Baby Food N Kids Spesialis Nutrisi Otak Bayi
Berbeda dari katering makanan bayi yang lain, Baby Food N Kids (BFK) mengklaim khusus menyediakan makanan nutrisi untuk perkembangan otak bayi dan balita. BFK memang memfokuskan diri pada hal ini. "Sebab, pertumbuhan selama masa emas bayi dan balita yang terpenting ada di dalam otaknya," kilah Nana Dahlan, pemilik BFK. Ada beberapa jenis produk yang ditawarkan untuk nutrisi otak ini.
Antara lain, super brain food untuk batita-balita, energy food baby, super brain biscuit, vita brain food batita-balita, puding, dan cake. "Super brain food ini bentuknya bubuk, merupakan kombinasi berbagai kacang-kacangan dan biji-bijian yang merupakan sumber Omega 3 dan 6 untuk perkembangan otak bayi," jelas Nana yang meracik sendiri produk BFK.
Nana menambahkan, super brain food bukan lah pengganti tepung. Bubuk ini bisa dicampurkan ke dalam bubur, sup, cake, puding, dan sebagainya. Atau, bisa juga ditaburkan seperti cokelat tabur. Sedangkan energy food baby adalah tepung bubur yang terdiri dari aneka beras merah, oat, kacang-kacangan, biji-bijian, kismis, dan rumput laut. Selain itu, ada pula nugget dengan varian sayuran, keju, dan udang, mi keju, serta yoghurt.
Semua produk BFK, menurut Nana, tidak menggunakan pengawet, penyedap, gula, dan garam. Selain itu, semua produk dibuat tanpa pemanasan tinggi, sehingga vitamin dan nutrisi lain yang terkandung di dalam bahan makanan tidak hilang. "Untuk menu katering, kami juga menggunakan produk-produk BFK yang kemudian diolah dengan bahan makanan lainnya, misalnya salmon, buah, dan sebagainya," papar Nana.
Lantaran responsnya positif, pelanggan terus mengalir. Pelanggan BFK makin banyak yang didapat dari jejaring sosial dan situsnya, http://babyfoodnkids.com. Kini, selain membuka cabang di Bintaro, Jakarta Selatan dan Cibubur, Jakarta Timur, BFK juga membuka sistem kemitraan bagi yang berminat. "Lebaran tahun lalu, ibu-ibu yang mau mudik minta dibuatkan makanan kering untuk anaknya. Akhirnya jadilah produk brain food dan frozen food yang tadi saya sebutkan itu," lanjutnya.
Awalnya, BFK hanya dikhususkan untuk anak usia 6 bulan - 5 tahun. Namun pada perkembangannya tak sedikit pula pesanan untuk siswa SD. Selain itu, banyak orangtua yang minta dibuatkan makanan untuk anak-anak yang menderita alergi. "Setelah orangtua mengirimkan daftar makanan alergi si anak yang didapat dari dokter, kami buatkan daftar menunya. Lalu kami kirim ke ibunya. Sehari setelah pembayaran, katering mulai dikirim," papar perempuan yang semula bekerja di bidang periklanan ini.
Demi memberikan makanan segar, Nana yang dalam sebulan bisa menjual lebih dari 300 bungkus produk kering, mulai memasak katering pukul 01.00. Tiga jam berikutnya, katering siap diantar. Ada tiga paket katering, yaitu untuk tiga kali makan, hanya lauknya saja, atau paket kombo. Lantaran ada pula pesanan katering untuk anak alergi dan autis, dapurnya terpisah dari dapur katering untuk anak yang biasa.
"Sebab, menu anak autis tidak boleh tercampur gluten dan kasein. Jadi kami gunakan alat masak termasuk panci dan microwave yang berbeda," ujar Nana seraya menambahkan, harga produknya berkisar antara Rp 8 ribu untuk frozen food dan Rp 57 ribu untuk steik salmon. Untuk lebih sehatnya, lanjut Nana, semua kemasan menggunakan bahan kertas, bukan plastik.
