"Alhamdulillah, semua yang datang ini adalah atas izin Allah SWT, baik itu ujian susah dan senang tetap harus disyukuri. Tetap tersenyum meskipun di dalam hati saya menangis, sebisa mungkin saya harus tabah dan kuat. Melihat anak-anak yang sampai saat ini kuat dan ceria, itu menjadi semangat saya," ujar Pipik saat ditemui disela-sela syuting acara talkshow di salah satu stasiun teve.
Sambil melihat gerak-gerik menggemaskan Bilal (putra bungsunya) yang di acara malam itu berkali-kali berjoget, Pipik mengaku banyak hikmah yang diterimanya dalam menyambut bulan Ramadan kali ini. Sebagai single parent dengan predikat ustazah, Pipik merasa segala macam cobaan yang ada di hadapannya bak ujian untuk kenaikan kelas. "Allah tidak akan menguji melebihi kemampuan hambaNya. Jadi ya, saya bersyukur begitu banyak sahabat dan kerabat yang peduli dan segera memberikan bantuan. Mungkin ini hikmah dari kesabaran."
Mata Pipik pun menerawang kala mengurai cerita pedih itu. Jumat (20/6) sekitar pukul 03.00 dini hari, ia terbangun dari tidur saat mendengar suara langkah di halaman rumahnya. "Tiba-tiba saya terbangun dan seperti ada firasat kurang enak. Selain terdengar bunyi sesuatu, ada bau asap yang tiba-tiba mengganggu pernapasan." Saat sadar ada kebakaran di rumahnya, "Saya berteriak-teriak minta tolong di balkon kamar. Lalu saya bangunkan anak-anak dan asisten. Api sudah menjalar ke mana-mana, sehingga kami harus segera turun dari lantai atas lewat balkon kamar saya," urai Pipik.
Sambil terus berdoa, Pipik dan asistennya yang menggendong Bilal, berusaha mencari jalan untuk turun dari balkon. Beruntung, di depan balkon kamar terdapat dahan pohon kamboja sebagai "jalan" untuk turun ke bawah. Tanpa pikir panjang sekuat tenaga Pipik melompat dari ketinggian agar bisa segera menyelamatkan anak-anaknya. "Setelah peristiwa itu, saya baru sadar kalau kaki saya ternyata terluka," jelasnya.
Jual Rumah
Kini Pipik tinggal di sebuah apartemen milik sahabatnya di kawasan Pondok Indah, Jakarta Selatan. Setelah peristiwa kebakaran, Pipik tak lantas berdiam diri. Di bulan Ramadan ini, ia memiliki berbagai aktivitas. Seperti tengah bersiap meluncurkan film tentang kisah perjalanan hidup almarhum Uje.
Ia bercerita dirinya tak kuasa menyimpan rasa sedih kala menyaksikan cuplikan penayangan film yang disutradarai Hanung Bramantyo itu. "Saya selalu tak kuat menahan tangis setiap kali mengingat almarhum," ujarnya sambil berkali-kali menghapus air matanya.
Pipik mengaku selalu merindukan almarhum terlebih di saat-saat seperti sekarang. "Saya jadi teringat, dulu, almarhum pernah mengutarakan keinginannya untuk menjual rumah kami dan membuat istana yatim piatu. Ya, dulu, kami sama-sama ingin menjadikan rumah kami seperti itu. Yang ternyata sekarang, benar-benar terjadi, saya sudah tinggal bersama anak-anak saya yang yatim. Insya Allah, saya akan menjual rumah ini. Saya ingin mewujudkan keinginan almarhum dan keinginan saya selama ini untuk membangun istana anak-anak yatim piatu."
Kisah cinta yang terbalut dalam perjalanan spiritual itu, bagi Pipik berjalan dengan manusiawi. "Saya tidak pernah mengira bahwa perjalanan hidup saya bakal seperti sekarang ini. Dulu kami masih jahiliyah, tidak tahu jika akan menjadi seperti sekarang. Termasuk pesan almarhum agar saya belajar ceramah, belajar menjadi ustazah, dan memandikan jenazah," urainya sambil berharap agar kisah perjalanan dan perjuangan hidup almarhum, baik dalam kehidupan berumah tangga, proses mendekatkan diri kepada Allah SWT hingga pencapaiannya menjadi seorang ustazah, bisa menginspirasi masyarakat.
