Terdorong untuk segera keluar dari lilitan utang, ia tergoda merampok dan mengutarakan niatnya ke AS, tukang ojek langganannya. Tak dinyana, AS (43) menyambut baik rencana itu dan segera mengumpulkan teman-temannya yakni NR (42), BF (18), WD (36) dan AR yang masih buron, sehingga kemudian terjadilah peristiwa itu.
Dikejar Rasa Takut
Sejak peristiwa itu hingga ia tertangkap, ND mengaku hidup dalam bayang-bayang ketakutan. Karena tinggal di dalam Kantor Pos, ND beberapa kali diperiksa polisi sebagai saksi. Selama itu pula, ND mampu mengelabui penyidik. "Padahal, ketika diperiksa sebagai saksi, mau pulang kaki ini terasa berat untuk melangkah. Seakan enggak mau meninggalkan kantor polisi."
Walau baru pertama melakukan kejahatan, skenario yang dibuat ND sempat mengecoh polisi. "Saya bikin sendiri semuanya. Mungkin saya diajari iblis," tuturnya. "Pak Rachmat orang baik, saya enggak pernah berencana untuk membunuhnya. Tiga kali dia mendatangi saya dalam mimpi, dia hanya tersenyum lalu pergi. Ini membuat hati saya semakin sedih, menyesali perbuatan saya," ujar ND yang sebelum tertangkap rajin menanyakan perkembangan kasus ini kepada pihak kepolisian.
Ketakutan ND berakhir di bulan Februari, tiga bulan setelah kejadian. Selama itu pula suaminya, Irwansyah, tak mengetahui perbuatannya. "Dia tiap hari berdoa agar kasus ini cepat terungkap. Saya takut sudah membohongi suami tapi tak berani mengaku."
Kini meski harus mendekam di tahanan, ND mengaku beban di pundaknya sedikit terangkat. Ia tak lagi harus menyembunyikan rahasia besar yang membuatnya hidup dalam kecemasan. Apalagi, pihak keluarga korban mau memaafkannya. "Saya sempat bertemu dengan istri korban dan memohon maaf. Saya merasa bersalah sekali, saya sudah membuat anak-anaknya menjadi yatim. Saya sangat menyesal dan siap menjalani hukuman yang diberikan."
Edwin Yusman F / bersambung
KOMENTAR