Nandra Janniata (28) tak menyangka, usahanya untuk memberikan makanan sehat dan segar bagi anaknya, Kenzie, ternyata justru memberinya berkah tersendiri. Awalnya, lantaran tak ingin memberikan makanan instan, ia membuat sendiri makanan untuk Kenzi yang saat itu sudah mulai makan makanan padat. Apalagi, ia mendengar teman-temannya di kantor mengeluh kesulitan membuat makanan bayi di kala tak ada pembantu di rumah, sementara mereka tak bisa cuti bekerja.
"Saya pikir, kenapa enggak bikin katering makanan bayi saja. Lalu saya ajak kakak saya, Neura Azzahra (33) untuk mewujudkannya. Anggap saja sekalian meringankan beban para ibu," kenang ibu dua anak. Setelah mencari tahu makanan yang tepat untuk bayi, pada September 2010 keduanya memulai katering makanan bayi untuk dua kelompok usia, yaitu 7-12 bulan dan 12 bulan ke atas.
Neura yang memang senang memasak dan lulusan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, bertugas membuat makanan bayi. Sementara Nandra yang sebelumnya sudah menjadi moderator di komunitas MPASI Rumahan, bertugas mempromosikan katering mereka yang diberi label Bebitang. Selain lewat media sosial termasuk Twitter, Nandra juga rajin menanyakan kesediaan teman-temannya untuk mencoba makanan kateringnya.
Meski pada awal diluncurkan Bebitang hanya punya satu pelanggan, selanjutnya tiap minggu selalu ada pelanggan baru. "Area katering kami batasi, yaitu Bintaro dan BSD, Tangerang. Namun, ternyata peminat dari luar area ini banyak. Dua bulan kemudian akhirnya kami buat produk beku untuk memenuhinya. Peminatnya ternyata banyak banget. Kami jadi makin percaya diri," ujar Nandra yang berprofesi sebagai desain grafis.
Produk makanan beku antara lain sosis, chicken tofu, beef burger, nugget, bitterbalen, dan kroket yang semuanya dibuat dari daging segar. Ada pula aneka bumbu basah, antara lain bumbu sup, nasi goreng, mi goreng, dan soto dengan kisaran harga Rp 3-5 ribu per kemasan. Uniknya, tak hanya bayi yang menyukainya, melainkan juga sang ibu. Tiga hari sebelum pengantaran, produk beku mulai dibuat. Untuk jasa pengantaran di luar Jakarta Selatan dan Tangerang, Neura memanfaatkan jasa kurir.
Sebab, imbuhnya, produk Bebitang tidak menggunakan pengawet, bahan kimia, dan tambahan pewarna. Katering untuk usia di bawah 12 bulan sama sekali tidak menggunakan gula dan garam. Lantaran tanpa pengawet, produk beku Bebitang yang terdiri dari 12 jenis makanan ini hanya tahan satu bulan.
Dalam dua minggu, Bebitang menjual sekitar 100 bungkus produk beku. Harga menu Bebitang yang paling murah Rp 3 ribu untuk bumbu basah, dan paling mahal Rp 37 ribu untuk produk beku. "Minimal pemesanan Rp 50 ribu di luar ongkos kirim," timpal Neura yang pernah mendapat pesanan dari Pekanbaru. Kini, selain membuka toko di komplek Graha Bintaro, Tangerang, Bebitang juga buka cabang di Bandung.
"Cita-citanya, sih, pingin punya restoran anak-anak yang sehat. Jadi, meski jalan-jalan ke mal, orangtua tidak perlu pusing atau memasak menu anak lebih dulu di rumah," ujar Nandra semangat. Ia dan Neura tak lupa selalu minta komentar pelanggan. "Sebab, selera bayi, kan, berbeda-beda. Pertumbuhannya juga belum tentu sama, makanya kami butuh masukan dari pelanggan untuk terus mengembangkan produk."
Hasuna, Noverita / bersambung
KOMENTAR