"Saat itu saya langsung telepon polisi dan polisi datang bersama satu orang bidan. Lalu ke Puskesmas Manufui, dari situ ke Rumah Sakit Umum Kefa. Tetapi katanya di Kefa tidak bisa otopsi, makanya datang ke sini (RSUD WZ Johannes Kupang) untuk otopsi Viktoria. Sedangkan ibu itu sudah ditahan oleh polisi di Polsek Biboki Selatan. Alat terapi dari ibu itu berbentuk segi empat seperti kotak dan ada lampunya. Lalu ada alat yang diletakkan di siku anak saya dan ada juga untuk putarnya seperti volume radio. Saat diputar anak saya teriak dan meninggal," kata Martinus.
Ia mengatakan, mereka dari Kefa sekitar pukul 21.00 Wita Senin malam itu dan tiba di Kupang sekitar pukul 01.00 Wita. Sebelumnya, Viktoria anak bungsu dari tiga bersaudara itu masih bermain bersama teman-temannya serta membantu orangtua. Seperti menimba air, mencari kayu api dan kegiatan ringan lainnya.
Martinus mengatakan, sekitar Juli 2012 lalu, ibu tukang terapi itu pernah datang ke rumah mereka. Saat itu dia melakukan terapi anaknya dan memberi sekitar lima jenis obat. Total biaya sebesar Rp 35.000. Ia mengaku anaknya menderita sesak napas, tetapi masih bisa beraktivitas seperti anak-anak lainnya.
Viktoria lalu dibawa mertua Martinus ke SoE di Kabupaten Timor Tengah Selatan untuk didoakan. Namun setelah itu, Martinus dan Maria memutuskan mengambil kembali Viktoria untuk dirawat.
"Pada Maret 2010, Viktoria masuk ke RSU Kefamenanu. Saat itu dokter bilang tidak ada sakit. Hanya saja harus hati-hati serangan jantung dan asma. Jangan membuat sesuatu yang mengagetkan dia. Setelah keluar dari rumah sakit, Viktoria kembali normal, sudah bisa berlari-lari. Sebelumnya kalau jalan sedikit saja, napasnya susah," ujar Maria.
Kepala IPJ RSU Johannes Kupang, Okto Boymau, dikonfirmasi Selasa (14/8/2012), sekitar pukul 14.00 Wita, mengatakan, jenazah Viktoria masih berada di dalam freezer karena menunggu petugas dari Rumah Sakit Bhayangkara Kupang untuk melakukan visum.
.
Pos Kupang
KOMENTAR