Cukur T Lebih Besar dari Gaji
Tempat cukur yang satu ini membuat decak kagum. Betapa tidak, para pelanggan seolah tak putus mengalir ke mari. Banyak yang mengantre untuk bisa tampil keren. Disini juga tersedia album berisi foto berbagai gaya rambut rambut. Dari gaya bule hingga ala artis Korea. Meski begitu, kebanyakan pelanggan memilih gaya rapi dan semi mohawk. Selain memangkas rambut, pelanggan juga bisa mewarnainya seperti yang diinginkan.
"Orang Jawa itu istilahnya main polah isa mamah," kata Bripka Danang Widiantoro tentang motivasi awal membuka usaha Cukur T. Sebelum membuka usaha jasa ini, ia sempat berbisnis pecel lele tapi tidak membuahkan hasil yang baik. Pada suatu ketika saat ia tengah cukur rambut dan mengobrol tentang bisnisnya, ia pun tertarik menjajalnya. "Awalnya pada tahun 1998 hanya dengan satu tukang cukur saja. Karena hasilnya sedikit, tambah satu orang lagi. Itu sudah lumayan," kata Danang yang pekerjaan utamanya bertugas di Ditlantas Polda DIY. Melihat animo pelanggan sangat bagus, maka tempat usahanya diperluas ruangannya dan dilengkapi berbagai fasilitas pada tahun 2010.
Sedangkan nama "T" dipilih Danang supaya mudah diingat oleh semua orang. "T adalah Tut Wuri. Awalnya kan usaha ini dari orangtua. Jadi saya mengikuti orangtua," jelas ayah dua anak ini. Tempat usaha yang digunakannya adalah milik orangtuanya. Letaknya strategis di Jl Monjali No 108, Sleman, Yogyakarta. Pelanggan yang datang sebagian rekan sejawatnya di kepolisian. Tetapi banyak juga kalangan mahasiswa dan masyarakat umum. Intinya tempat cukur ini ingin merangkul pasar dari seluruh lapisan masyarakat.
"Saya memang tidak menggunakan kata barber shop soalnya takut dikira mahal tarifnya. Di tempat ini dengan bayar Rp 6 ribu sudah dapat banyak fasilitas," ujar lelaki ramah berusia 37 tahun ini. Cukur T memang terkenal memberikan pelayanan yang lengkap, seperti tukang cukur bersertifikat, bilasan air hangat, pisau cukur selalu baru, ruangan ber-AC, hingga mendapat pijatan ringan di pundak. Juga tersedia televisi dan air minum cuma-cuma.
Harga dan fasilitas itu rupanya membuat banyak orang datang bercukur atau menyemir rambutnya. Dalam sehari 120 orang dipastikan hadir ke Cukur T. "Dalam sebulan bisa 4 ribuan orang. Sebelum Lebaran kemarin ada 230-an orang cukur rambut ke mari," jelas suami Astuti Feti Ariyanti. Untuk urusan manajemen usaha, ia serahkan ke istrinya yang sarjana hukum. Sistem yang digunakannya adalah dengan bagi hasil 50:50. "Dalam sehari saya bisa mengantongi Rp 350 ribu. Untuk kebutuhan cukur dan bayar listrik, saya sisihkan Rp 30 ribu setiap hari. Hasilnya memang lebih besar dari gaji saya," urai Danang sambil tersenyum simpul.
Untuk menjaga keguyuban dengan ke-12 karyawannya, Danang mengundang mereka makan bersama di rumah sebulan sekali. Di sana mereka saling berbagi cerita dan berupaya menyelesaikan kendala-kendala yang ada. "Mereka ikut saya untuk mencarikan uang saya, dan sebaliknya saya juga memberi mereka sarana untuk kerja," katanya. Satu hal yang membuat Danang senang, setiap hari bisa melihat semua karyawannya gajian, dan ia pun mendapatkan setoran yang bisa digunakan untuk masa depan kedua buah ahtinya.
Kartika Santi
KOMENTAR