Apa yang terjadi di hari jatuhnya Sukhoi?
Saya sempat dengar dari Celly, PT SA sudah bekerjasama dengan Sukhoi sejak tahun 2011. Mungkin karena sudah ada kerjasama, perusahaan ini ditunjuk jadi penyelenggara acara promosi Sukhoi. Oleh kantornya, istri saya ditugasi menjadi penerima tamu. Tugasnya mengkoordinasi pramugari di sana, seperti siapa yang bertugas di pesawat dan pakai baju apa. Sampai hari terakhir, yang saya dengar dari dia hanya sibuk mengurusi itu saja.
Sejak malam sebelumnya, Selasa (8/2), dia sudah sibuk cari baju. "Pak, pakai ini bagus, enggak? Cocok, enggak?" katanya. Dia sampai tiga kali ganti baju di depan saya dan anak kami. Akhirnya dia pakai baju motif batik warna cokelat tua dengan roknya. Makanya saya ingat banget baju terakhirnya karena saya ikut memilihkan.
Lalu?
Hari Rabu (9/5) pagi, saya sempat mengantar dia ke kantor. Biasanya kami berangkat sendiri-sendiri. Saya dengan mobil, dia naik kereta api jam 05.00 WIB. Tapi karena hari itu bajunya rapi, dia minta tolong SAYA mengantarnya. Selama perjalanan menuju Halim, dia enggak ada cerita mau terbang atau ada joy flight.
Saya sempat ke toilet dan dia menunggu saya di lobi bandara. Usai dari toilet, saat saya berjalan ke arahnya, saya lihat dia cantik sekali. Dia senyum-senyum. Saya sampai sun (cium, Red.) dia tiga kali. Biasanya, saya hanya cium dia di kening sekali saja sebelum kami berpisah. Tapi kali ini sampai tiga kali, di pipi kiri, kanan, dan di bibirnya.
Jam 11.00 dia kontak saya. Nada bicaranya riang sekali. Saya pikir, acara itu pasti berjalan sukses dan lancar. Saya sempat memberitahunya, berita tentang Sukhoi dan PT SA dimuat di salah satu koran harian. "Oh, ya? Nanti sore pasti beritanya lebih banyak karena ada televisi dan media lain," katanya. Enggak tahunya, beritanya malah berbeda. (Didit tertunduk).
(Didit dan Celly memiliki dua anak. Si sulung, Beatrice Amabella Utara atau Bella, berumur 12 tahun dan baru selesai ujian SD. Sedangkan yang bungsu bernama FX Billy Digdoyo atau Billy, masih berusia 5 tahun.)
Rabu (9/5) itu Bella baru selesai UAN. Selesai ujian, saya sempat telepon dia dan dia menanyakan ibunya. Tapi setelah dapat kabar hilangnya Sukhoi, saya telepon kakak saya dan minta dia stand by di rumah. Di situ Bella sudah mulai curiga. Dia juga melihat berita di teve dan dapat kabar dari teman-temannya lewat BB (BlackBerry). Dia tanya, "Ibu mana? Kok, Ibu belum pulang? Kok, Ibu enggak telepon?" Dia bingung ibunya enggak telepon sejak pagi padahal biasanya istri saya telepon setiap satu atau dua jam sekali menanyakan kabar. Akhirnya, saya cuma bilang ke Bella, "Berdoa saja." Kata orang yang di rumah, dia langsung tutup telepon dan pergi ke kamar.
Pastilah dia sedih. Kaget karena tiba-tiba sekali. Sampai saat ini saya masih khawatir dia pendam (perasaan sedihnya). Sekarang, sih, masih banyak temannya datang untuk menemani. Dia juga saya suruh sekolah lagi biar ada kegiatan. Kebetulan sekarang di sekolah juga masih acara lulus-lulusan dan perpisahan. Kalau dia di rumah, saya kasihan. Saya juga menyuruh dia tidak nonton teve atau dengar berita. Biar dia tahu dari saya saja. Sampai saat ini saya lihat dia tabah.
Soal Bella sempat mengirim BBM (BlackBerry Massanger) kepada Celly?
Itu karena dia ingin tahu kabar ibunya. Dia begitu karena enggak ada BBM atau telepon dari ibunya. Kebetulan, hari itu ada temannya Bella yang ulang tahun. Biasanya, kalau ada acara seperti itu, istri saya pasti telepon.
Bella pernah bilang ke saya, "Ibu pasti selamat, Pak." Saya cuma minta dia siap dan berdoa karena saya juga berharap begitu. "Tapi kamu harus siap menerima kondisi apa pun keadaan Ibu nanti," kata saya. Dia jawab, "Iya."
Bagaimana keadaannya sekarang?
Kelihatannya sudah lumayan, tapi saya enggak tahu di dalam hatinya. Sudah banyak penghiburan dari teman-teman dan saudara yang datang. Saya lihat dia fine saja, kelihatannya cukup tegar. Enggak tahu kalau keadaan sudah sepi. Rencananya, saya mau kasih dia pendampingan psikolog supaya tahu harus bagaimana untuk menerima kondisi seperti ini. Ini juga sudah diusahakan oleh saudara saya.
Dia masih kecil, masih berpikir ibunya kerja dan belum pulang. Tapi tadi malam saat ngomongin soal ibunya, dia tiba-tiba bilang, "Ibu enggak luka. Ibu enggak luka, kok," katanya. Kayaknya dia tahu ada kecelakaan makanya saya berusaha untuk tetap tabah dan tegar di depan dia. Itu untuk kebaikan dia juga. Tapi pelan-pelan pasti saya akan bicara.
Anda sendiri bagaimana?
Saya pribadi sudah pasrah, apa pun yang terjadi. Saya dapat menerima Celly seperti apa pun tapi saya tetap berharap yang terbaik buat dia dan ada mukjizat. Dia sudah sejak dulu jadi pramugari dan ayahnya juga pilot. Sudah pernah terbersit di pikiran saya akan ada kejadian seperti ini. Saya selalu berdoa untuk keselamatan dia karena ini risikonya. Sejak tahun 1987 dia bekerja di penerbangan dengan jam kerja yang padat. Kenapa untuk penerbangan yang rencananya cuma 30 menit, malah kejadiannya seperti ini? Pesawatnya baru pula. Takdir Tuhan enggak ada yang tahu.
Renty Hutahaean
KOMENTAR