Sesaat setelah sidang tragedi Tugu Tani dengan terdakwa Afriyani usai, keluarga para korban naik pitam. Beberapa polisi yang berjaga di ruangan sidang dengan sigap segera menggiring massa keluar dan mengamankan pengadilan.
Yadi (49) ayah dari Ari Buhari (16), anak satu-satunya yang menjadi korban kecelakaan maut Tugu Tani mengaku sudah capek mondar mandir ke PN Jakpus. "Kalau sudah jelas, ya kami bisa terima. Kami juga kesal dan marah. Hanya selama ini kami menahan diri saja," ungkapnya pada tabloidnova.com, Rabu (8/8)
Saat di ruang sidang, pengacara sempat menyebut-nyebut pemberian uang kepada keluarga korban kecelakaan. Menurut Yadi, dirinya tak termasuk yang menerima uang tersebut. Bahkan sepengetahuannya, sebagian besar keluarga korban tidak menerima uang bantuam Rp 3.000.000,- per keluarga tersebut.
"Uang itu hanya untuk Rohiman saja, tapi kami sema disuruh tanda tangan. Kami dipaksa sama pengacara Afriani. Kami sudah capek dibohongi mereka terus," tandas Yadi mengaku sering dibohongi pengacara terdakwa.
Menurut Yadi permintaan maaf yang diutarakan Afriani tidak berarti bagi dirinya juga keluarga korban yang lain. " Permintaan maaf itu sudah terlambat. Kalau mau, (harusnya) dari pertama permulaan. Sekarang sudah mau ketuk palu dia baru minta maaf," ungkap Yadi kesal.
Yadi menduga, semua yang terjadi selama persidangan adalah rekayasa pengacara saja untuk meraih simpati. Apapun yang sudah dipertontonkan di persidangan hingga detik ini, Yadi ngotot menuntut 20 tahun penjara untuk Afriani. Menurutnya, angka 20 itu baru bisa dikatakan setimpal karena Afriani telah menghilangkan 9 nyawa. "Kalau 15 tahun berarti satu nyawa sekitar 1,5 tahun. Enak benar kalau sudah membunuh orang, cuma dihukum1,5 tahun," keluhnya.
Laili
KOMENTAR