Hidup dengan salah seorang anggota keluarga yang memiliki riwayat gangguan kejiwaan tentu tidak mudah. Menurut Ratih Andjayani Ibrahim, psikolog yang juga pendiri Personal Growth, ada beberapa faktor yang bisa membuat seseorang mengalami gangguan kejiwaan. "Di antaranya ada faktor genetik, faktor pola asuh yang merusak, dan juga faktor lingkungan dimana seseorang hidup di sekitar orang-orang yang mengalami gangguan jiwa," ujarnya.
Selain beberapa faktor tersebut, mengonsumsi obat-obatan terlarang atau narkoba juga dapat memengaruhi kejiwaan seseorang. "Istilah awamnya, 'otaknya bergeser'. Maksudnya, susunan kimiawi di dalam otak sudah tidak benar dikarenakan pengaruh obat terlarang yang sedang maupun pernah dikonsumsi orang tersebut," jelasnya.
Jika otak seseorang sudah terganggu, maka perilaku gangguan jiwa akan tampil pada orang tersebut. "Dia merasa mendengar bisikan-bisikan gaib, melihat Tuhan, dikejar-kejar jin atau makhluk halus, atau merasa dirinya adalah nabi (utusan Tuhan, Red.)."
Apabila seseorang mengalami gangguan jiwa atau sudah pernah mengalami sebelumnya, maka orang tersebut harus mendapatkan pengobatan dan perawatan secara berkelanjutan seumur hidupnya. "Pengobatan dan perawatannya tidak boleh terputus-putus karena nanti bisa kambuh lagi penyakitnya," ujarnya. Jika penderita gangguan jiwa tidak dirawat dengan benar, meskipun pernah dinyatakan sehat, gangguan jiwa dapat kembali dialami oleh orang yang bersangkutan. "Suara bising seperti tangisan pun dapat memicu orang tersebut untuk berbuat nekat," katanya.
Agar penderita gangguan jiwa dapat sembuh dan memperkecil kemungkinan penyakit tersebut kambuh, Ratih mengimbau agar semua anggota keluarga berperan aktif memperhatikan dan merawat penderita. "Dan kalau ada keluarga yang mengalami gangguan jiwa, penderita harus segera diperiksa oleh orang yang ahli, dalam hal ini dokter spesialis kesehatan jiwa atau psikiater. Jangan malah dibiarkan atau dibawa ke dukun," pungkasnya.
Henry Ismono, Gandhi Wasono, Renty Hutahaean
KOMENTAR