Kenapa setelah lebih dari sebulan Anda dan suami baru melaporkan masalah ini ke polisi?
Sebenarnya, meninggalnya Olivia Dewi atau yang sering kami panggil Olive atau Cece ini nyaris kami lupakan. Semula keluarga menggangap, ya sudahlah, Olive sudah tenang di sana. Dia sudah senang di Surga. Dia juga tidak lagi merasakan bagaimana sakitnya terbakar di dalam mobil. Tapi jika kami sedang mengobrol, kerap saya mendadak menangis karena merasa ada sesuatu yang hilang. Dan ternyata, kami semua memang merasakan ketidakhadiran Olive lagi dalam keluarga kami.
Beberapa petunjuk dan informasi mengenai kecelakaan yang kami terima terus-menerus membuat kami makin tersadar. Kami harus melakukan sesuatu. Jangan sampai ada kejadian serupa. Langkah kami mengadukan pihak Nissan ke polisi ini bukan hanya untuk Olive, tapi juga untuk melindungi masyarakat Indonesia. Lebih khusus lagi, kami ingin menunjukkan kepada empat anak kami yang lain, demi Olive kami tidak tinggal diam setelah kejadian tragis itu.
Kabarnya Anda juga kecewa kepada pihak Nissan?
Pada tanggal 19 Maret lalu ada perwakilan Nissan yang datang mengucapkan bela sungkawa dan berjanji akan memberi keterangan soal kenapa pintu terkunci, airbag tidak terbuka, dan mobil terbakar. Ternyata justru esok harinya mereka malah menggelar jumpa pers. Anak saya jadi headline, seolah-olah semua kesalahan ditujukan ke anak saya. Itu yang membuat kami tidak terima.
Namun kami tidak mau gegabah. Makanya kami minta bantuan pengacara. Kami tidak mau tanggung-tanggung, kami pilih pengacara yang memang sudah terkenal. (Natalie dan sang suami, Soerijo Gondo Setiawan, menggunakan jasa pengacara OC Kaligis, Red.)
Jika boleh kilas balik, ketika itu Olive pamit ke mana, kok, sampai dini hari belum pulang?
Jumat sore dia pamit ke acara di British International School (BIS). Sahabatnya ada yang sekolah di situ. Dia pulang jam 23.00 kurang. Kami sempat ngobrol sekitar 15 menit. Selama ngobrol, saya duduk sementara dia tetap berdiri. Usai ngobrol saya tidak ngeh, dia masuk kamar atau tidak. Saya mengira dia masuk kamar. Sekitar jam 01.00 saya baru masuk kamar saya.
Dari mana dapat kabar kecelakaan?
Jam 04.00 Angelina (adik Olive) masuk kamar. Dia bilang Olive kabur dan kecelakaan, dan ada di RS Cipto Mangunkusumo (RSCM). Lalu saya buru-buru ke RSCM bersama Angelina. Saat melewati Bundaran HI (Keluarga Natalie tinggal di Apartemen Da Vinci, Red.), saya lihat mobil Olive terbakar. Saya tahu dari pelat nomernya dan mobilnya sudah putih. Waktu itu juga saya lihat belum banyak orang. Saya malah minta Angelina memacu mobilnya agar cepat sampai RSCM. Ternyata di sana Olive tidak ada. Dan saya baru tahu belakangan, ternyata saat saya lewat itu, Olive masih terpanggang di dalam mobil.
Jadi sebenarnya, kapan Olive ke luar rumah?
Dari hasil rekaman CCTV, ternyata dia keluar apartemen sekitar pukul 23.15 dan sudah ditunggu teman-temannya. Padahal sebelum saya masuk kamar, saya sudah cek kamar anak saya. Kamar mereka sudah terkunci dan saya mengira Olive juga sudah di dalam kamar.
Sebenarnya ini yang ketiga kalinya Olive kabur dari rumah. Tapi jarak antara yang kedua dan ketiga ini sudah lama sekali. Dulu waktu kejadian kedua, saya monitor ketat dan belakangan memang tidak pernah lagi. Nah, kemarin ini saya, kok enggak ngeh dia keluar rumah diam-diam.
Dia bilang hanya menongkrong di sebuah kafe 24 jam dengan teman-temannya. Saya sempat tanya, kenapa harus kabur, kenapa enggak pamit ke saya? Ya, dia takut dimarahi papanya. Mungkin juga karena Olive anak tengah, ya? Kata orang, anak tengah itu ada-ada saja ulahnya. Tapi saat kejadian itu, sebenarnya Olive hanya ingin mengantarkan temannya.
