Menurut Bambang, Hangabehi menginginkan Tedjowulan diberi gelar dan nama yang bagus. "Saat pertama kali saya dipanggil masuk ke ruang pertemuan, masih ada perdebatan tentang kedudukan Sinuwun Tedjo. Awalnya di draft itu sebagai Wakil Dalem. Akhirnya disepakati sebagai Mahapatih. Lalu Sinuwun Tedjo mengusulkan nama Panembahan Agung. Sinuwun Hangabehi setuju."
Selama terjadi perdebatan, Walikota Solo Jokowi menunggu di luar ruangan. Sekitar jam 19.00, draft rekonsiliasi disepakati kedua belah pihak. Malam itu juga Maklumat langsung ditandatangani oleh Hangabehi dan Tedjowulan dengan disaksikan Walikota Solo Jokowi dan Mooryati Sudibyo. Maklumat itu juga ditandatangani oleh Ketua DPR RI, Menteri PU, Pariwisata, Pariwisata dan Kreatif, Mendiknas, Gubernur Jateng, dan Walikota Solo.
Rekonsiliasi itu diharapkan akankembali mempersatukan kembali keluarga besar Keraton Surakarta, sentono, dan abdi dalem yang sempat terbelah. Rekonsiliasi itu sudah disosialisasikan kepada para kerabat Keraton Surakarta di Jakarta dalam acara tasyakuran di kediaman Mooryati Soedibyo di Jakarta, Minggu (20/5). Dalam acara itu juga dibacakan Maklumat Bersama yang sudah ditandatangani bersama. Selanjutnya, sosialisasi yang sama juga dilakukan di Surakarta.
"Sinuwun PB XIII dan Panembahan Agung juga akan bertemu dengan para sentono dan para putra mendiang PB XII yang bergelar KGPH, plus GPH Madukusumo, GPH Suryowicaksono, keduanya adik Sinuwun Hangabehi. Dalam kesempatan ini sudah tidak relevan lagi bicara bahwa mereka adalah putra satu ayah lain ibu. Agenda utama Dwi-Tunggal adalah mengajak bicara tentang nasib Keraton Solo ke depan."
Agenda Dwi-Tunggal selanjutnya masuk Keraton Solo dengan damai. Yang jelas, kata Bambang, Dwi-Tunggal meminta maaf kepada masyarakat luas bila selama 8 tahun perpecahan itu, telah mengganggu masyarakat. Dan pada Kamis (24/5) lalu Pemerintah Kota Solo serta Muspida menyambut kedatangan PB XIII Hangabehi dan KGPHPA Tedjowulan bersama keluarga.
Aroma haru bunga melati bercampur irisan daun pandan memenuhi lobi Balai Kota. Di depan pintu masuk juga dihiasi janur melengkung seperti akan ada hajatan. Penyambutan kedatangan para penguasa keraton menurut Walikota Jokowi adalah salah satu bentuk dukungan pemerintah pusat, provinsi, dan Kota Solo untuk pelestarian keraton sebagai pusat budaya Jawa.
Dua perempuan yang ikut berbahagia dalam rekonsiliasi itu adalah GKR Mas, istri KGHPA Tedjowulan, dan RAy Pradapaningsih, garwa ampil PB XIIIHangabehi. "Saya lega, bangga, dan bahagia. Setelah sekian lama, sekarang rukun kembali," ujar GKR Mas.
Keraton Surakarta pun tengah memulai babak baru.
Rini Sulistyati
KOMENTAR