Simak Kode
Bahan-bahan berbahaya, kata Dr. Ismiralda Oke Putranti, SpKK dari Kedokteran Umum FKIK Universitas Jenderal Soedirman/RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo, Purwokerto, tidak hanya terdapat dalam produk kosmetika. "Tapi juga di dalam pasta gigi, shampoo, body lotion, sabun, bahkan produk bayi," ujar Ismi.
Secara garis besar, bahan berbahaya terbagi menjadi dua, logam dan non-logam. Logam berat berbahaya yang sering dipakai untuk produk kosmetik antara lain arsen, cadmium, timbal, merkuri, nikel, berilium, thalium, dan selenium. Sementara formalin dan pewangi sintetis masuk ke kategori bahan non-logam berbahaya.
Jelas, semua itu memiliki efek samping. Yang paling cepat muncul, jelas Ismi, adalah peradangan kulit alias alergi. Tapi yang lebih berbahaya adalah efek yang baru muncul dalam jangka waktu panjang. "Soalnya, itu berarti bahan-bahan berbahaya tersebut sudah menumpuk dalam tubuh," ujar Ismi. Kanker, penurunan daya ingat, dan gangguan organ tubuh adalah beberapa penyakit yang bisa timbul karena penumpukan tersebut. Selain itu, "Waspadai pula jika mengalami nyeri kepala, mual, muntah, diare, peradangan kulit atau kerontokan rambut. Peradangan ini tidak serta merta muncul. Bisa saja setelah beberapa minggu memakai, baru terasa," lanjut Ismi.
Nah, untuk meminimalisir efek samping, Ismi menganjurkan untuk mencermati masa kadaluarsa produk. Jika produk tak mencantumkan tanggal kadaluarsa, cari kode khusus dalam kemasan, misalnya 'PAO 12M' (Period After Opening 12 Month), yang berarti produk bisa bertahan selama 12 bulan setelah kemasan dibuka.
Menyimpan kosmetik yang sudah dibeli pun harus dipahami tata caranya. Biasanya, produk kosmetik tak akan tahan hingga lebih dari tiga tahun. "Hati-hati juga pada produk yang sudah mengalami perubahan warna. Biasanya sudah terjadi reaksi kimia akibat proses oksidasi pada saat kemasan dibuka dan terpapar suhu yang relatif panas," kata Ismi mengingatkan.
Hasuna, Laili
KOMENTAR