Olive itu sebenarnya paling dekat dengan saya. Dibandingkan anggota keluarga lainnya, dia yang paling sering ngobrol dengan saya. Maklum, dengan Angelina, kan, dia agak sepantaran. Jadi susah akur. Sementara adiknya punya dunia sendiri, yakni main basket.
Padahal Anda ibu tiri, ya?
Sejak menikah, dalam keluarga kami tidak ada istilah ibu kandung atau ibu tiri. Ini memang komitmen saya menikah dengan suami yang sudah punya tiga putri. Saya harus menjadi ibu mereka. Apalagi sejak lama mereka sudah tidak kontak lagi dengan ibu kandungnya. Sejak menikah, saya sengaja menghindari pemberitaan media (Natalie dulu adalah seorang model, presenter, dan pemain sinetron, Red.). Saya tidak ingin muncul istilah ibu tiri dan anak tiri dalam keluarga kami ketika media memberitakan keluarga kami. Makanya selama 10 tahun kami menikah, saya sengaja menghindari pers.
Olive pernah menjadi Gadis Sampul, bagaimana peran Anda?
Ya, kalau dari keluarga papanya, kan, memang tidak ada yang menekuni dunia hiburan. Awalnya, anak saya lebih sering baca majalah luar. Saya yang mengenalkan dia majalah-majalah terbitan Indonesia. Suatu ketika dia menunjukkan pengumuman Gadis Sampul. Saya bilang, kalau tertarik daftar saja. Saya juga bilang dulu pernah jadi Gadis Sampul. Akhirnya dia terpilih.
Setelah terpilih, hampir tiap hari dia ada jadwal pemotretan. Saya juga yang mengatur dan mengantarkannya. Tapi rupanya papanya kurang berkenan. Makanya saya menyarankan agar pelan-pelan kegiatannya dikurangi dan nanti ditekuni lagi setelah kuliah. Dia pun sepertinya menerima.
Olive juga sempat setahun kuliah di Singapura. Tapi kami khawatir dia sendirian di sana. Akhirnya, kami tarik pulang dan dipindahkan ke Jakarta.
Olive sudah punya SIM?
Sudah. Bahkan sempat sampai dua kali. Yang pertama dapatnya "nembak". Tapi SIM itu hilang dan akibatnya dia tak boleh naik mobil lagi. Nah, menjelang ulang tahun ke-17, dia merengek-rengek mengurus SIM lagi. Saya minta, dia ujian SIM seperti biasa. Aneh, ya? Saat dia nyopir dengan sim "tembak", enggak pernah terjadi apa-apa. Giliran nyopir dengan SIM yang diperoleh dengan jalur resmi, kok, malah kecelakaan yang berakibat fatal begini.
Ada firasat sebelum Olive meninggal?
Ada banyak firasat yang saya rasakan. Beberapa waktu lalu kami sempat ke Amerika selama sebulan. Sepulang dari sana, Olive jadi pendiam. Padahal biasanya setiap bicara dengan kakaknya, suka teriak-teriak. Sikap terhadap adiknya juga sangat baik. Sehari sebelum kejadian dia membuatkan cupcake untuk adiknya yang punya acara di sekolah.
Saat ulang tahun ke-17, Olive juga ngotot pakai baju putih. Hati saya waktu itu, kok, ada yang aneh saat dia minta baju putih. Waktu di Amerika, dia sempat beli beberapa potong baju putih tapi sudah pernah dipakai di ulang tahun temannya. Nah ketika dia nyari di sini, kami tidak menemukan. Akhirnya, dia pakai warna gold.
Saat kejadian, saya juga mimpi sedang menyebarang dengan anak-anak. Saya merasa jalan bersaman lima anak saya. Tapi saya merasa, kok, Olive tidak ada. Ah... rupanya itu pertanda yang baru saya sadari setelah semua ini terjadi.
Begitu juga jika sekarang saya baca buku hariannya. Saya selalu menangis. Dia selalu menulis apa yang sering kami nasihatkan ke dia. Dan di ujung tulisan dia selalu mengatakan, "Mama sangat sayang ke Olive". Begitu juga ketika dimarahi oleh papanya, dia selalu merasa papanya sangat sayang padanya. Sekarang dia seperti "malaikat" dalam keluarga kami.
Apa rencana untuk Olive selain melaporkan masalah ini ke polisi?
Biar kenangan Olive ini terus tersimpan dalam keluarga kami, saya akan membikin sebuah film dokumenter soal Olive. Saya akan mengumpulkan testimoni teman-temannya. Ya, meski Olive sudah tiada tetapi dia masih ada di hati kami.
Sukrisna / bersambung
KOMENTAR