Meskipun dilanda musibah, namun Pipik tetap bersemangat menjalani hari-harinya dengan segudang aktivitas. Selain memenuhi undangan sebagai penceramah, ia juga menjadi salah satu juri AKSI Junior. di layar kaca.
Belum lagi Pipik masih mengurus butik miliknya yang terpaksa harus berpindah tempat untuk sementara waktu. Sejak rumahnya diberi garis police line, Pipik dan sejumlah karyawan butiknya tak dapat menyelesaikan pesanan busana. Senin (30/6) malam, dengan ditemani pengacaranya Sandy Arifin dan pihak Polres Jakarta Selatan, ia mencoba mengeluarkan buku-buku, Alquran, dan pakaian. Esoknya, (Selasa 1/7) giliran mesin jahit dan kain-kain bahan keperluan butik diangkut Pipik dan beberapa karyawannya.
Setelah melalui penyelidikan pihak berwajib, ternyata rumah peninggalan alm. Uje sengaja dibakar oleh IV (20) yang dibekuk Sabtu (21/6) lalu di kawasan Depok. Ia mengaku setelah masuk ke dalam rumah Pipik pada Jumat (20/6) dini hari, lalu membakar gorden di dalam rumah dengan korek api gas. Saat api mulai membesar, IV pura-pura membantu warga memadamkan api. Di tengah kepanikan yang ada, IV kabur setelah mencuri uang Rp4 juta rupiah.
Kepada polisi, IV mengaku dirinya sakit hati lantaran diusir Pipik setelah 2 bulan tinggal menumpang di rumah tersebut. Kini IV dijerat dengan pasal berlapis dengan ancaman hukuman hingga 12 tahun penjara. Pipik sendiri mengaku tak pernah menduga IV lah yang membakar rumahnya. "Saya menolong dia. Selama ini dia sering datang ke rumah, ikut pengajian, katanya tidak punya ibu dan keluarga, lalu bilang ingin masuk Islam dan menjadi mualaf."
Melihat ada anak yang memerlukan bimbingan, Pipik memintanya belajar agama dan ikut pengajian. Ia lalu meminta tolong para ustaz untuk membimbing IV, "Setelah jadi mualaf, dia sering main, kadang tidur di rumah. Saya tidak pernah menyuruh dia tidur di rumah saya. Lalu saya lihat dia mencoba bergaul dengan anak-anak saya. Hingga saya tahu IV melakukan beberapa kegiatan yang kurang baik. Dia mengajak anak-anak naik motor almarhum dengan kebut-kebutan dan yang lainnya."
Karena itu, Pipik memanggil IV. "Saya bilang untuk sementara dia pulang saja dulu ke rumahnya. Dia masih saya berikan uang (setiap datang, Pipik selalu memberi IV ongkos). Saya tidak tahu kalau ternyata dia sakit hati dan marah karena itu," paparnya. Ketika polisi menggelar reka ulang pembakaran hingga pencurian, Pipik baru mengetahui jika selama ini IV telah berbohong. IV ternyata bernama Rizal Afif dan berasal dari keluarga muslim di daerah Bojong Gede, Depok. "Bagi saya, atas segala perbuatan dan ucapannya, sudah saya maafkan. Namun, proses hukum tetap berjalan sebagaimana mestinya."
Dilanda Ujian
Setahun terakhir cobaan beruntun dialami Pipik.
Ditinggal Suami
Jumat, (26/4/2013) Uje dinyatakan tewas dalam kecelakaan tunggal di kawasan Pondok Indah. Motor yang dikendarainya menabrak pohon. Sempat dilarikan ke RS Pondok Indah, sayang nyawa ustaz berusia 40 tahun ini tak tertolong.
Kisruh Soal Makam
Hubungan Pipik dan Umi Tatu, ibu mertuanya sempat meradang lantaran pemugaran makam Uje hingga terlihat mewah. Pipik tidak setuju karena pemugaran itu tak sesuai amanah almarhum.
Ayahanda Wafat
Sabtu (17/5) Pipik ditinggalkan ayahandanya, H. Imam Martono bin Mardjani untuk selamanya. Ia mengaku kehilangan 2 sosok lelaki terhebat dalam kehidupannya.
Rumah Dilalap Api
Jumat (20/6) dini hari kebakaran terjadi di rumah Pipik di kawasan Rempoa, Tangerang Selatan. Beruntung, ia dan anak-anaknya lolos dari kepungan api yang menghanguskan beberapa area rumah bertingkat dua itu.
Erni Koesworini
KOMENTAR