"Awalnya nenek saya Tan Giok yang jualan kue ini. Di awal-awal membuat kue ini nenek paling sering buat kue mangkok, kue ku dan wajik, " tutur A Phin saat ditemui disela-sela melayani pembeli.
"Tradisi orang-orang Tionghoa zaman dulu kan belum ada kue bolu, makanya kue mangkok sebagai gantinya. Kalau dulu namanya kue 'apem'. Cuma setelah makin modren kue apem diganti namanya jadi kue mangkok. Ciri khas kue mangkok ini kuenya bisa mengembang ibaratnya kalau orang percaya kue ini bisa membuat rezeki orang berkembang. Jadi, kalau kue tak kembang diyakini kita bisa tak ada rezeki," ujar ibu dua anak dan satu cucu ini.
Menurut A Phin, karena usahanya masih di rumah, neneknya juga menitipkan kue-kue ini ke pasar Petisah yang dekat rumah. Tugas A Phin kala itu bantu-bantu sang nenek membuat dan menjual kue-kue ini. "saya biasanya bantu-bantu nenek sampai urusan yang sekecil-kecilnya. Nah, karena saya menikah tahun 89, saya tertarik jadi orang kantoran. Sementara, bantu nenek jualan kue saya tinggalkan."
Ternyata, kata A Phin, hanya dua tahun dia bertahan jadi orang kantoran. "Saya juga melihat nenek sudah mulai tua dan 'kepayahan'. Makanya, saya langsung mengambil alih jualan kue ini, lagi pula pelanggan nenek sudah banyak, sayang kalau tak diteruskan," papar A Phin yangbikin kue-kue ini secara otodidak.
Mungkin, karena meneruskan usaha neneknya A Phin merasa tak cangung lagi. Bhakan," orang-orang sudah pada tahu dengan keberadaan kita. Pernah, pintu rumah saya sampai digedor-gedor orang untuk beli kue. Kata para tetangga, kue saya wangi dan aromanya tercium sampai kemana-mana. Itu mungkin yang buat mereka penasaran dan ingin terus menggedor rumah nenek saya."
"Biasanya kalau saya masak kue pagi hari lalu dijual sore hari sekitar pukul 16.00 wib. Nah, belum sempat dijual ke pasar, para tetangga sudah pada ngedor rumah saya agar bisa kebagian," ujar A Phin yang kini memodifikasi kue mangkok dengan dua jenis yakni kue mangkok (apem) coklat dan kue mangkok (apem) merah atau pink. "Biasanya kue mangkok itu mengembang, jadi semakin kembang semakin bagus karena rezeki bisa berkembang, orang suka beli yang warna pink agar rezeki terang dan tak gelap."
Setelah usaha ini ditangan A Phin, wanita keturunan Tionghoa ini mulai membuka toko di rumahnya dengan nama Jajanan Pasar Phin-Phin. "Lambat laun seiring berjalannya waktu, saya tak lagi hanya buat tiga macam jenis kue saja, sekarang sudah sekitar seratus jenis macam kue-kue traditional yang saya bikin. Sebenarnya, kue mangkok ini termasuk kue tradisional ibaratnya jajanan pasar tapi kue ini punya arti tersendiri bagi suku Thionghoa termasuk saya," ujar A Phin.
Bagaimana sih cara membuat kue mangkok ini ? "Bahan dan caranya gampang kok. Bahan-bahannya terdiri dari tepung beras, gula, ragi instan, santan dan air kelapa. Caranya, semua bahan diadon jadi satu dan didiamkan sebentar agar kue mangkok ini kembang. Lalu, dikukus selama setengah jam. Untuk menghasilkan rasa kue mangkok yang lezat, saya selalu jaga bahan baku yang berkualitas."
Debbi Safinaz
KOMENTAR