Di luar profesinya sebagai artis di grup Teater Tari Sahita, perempuan kelahiran Madiun, 11 Mei 1963 ini adalah penyanyi keroncong. Namun ia tidak mau terikat pada satu grup orkes keroncong mana pun. "Jadi freelance, lebih enak, tidak terikat waktu," terang Atik yang hobi menyanyi sejak kecil. Seni lain yang ia geluti adalah melukis wayang dan menjadi guru les melukis untuk anak-anak.
Cara Atik mengajar lukis cukup unik. "Kadang saya dahului dengan mendongeng. Dengan begitu anak-anak berimajinasi sendiri. Sesudah mendongeng, saya minta mereka menggambar," kata Atik.
Kegiatan Atik lainnya, ia kerap diminta menjadi juri berbagai lomba. Misalnya saja merangkai bunga dan sayur. Lalu, apa komentar Henky sang suami dan kedua anaknya saat Atik ber-make-up layaknya nenek-nenek renta? "Orangtuaku gila. Begitu komentarnya, ha..ha..ha..."
Inong Wahyu Widayati
Ibu dua putra ini memiliki dua tanggal lahir yang berbeda. "Gara-garanya, waktu ibu mau mendaftarkan saya sekolah sedang dalam kondisi purik ke rumah nenek. Surat kelahiran dicari-cari tidak ketemu. Waktu bersih-bersih justru menemukan struk merah dari rumah bersalin. Akhirnya ibu mendaftarkan saya asal saja. Dia menuliskan saya lahir di Sragen, 3 Januari 1965. Padahal di kemudian hari diketahui saya lahir di Sragen, 1 Februari 1964," terangnya.
Alumni Seni Tari ASKI ini pernah bekerja di Taman Budaya Surakarta. Pernah pula mengajar tari di Ngawi dan sebuah kecamatan di Kendal. "Tapi cuma bertahan 6 bulan karena tidak kerasan tinggal di gunung," kata Inong yang kini berstatus PNS. "
Semasa di Teater Gapit, Inong pernah berperan sebagai Mbah Kawit. Tokoh Mbah Kawit kini masih dibawa ketika pentas bersama Sahita. Inong pun mengaku aktivitas seninya didukung penuh sang suami. Dia membebaskan saya berekspresi seni. Mungkin karena suami saya, Murtiyanto, juga seorang seniman. Dia pelukis."
Dosen Jurusan Seni Tari ISI Surakarta ini punya cerita soal nama Thing Thong. "Suatu kali saya ikut pertunjukan teater. Saya berperan memencet bel kalau tamunya sudah datang. Bunyinya thing thong. Karena blocking, posisi duduk saya di panggung terhalang gong. Akibatnya pemeran tamu belum masuk, saya sudah pencet bel yang berbunyi thing thong. Nah, sejak itu teman-teman menyapa Thing Thong," ucap Setyoasih mengisahkan nama keartisannya.
Sebelum di Sahita, ibu tiga anak hasil pernikahannya dengan F. Hari Mulyatno ini bergabung di Teater Gapit pada 1982. Di Sahita ia dituntut berperan yang bertolak belakang dengan perannya sebagai dosen seni tari yang acapkali harus serius. Kepiawaiannya menari itulah yang membuat Thing Thong menjadi tempat bertanya rekan-rekan di Sahita untuk menyusun gerak tari Sahita di panggung.
Yang membanggakan Thing Thong sebagai penari, dialah penari bedaya pertama di Keraton Surakarta yang berasal dari "luar" tembok keraton. Tahun 1985, cerita Thing Thong, ia dipilih oleh GBPH Puspo, Putra PB XII, untuk menarikan bedaya di keraton. "Bahkan, saya bisa menari bedaya sampai empat kali," ucapnya kalem.
KOMENTAR