Tahun 2012 ini wanita di penjuru tanah air memperingati Hari Kartini yang ke-133. Raden Ajeng Kartini yang lahir di Jepara, Jawa Tengah, pada 21 April 1879 adalah sosok wanita yang sangat taat pada adat istiadat. Para wanita Medan memberi pandangan dan tanggapan buat Raden Ajeng Kartini. Mereka adalah Hj Sutiyas Gatot Pujonugroho, Viviani Husin, Elly Harahap ,dan Gledy Simanjuntak.
Menurut Ny Sutiyas, keinginan Kartini untuk memajukan wanita Indonesia patut diacungi jempol. "Sekarang wanita tidak melulu harus di dapur saja tetapi juga harus punya ilmu. Begitu pun Kartini tak bercita-cita perempuan itu seperti pria. Perempuan harus sesuai dengan fitrahnya. Saya yakin, sampai sekarang ini cita-cita Kartini sudah berhasil, buktinya perempuan-perempuan sekarang bisa sekolah setinggi-tingginya sesuai dengan kemampuan."
Namun, Ny Sutiyas mengingatkan walau pun sekolah dan jabatan tinggi tapi perempuan bukan saingan pria. "Kodrat kita ya tetap wanita yang harus tunduk pada suami," ujar ibu dari lima anak.
Apalagi, lanjut Ny Sutiyas, dalam Islam istri harus taat pada suami. "Walau seorang wanita itu presiden sekalipun, tapi kedudukan perempuan masih dibawah suami. Sejak zaman dahulu seorang Khadijah juga begitu. Walau dia seorang saudagar yang kaya raya dan perempuan yang hebat. Tapi, dia tetap patuh pada suaminya," jelas Ny Sutiyas yang sehari-hari berhijab ini.
"Jadi, bukan baru lagi sekarang, perempuan-perempuan bisa sukses. Sejak zaman Rasulullah,istrinya Khadijah. Selain tetap dengan kodratnya, Nabi Muhammad SAW pun adalah suami yang modern. Dia selalu berdiskusi dengan Khadijah dalam hal apa pun juga. Jika perempuan bekerja tapi perempuan itu harus tahu kodratnya."
Sumi Kartini, Raden Adipati Joyodiningrat mengerti, setelah menikah suaminya ikut mendukung istrinya. Menurut Ny Sutiyas, seorang wanita yang ikhlas senantiasa bekerja dengan penuh kasih sayang terhadap anaknya. "Kewajiban ibu rumah tangga maupun wanita karier pertanggung jawabannya pada Tuhan," tutup Ny Sutiyas sumringah.
"Kartini sekarang ini harus sesuai dengan zaman. Misal, harus menguasai Teknologi. Dia juga harus bisa cari uang, bisa masak, urus anak dan tak lupa juga harus memberi ASI bayinya. Apalagi, wanita single parent harus lebih kuat," ujar mantan jurnalis di Medan yang sekarang menjadi pengusaha menjual perlengkapan busana muslim di tokonya Pasar Ramai medan.
"Dampak memperingati hari Kartini setiap tahunnya sangat positif sekali. Walau kita tetap melakukan kewajiban kita sebagai wanita. Tapi, kita tak dihalang-halangi dan tak dikekang lagi. Senang sekali ada perjuangan beliau. Karena Kartini pula kita jadi punya hak-hak di zaman sekarang," kilah Elly yang selalu berpenampilan modis ini.
Menurut Elly, ada istri bekerja tapi suaminya tidak. " saya pikir itu syah-syah saja. Asal tak ada yang keberatan. Tapi, wanita yang berpikir seperti Kartini dia tak mau seperti wanita itu. " Saat ini prestasi wanita Indonesia sudah sedemikian maju, modern, berprestasi dan terdepan di bidangnya masing-masing.
Dengan semangat Kartini, kata Elly, Elly berniat untuk melakukan yang terbaik di bidang yang digelutinya sekaarng ini. " Saya ingin menjadi diri saya sendiri. Di bidang bisnis atau apalah. Bagi saya nggak ada kata terlambat," jelas Elly tersenyum simpul. Lantas apa pesan Elly untuk Kartini-Kartini lainnya di Indonesia ? " Jangan takut juga mengasah bakat dan kemampuan Anda. Dan, jangan berhenti untuk terus belajar dan belajar," ungkap pengagum Cut Nya Dien.
KOMENTAR