Salah satu pengusaha tahu yang sudah memanfaatkan mesin pemotong tahu adalah Hasanuddin (49). Hasan mengisahkan, awalnya para produsen tahu di Kampung Trunan biasa menjual produknya dalam bentuk tahu sayur ke pasar. Namun seiring permintaan pasar, bentuk tahu pun berubah. Tidak hanya kotak, melainkan ada yang berbentuk bulat. Ketika digoreng, orang menyebutnya tahu pong. Belakangan muncul lagi kerupuk tahu. Yaitu tahu pong dibelah dan dikeluarkan isinya, lalu kulitnya digoreng.
Kini, kerupuk tahu menjadi alternatif oleh-oleh khas Kota Magelang di samping gethuk. Sementara isi tahu pong juga tidak terbuang percuma. Setelah dibumbui, ditambahi irisan wortel, dibungkus plastik, jadilah rolade. Rolade tahu ini juga laris manis, salah satunya dijual di Pasar Gotong Royong, Magelang.
Hasanuddin mengaku termasuk pelopor pembuatan kerupuk tahu dan rolade tahu di Trunan. "Saya besar di Trunan. Dengan sendirinya bisa membuat tahu karena warga di sini mata pencariannya memang membuat tahu," terang Hasan memulai cerita tentang usahanya.
Hingga tahun 2005, tahu buatannya hanya dijual sang istri, Kiswati, ke Pasar Gotong Royong. Dari tahu bentuk kotak, lama-lama berkembang berbentuk bulat. Dengan bahan kedelai 20 kg, kadang tahunya tidak habis. Sayang kalau tahu yang tidak habis itu dibuang percuma. "Tahu-tahu itu kemudian saya belah, bagian dalamnya saya sisihkan. Kulitnya saya goreng. Ternyata kok enak, kriuk-kriuk seperti kerupuk. Mulailah saya jualan kerupuk tahu. Awalnya saya jual di Magelang saja karena di tahun 2005 saya masih kerja di dealer sepeda motor," jelas Hasan.
Tahun 2007, Hasan berhenti kerja dan fokus bisnis kerupuk tahu. Ia memasarkannya sampai ke Surabaya dan Bandung, serta Jakarta. Ternyata, permintaan terus meningkat. Produksi yang semula hanya 20 kilo kedelai, bisa meningkat pesat menjadi 4 kuintal. Hasan pun menambah tenaga kerja. "Sayangnya, alat pembelah tahu masih manual, menggunakan gunting. Padahal kian hari produksi terus meningkat. Permintaan datang dari berbagai kota besar di Indonesia. Sekarang sampai satu ton kedelai per hari," terangnya.
Peningkatan produksi itulah, yang membuat Ketua Kelompok Usaha Makanan, Karya Boga, ini meminati mesin pembelah tahu pong buatan Tim dari UMM. "Kalau dibelah dengan gunting memang lama. Dulu, untuk produksi 1 ton, saya bisa mempekerjakan 50 orang buat menggunting tahu pong mulai jam 07.00 pagi sampai jam 19.00. Sekarang dengan mesin pembelah, bisa dikerjakan satu orang sampai jam 16.00," jelas Hasan.
Kendati demikian, Hasan tidak mem-PHK karyawan lainnya. Ia justru membuat usahanya makin produktif. "Tenaga penggunting tahu saya alihkan untuk melepaskan isi tahu yang sudah dibelah dengan mesin. Tenaga lainnya membuat rolade," papar Hasan yang merasa terbantu dengan hadirnya teknologi mesin pemotong tahu itu.
Menurut Hasan, produksi rolade juga terus diminati pedagang pasar.
Hasan tidak mau menikmati kesuksesan sendirian. Sebagai ketua kelompok usaha tahu, Hasan masih mau menjadi pengepul produk kerupuk tahu milik rekan sesama produsen tahu. Minimal ada tujuh produsen kecil yang produknya ia jajakan di Toko Cahaya Tidar miliknya di Jl. Jendral Sudirman.
Seiring efisiensi waktu dan permintaan kerupuk tahu serta rolade yang terus meningkat, Hasan berencana mendirikan pabrik tahu baru. Ia juga sudah berancang-ancang akan membeli mesin pembelah tahu lagi untuk menambah produksinya.
Rini Sulistyati
KOMENTAR