ASS masih belum mau sekolah. Siang itu ASS memilih mengurung diri di dalam kamar bersama dua temannya. "Kondisi dia sebenarnya sudah membaik, sudah mau bergaul sama teman-temannya. Tapi untuk kembali ke sekolah, dia malu. Mungkin akan kami pindahkan ke sekolah lain," papar Rouden memahami perasaan sang putri.
Kendati secara fisik ASS tampak sudah normal, namun Rouden dan Victor memperhatikan anaknya selalu tampak gelisah saat tidur. "Tidurnya tidak tenang. Kadang suka mengigau tidak jelas. Padahal, selama ini enggak pernah," ungkap Rouden yang berharap kehidupan keluarganya bisa tenang kembali.
Kejar Pelaku
Sejak cobaan-cobaan hidup itu, Rouden memang harus ke sana-ke mari. Rumahnya pun selalu ditongkrongi banyak wartawan. "Malah ada yang bilang, saya memanfaatkan kasus ini untuk mencari ketenaran. Lha, buat apa saya tenar? Saya juga tak pernah mengundang wartawan!" tukasnya.
Cibiran-cibiran itu lah yang membuat Rouden makin yakin, ujian yang tengah ia alami ini merupakan upaya Tuhan untuk menaikkan kelasnya sebagai manusia. Apalagi, tidak semua orang mencibirnya. Banyak juga bantuan yang diterima Rouden. "Ada tetangga yang siap menyediakan mobilnya jika saya perlu. Tetangga sini juga banyak yang membantu. Kakak saya juga selalu siap jika dibutuhkan." Bahkan, lanjutnya, ada pria yang tiap hari datang ke rumah Rouden membantu mengatur wartawan yang ingin mewawancarainya.
Baik Rouden maupun Viktor berharap, polisi bisa segera menangkap CS, pria yang dikabarkan pernah tiga kali dipenjara karena terkait kasus narkoba dan pencurian. "Di Terminal Depok katanya dia paling ditakuti," ujar Victor yang sehari-hari menjadi sopir angkutan umum. Oleh karena itu, polisi, lanjut Victor, harus bekerja keras memburu pria yang sudah menodai putri sulungnya.
Sukrisna / bersambung
KOMENTAR