"Saya gendong anak saya. Ibu itu lalu memasang alat itu di punggung anak saya. Saat diputar, anak saya teriak tiga kali, mama sakit sekali. Setelah itu alat tersebut dicabut.
Anak saya kentut dua kali dan buang air besar, setelah itu meninggal," tutur Maria saat ditemui di Instalasi Pemulasaran Jenazah (IPJ) RSU Prof. Dr. WZ Johannes Kupang, Selasa (14/8/2012).
Saat ditemui Maria didampingi suaminya Martinus Taom Tmaneak. Keduanya menunggui jenazah anak mereka Viktoria untuk diotopsi. Viktoria adalah warga Kampung Haobikase, Desa Tokbesi, Kecamatan Biboki Selatan, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU). Peristiwa ini terjadi Senin (13/8/2012). Jenazah Viktoria dibawa ke Kupang untuk divisum.
Martinus dan Maria mengatakan, pada Senin (13/8/2012) pagi sekitar pukul 10.00 Wita, seorang ibu penjual obat membawa alat terapi kesehatan memasang alat itu di tangan Viktoria untuk tes apakah ada penyakit atau tidak.
"Saat itu ada seorang ibu datang bawa alat untuk terapi, dia itu penjual obat. Dia tanya anak saya katanya mau periksa. Kalau keluar warna biru dari alat terapi itu berarti tidak ada penyakit, tetapi kalau warna kuning berarti masih ada penyakit. Lalu anak saya diterapi. Saat baru dimulai, anak saya langsung berteriak mama sakit. Terus, buang air kecil dan air besar. Lalu ibu itu bilang, mama jangan takut dia tidak mati, dia hanya pusing saja. Ternyata anak saya sudah meninggal saat itu," tutur Maria.
Maria mengatakan, "Ibu itu namanya Bolair. Dia jelaskan, alat itu akan menunjukkan kalau ada penyakit berwarna kuning. Kalau tidak ada sakit alat itu berwarna hijau."
Maria menuturkan, setelah alat kesehatan itu dipasang di tangan anaknya, saat itu juga Viktoria berteriak tangannya sakit sehingga anaknya mencabut alat tersebut.
Beberapa saat kemudian, kata Maria, suaminya melaporkan kasus ini ke Polsek Manufui, Biboki Selatan, untuk ditangani.
"Kami ingin tahu, anak kami meninggal karena apa. Apakah karena alat itu atau lainnya, karena sebelumnya anak saya masih sehat seperti biasanya, masih bisa jalan-jalan. Kami minta agar kasus ini diproses sampai tuntas," pinta Maria.
Mereka mengungkapkan, ibu Bolair itu sudah dua kali datang ke rumah. Pertama pada 21 Juli 2012 untuk promosikan produk alat kesehatan dari sebuah perusahaan. Saat itu ibu Bolair membawa obat cair untuk diminum dan tempel sesuatu di kaki Viktoria untuk mengisap darah kotor lalu memberikan obat yang besarnya seperti merica. Obat itu setengahnya direndam dalam air hangat untuk diminum, tetapi Viktoria tidak mau minum. Kemudian ibu Bolair memberikan lagi seperti obat dari botol kecil.
Di tempat yang sama Martinus mengatakan, etelah melihat anaknya kaku, dia langsung menelepon polisi di Polsek Biboki Selatan.
Atlet New Balance Triyaningsih Berhasil Taklukan Kompetisi TCS New York City Marathon 2024
KOMENTAR