Apa yang pertama terpikir saat hendak pergi ke suatu tempat di Jakarta? Yang pasti, hendak lewat mana. Pertimbangan itu bukan soal jarak, melainkan untuk mengindari kemacetan. Banyak orang rela memilih rute "melambung" atau menyusuri "jalur tikus" demi menghindari kemacetan. Memang enak terjebak di kemacetan yang tiada ujungnya?
Awalnya orang kota mengandalkan informasi kemacetan lalu-lintas dari sejumlah stasiun radio yang secara rutin mengabarkan kondisi lalu-lintas lewat laporan para reporter maupun pendengarnya. Hingga muncul istilah-istilah baru saat itu, seperti ramai lancar, padat merayap, hingga "pamer paha" alias padat merayap tanpa harapan.
Ketika media sosial muncul dan menjadi fenomena baru, saluran ini juga banyak dimanfaatkan untuk berbagi informasi soal kondisi lalu-lintas. Bahkan polisi pun punya akun Twitter yang secara rutin mengabarkan kondisi lalu-lintas di Jakarta dan sekitarnya. Akun Twitter @TMCPoldaMetro adalah salah satu akun resmi polisi yang setiap hari melaporkan kondisi lalu-lintas Jakarta, yang datanya diambil dari pemantauan kamera Traffic Management Centre Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya maupun laporan dari para follower-nya.
Ada pula situs pemantau lalu-lintas yang cukup popular saat ini yakni, www.lewatmana.com. Situs ini cukup akurat melaporkan kondisi lalu-lintas lantaran memasang 86 kamera yang sebagian besar terpasang di titik-titik rawan kemacetan di Jakarta. Ada juga, sih, beberapa kamera dipasang di luar kota seperti di kawasan Puncak, Bandung, Surabaya, dan Bali.
Member situs ini bisa melihat real-time kondisi lalu-lintas di Jakarta lewat kamera CCTV yang dipasang pengelola situs ini. Nah, agar datanya real-time, sebelum "memutar video" Anda sebaiknya me-refresh dulu agar data yang ditampilkan adalah data terkini. Tak hanya itu, Anda juga bisa melihat statistik kondisi kemacetan yang terekam kamera CCTV.
Agar informasi lebih luas, member juga bisa melaporkan kondisi lalu-lintas yang sedang dihadapi. Begitu juga sebaliknya, member bisa bertanya kondisi lalu lintas kepada member lain tentang kondisi kemacetan yang akan dilalui. Sehingga laporan kondisi lalu-lintas tak sekadar mengandalkan jumlah kamera CCTV.
Agar lebih mobile, situs ini juga bisa diakses lewat smartphone. Sayang, di website tersebut hingga Jumat pagi, baru aplikasi untuk Android saja yang tersedia. Sementara untuk iPhone, BlackBerry, maupun smartphone lain belum tersedia aplikasinya.
Berbagi informasi kemacetan di jalan jugalah yang mendasari dibuatnya aplikasi Waze. Aplikasi ini adalah yang pertama yang menggunakan basis member untuk mengetahui kondisi lalu-lintas sekaligus sebagai navigasi. Awalnya, aplikasi ini muncul di Amerika Serikat, lalu berkembang ke Prancis dan Italia. Tahun lalu, aplikasi ini diperkenalkan ke Inggris.
Sepertinya pengelola Waze memang sengaja mengandalkan member-nya untuk mengembangkan aplikasi ini. Salah satu contohnya, soal peta yang disediakan. Pengelola cukup menyediakan peta dasar dan memberi keleluasan kepada member untuk mengembangkannya. Begitu juga tempat-tempat penting. Member bisa menandai sendiri tempat-tempat yang disinggahi.
Namun yang utama dari aplikasi ini adalah mengetahui kondisi lalu-lintas dan navigasi. Hebatnya, member diberi pilihan untuk melaporkan kondisi jalanan. Pertama, laporan pasif. Tak harus memberi laporan, perjalanannya sudah "terekam" dan itu menghasilkan data kecepatan rata-ratanya. Nah, data ini bisa dilihat oleh member lain.
Yang kedua, laporan aktif. Anda bisa memberi laporan langsung soal kondisi jalan, jika ada kecelakaan, atau adanya pemicu kemacetan. Misalnya ada perbaikan jalan, mobil mogok, demo, atau apapun. Semua laporan itu akan terlihat jelas di layar smartphone beserta waktu pelaporan.
Tak hanya itu. Agar lebih interaktif, antar-member juga bisa saling komunikasi lewat fasilitas chating atau Chit Chat yang disediakan, meskipun Anda tidak kenal atau tak saling berhubungan. Yang penting Anda sama-sama sedang menjalankan aplikasi ini. Dengan menghidupkan aplikasi ini, secara otomastis ikon Anda akan muncul di peta Waze yang saat ini sudah sangat detail.
Fasilitas lain dari aplikasi ini adalah sebagai navigasi. Anda cukup mengklik Drive To dan mengetik ke mana tujuan Anda. Aplikasi ini bakal langsung memberikan beberapa alternatif rute yang bisa dipilih. Dari alternatif itu masing-masing sudah tercantum jarak yang akan ditempuh maupun waktu yang dibutuhkan. Pilihan rute ini dibuat berdasarkan jarak dan kondisi kemacetan yang dilaporkan para member. Nah, ketika memilih jalan lain, Waze akan melakukan rekalkulasi rute seperti yang kita mau. Ya, kemampuan navigasinya sudah setara GPS yang memang khusus dipakai untuk navigasi.
Ditilik dari segi tampilan, layar navigasi Waze juga sangat memudahkan. Selain memberi petunjuk jalan yang akan dilalui dengan warna yang berbeda, beberapa informasi penting juga terdapat di layar, seperti sisa jarak yang harus ditempuh, kecepatan, dan lainnya. Tak hanya itu. Ketika mata Anda sibuk melihat jalan tatkala menyetir, Waze akan memandu dengan mode suara, misalnya di persimpangan depan akan mengarah ke mana. Ya, layaknya GPS saja!
Hebatnya lagi, aplikasi ini bisa diinstal di beragam smartphone. Ada aplikasi untuk iPhone, Android, dan BlackBerry. Tapi bagi ponsel pintar yang disebut belakangan, Waze masih dalam bentuk Beta alias percobaan. Meski demikian, ketika aplikasi ini diinstal dan dicoba untuk menavigasi, belum ada kendala berarti.
Ada banyak kelebihan Waze dibandingkan GPS biasa. Anda bisa memantau dan melaporkan kemacetan, kecelakaan, atau kejadian besar selama di perjalanan. Anda juga bisa mengedit peta karena memang aplikasi ini berbasis pada member. Dan yang penting, bisa chatting dengan sesama pengguna Waze untuk mengetahui informasi lebih detail.
Jadi, sebagai program gratisan, aplikasi ini layak dicoba. Apalagi aplikasi ini sudah terkoneksi dengan Foursquare dan Facebook. Jadi beberapa tempat penting sudah menjadi POI (Point of Interest). Namun seperti layaknya aplilasi lain yang berbasis satelit GPS --karena setiap saat gadget harus terpantau di GPS-- konsekuensinya, baterai smartphone jadi lebih cepat tersedot.
Sukrisna
KOMENTAR