AWALNYA DARI GEROBAK
Bisa dibilang pak Obay adalah seorang pejuang sejati dalam mencari nafkah hidup. Banyak sekali profesi yang sudah pernah digelutinya, mulai dari menjadi seorang supir, pengusaha tempe hingga akhirnya pada tahun 2003 dirinya membuka gerobak sate di daerah Kapuk, Pluit, Jakarta Utara.
Tak ingin seperti sate kebanyakan, Obay mengolah sate dengan disajikan bersama kuah santan berbumbu dan nasi atau ketupat. Ternyata tak sedikit yang memuji inovasinya ini. Usahanya pun laris manis hingga ke beberapa wilayah Jakarta yang lain mencapai 3 tempat.
Sayang, krisis dan perubahan perekonomian juga berdampak pada usaha pak Obay. Kini hanya memiliki satu tempat usaha di ruas jalan Latumenten Raya, Jakarta Barat, saja.
SEDIKIT PEGAWAI
Kendati sempat mengalami kejayaan, pak Obay yang berjualan dalam warung makan tidak merekrut banyak pegawai. Bisa dibilang hanya 4 orang pegawai yang membantunya selama ini. Dengan kapasitas yang ada, Obay membuka usahanya dari pukul 8 pagi hingga pukul 8 malam. Jam kerja ini sudah cukup menguras tenaga pak Obay dan keempat pegawainya. Sesekali istrinya, Een membantu operasional di warung sate kuah pak Obay.
Selama membuka usaha, pelanggan pak Obay kebanyakan adalah para pegawai dan orang-orang yang melintas di daerah Borobudur, Jelambar.
Sepiring sate pak Obay dibandrol Rp 12.000,- dengan 4 tusuk sate per porsi. Satenya hanya dibumbu dan dipanggang. Tidak ada saus kacang. Manakala disajikan bersama kuah santan, terasa lengkap cita rasa sate menggoyang lidah penggemar kuliner.
Sate pak Obay disajikan dalam 2 pilihan yakni rasa asin biasa dan pedas manis. Selain sate kuah, di warung pak Obay juga menyajikan menu soto tangkar dengan pilihan lauk daging dan kikil.
Dalam sehari pak Obay mampu menjual hingga 500 an tusuk sate.
Laili
KOMENTAR