Perkiraan Yo dan Lie menjadi korban perampokan memang diperkuat dengan beberapa kunci lemari yang ditemukan polisi berserakan di pekarangan. Apalagi, di sekitar lokasi juga ditemukan jejak telapak sepatu. Namun seiring dengan jalannya penyelidikan, polisi justru mengendus pelaku pembunuhan adalah orang dekat kedua korban.
"Ada banyak bukti yang mengarah ke sana. Tak ada kerusakan pintu atau jendela, yang artinya pelaku pasti kenal baik dengan korban," ujar Kasat Reskrim Polres Metro Kota Tangerang, AKBP Suharyanto. Selain itu, lanjut Suharyanto, anjing pelacak yang diturunkan polisi juga hanya berputar-putar di dekat lokasi kejadian. "Kami pun mengarahkan penyelidikan kepada orang dekat korban."
Semula polisi mencurigai seseorang yang tiap pagi setor otak-otak ke Warung Siomay Andy. Hari itu, tak seperti biasanya orang itu tak muncul hingga siang. "Setelah penyelidikan lebih dalam, tak ada tanda-tanda mengarah ke sana." Kecurigaan kemudian beralih ke Bu yang gerak-geriknya tampak aneh. "Semua anaknya histeris dan menangis, tapi Bu tampak tenang-tenang saja."
Kendati begitu, lanjut Suharyanto, Bu tak bisa menyembunyikan kegelisahannya. "Ia terus menerus menyalakan rokok, lalu dibuang. Begitu terus berulang-ulang," lanjut Suharyanto yang tak bisa langsung meringkus Bu karena belum ada bukti kuat.
Namun di tengah-tengah kerumunan warga dan polisi, diam-diam Bu terlihat akan melarikan diri dengan sepeda. "Saat itulah ia kami tangkap dan dibawa ke kantor. Setelah diinterogasi, dia mengaku sebagai pembunuhnya." Bu, menurut Suharyanto, cukup cerdik dan licik. Selain pura-pura menjadi yang pertama kali menemukan orangtuanya meninggal dan mengabarkan ke adiknya, ia juga berusaha melenyapkan barang bukti lalu melaporkan masalah ini ke Polsek Neglasari.
Praktis sejak kematian Yo dan Lie, warung Siomay Andy tak lagi buka. "Pasti akan buka lagi, tapi entah kapan. Saat ini kami masih berduka," ujar Andy pelan. Soal sosok Bu, ia tak mau bicara banyak. "Kami sekeluarga sangat syok dan pusing dengan kenyataan ini. Rasanya dunia mau kiamat."
Yang jelas, di mata anak-anaknya, Yo adalah pekerja keras. Ia juga tak pernah membedakan kelima anaknya. "Kalau kami mau dagang, Papa dengan senang hati akan mengajari dan memberi modal. Tinggal niat anaknya saja," tutur Andy yang juga membuka toko kelontong di rumahnya selain membantu sang ayah.
Sayang, hidup pasangan pekerja keras itu harus berakhir seperti ini...
Sukrisna
KOMENTAR