Sudah 13 tahun lamanya NA menggeluti dunia bisnis. Berbagai macam jenis usaha pernah ia jalankan, termasuk menjual pakaian dalam jumlah kecil kepada saudara atau tetangganya. Seiring dengan berjalannya waktu, NA berganti usaha menjadi suplier beras dan air mineral. "Saat itu tidak ada hutang, tidak ada piutang," ujar ibu dari dua anak yang masih berusia 5 dan 6 tahun ini. Menurut NA, ia mulai giat berbisnis setelah mendapatkan dukungan dari suami keduanya yang kini sudah almarhum.
Belum adanya masalah yang cukup berarti selama menjalankan usaha dan atas ajakan beberapa teman dekatnya membuat NA tertarik untuk menjalani usaha sewa atau rental mobil pada akhir 2010 lalu. Pada tanggal 15 September 2011, CV Amanah Sejati dinyatakan resmi berdiri dan memiliki akta usaha untuk menaungi bisnis rental kendaraan roda empat yang berkantor di wilayah Bogor itu.
Menurut NA, dalam menjalankan bisnisnya, ia hanya mengandalkan modal kepercayaan dan tanggung jawab. Hal itu dikarenakan mobil-mobil yang ia sewakan semuanya merupakan mobil pinjaman dari orang-orang yang dia kenal. "Aku sewa ke temanku. Ada yang harian, ada yang bulanan." NA pun mengaku membayar sejumlah uang sebagai biaya sewa kepada para pemilik mobil tersebut. "Semua bukti invoice dan pembayaran ada lengkap di saya," ujarnya.
Namun, usaha yang semula berjalan lancar mulai menemui masalah. Pengaturan keuangan perusahaan yang buruk disebut NA sebagai salah satu penyebabnya. "Setahu saya, di dunia usaha 'gali lobang-tutup lobang' itu sudah biasa. Orang ada yang pinjam uang ke bank, tapi saya tidak. Saya cuma pinjam ke teman-teman," jelasnya.
Untuk mengatasi masalah keuangan tersebut, NA pun memutuskan untuk menggadaikan beberapa mobil yang bukan miliknya itu. "Tidak semua mobil saya gadaikan. Sekitar 25 persen mobil yang ada saya gadaikan untuk 'gali lobang-tutup lobang' untuk pembayaran gadainya. Yang 75 persen sisanya masih dalam keadaan sewa," ungkapnya.
Sayang, usaha NA untuk menyelesaikan masalah dengan cara seperti itu justru membawa masalah baru. "Tiba-tiba, di bulan Juni ini saya telat satu minggu pembayaran (sewa mobil). Saya didesak oleh teman saya yang kasih rental (mobil) ke saya," ujarnya. "Padahal bulan Juni itu saya mau menyelesaikan hutang-hutang mobil yang 25 persen sudah saya gadaikan. Ternyata, dengan jangka satu minggu, teman-temannya (para pemilik mobil) maksa," imbuhnya.
Ditampar dan Dipukul
Ada beberapa pihak yang meminjamkan mobil untuk usaha rental mobil yang dijalankan NA. Di antaranya adalah AK dan PT Kansa Abadi. " Kalau sama AK ini, saya bayar sewa 275 ribu rupiah sehari untuk satu mobil. Aku ambil 6 mobil. Kalikan berapa bulan lamanya. Yang kedua, aku bersyukur kenal dengan PT Kansa karena aku dikasih (sewa) bulanan. Satu bulannya aku dikenai 4,5 juta rupiah sampai 4,8 juta rupiah. Ada juga yang sampai 7,3 juta rupiah untuk (sewa) yang Innova," ujarnya.
Oleh NA, mobil Innova ia sewakan kembali dengan biaya 350 ribu rupiah per hari. "Kalau dihitung, sekitar 10 juta rupiah satu bulan untuk Innova. Biasanya itu yang pakai orang-orang tetentu. Kalau yang lancar sewanya itu Avanza dan Xenia," bebernya.
Namun, pada pertengahan Juni tahun ini, NA telat membayar sewa rental termasuk kepada AK. Ia pun diberi ultimatum untuk segera menyetor uang sewa atau mobil-mobil yang dipinjam dari AK harus segera ia kembalikan. Padahal, mobil-mobil tersebut masih dalam posisi di sewa oleh orang lain dan ada yang digadaikan.
AK ternyata tidak sabar. Senin (18/6) malam, AK mengajak beberapa orang lainnya, yaitu HD dan HR untuk 'membuat perhitungan' kepada NA. "Tiba-tiba, AK, HD dan HR 'mengambil saya' malam-malam. Saya dibawa pergi dan disuruh menunjukan dimana semua mobil mereka, padahal itu juga bukan mobil mereka," ujarnya. "Setelah itu, saya tiba-tiba ditampar dan dipukul di depan konsumen saya," ungkapnya.
Sebelumnya, salah satu anak NA juga sempat diancam akan dibawa oleh salah seorang pemilik mobil sebagai jaminan. Pemilik mobil tersebut mendatangi rumah kontrakan NA di Kampung Pisang, desa Karadenan, Bogor untuk meminta kembali mobil yang disewakannya pada NA. "Mereka, owner-owner itu, kumpul semua di rumah saya seolah-olah saya terpidana hina. Padahal jelas mobil ada dan tinggal diambil. Kok caranya seperti itu kepada saya? Padahal mereka teman-teman saya sendiri."
"Kami bisnis tapi tolonglah, jangan aniaya saya. Saya juga manusia. Toh mereka juga dapat keuntungan. Mobil juga ada dan tidak saya hilangkan. Tinggal diambil. Tapi bukan dengan cara menendang saya, memukul saya," ujarnya kesal.
NA sendiri yakin kalau ia masih mampu melunasi semua hutangnya kepada para pemilik mobil. "Saya rasa ini hanya masalah hutang-piutang saja. Kalau masalah hutang-piutang, kewajiban saya masih bisa saya pertanggung jawabkan. Tapi, di luar sana fitnahannya luar biasa," katanya.
Siap Menjalani Hukuman
Usai mengalami tindakan tidak menyenangkan dari beberapa pihak, pada hari Jumat (22/6), NA diadukan oleh seseorang bernama Arun ke polsek Babakan Madang, Bogor. Berdasarkan laporan tersebut, polisi kemudian menangkap NA pada Minggu (24/6) sore. "Ia ditangkap di Belanova (pusat perbelanjaan, Red.), sedang ngobrol dengan pemilik kendaraan. Polisi menyamar dan janji ketemu di situ," ujar Kepala Unit Reskrim Polsek Babakan Madang, Ipda Sonson Sudarsono yang ditemui diruang kerjanya pada Rabu (4/6).
Menurut Sonson, Arun mengadukan NA ke polisi karena kendaraan yang masih ia pinjam dari NA diambil oleh pemilik kendaraan tersebut. Padahal Arun sendiri telah membayar sejumlah uang kepada NA. "Arun ditipu sekitar 27 juta rupiah," katanya.
Sekitar 58 unit mobil digelapkan oleh usaha milik NA tersebut dan polisi telah mengamankan 14 unit diantaranya. "Ibu NA kami jadikan tersangka kasus penipuan dan penggelapan kendaraan roda empat yang diakui setelah diperiksa oleh tim polsek Babakan Madang," ungkap Sonson.
Tidak hanya NA yang mendekam di balik jeruji besi, tiga orang karyawannya pun turut 'diamankan' oleh pihak kepolisian. Pasal 372 dan 378 KUHP tentang penipuan dan penggelapan dengan ancaman hukuman 4 tahun penjara digunakan polisi untuk menjerat NA.
NA sendiri mengaku siap menjalani hukuman yang akan dijalaninya. "Ini salah saya," ujarnya. Ia juga mengaku kapok dan tidak akan lagi menjalani bisnis rental mobil dikemudian hari. "Saya tulang punggung keluarga. Jadi, kalau satu atau dua hari saya enggak kerja, rasanya beban untuk saya. Apalagi saya punya anak yatim dua orang dan punya keluarga, punya adik-adik yang harus saya rangkul. Kalau saya enggak kerja, siapa yang mau cari uang?" katanya.
Renty Hutahaean
KOMENTAR