Sementara Rakom Gatara FM yang berada di Desa Sragi, Kec. Songgon, Banyuwangi, memiliki misi berbeda. Radio dengan penangung jawab AH. Sanusi (52) ini merupakan wadah komunitas yang bertujuan mengembangkan budaya dan kesenian lokal sekaligus menghibur warga. Setting tempat Rakom Gatara cukup sederhana namun rap rapi. Ada ruang siaran yang dibatasi kaca tembus pandang, juga ruang tamu yang dilengkapi teve layar datar 17 inci.
Meski baru berdiri pada 20 Oktober 2011 lalu, namun Rakom Gatara menjadi kebanggaan warga sekitar. Selain selalu menyiarkan lagu-lagu saban sore dan malam hari, juga ada satu acara live karaoke. Dengan adanya acara karaoke ini, warga atau siapa saja bisa berpartisipasi menyanyi secara live sehingga bisa didengar oleh masyarakat desa.
"Kami ingin memberi wadah positif kepada anak-anak muda untuk mengekspresikan kreativitasnya ke hal yang positif, sehingga tidak sampai terjerumus ke dunia narkoba atau pergaulan bebas," papar Sanusi yang juga memiliki grup musik rock dangdut dan musik khas Banyuwangi, kendang kempul.
Sanusi yang juga seorang guru agama sekolah dasar itu menjelaskan, adanya acara live karaoke menjadi hiburan tersendiri bagi masyarakat desa. Setiap sore, warga berduyun-duyun mengantre untuk bisa menyanyi secara live di radio. Si penyanyi bisa sambil bergoyang dan melihat teks lagu di layar teve yang ada di hadapannya. Untuk menyanyikan satu lagu, dikenakan biaya RP 1.000. "Uang itu kami putar untuk kebutuhan siaran juga. Karena di hari-hari tertentu, saat off karaoke akan saya ganti dengan acara pembacaan Al quran secara live juga," imbuh Sanusi.
Tak hanya itu, Sanusi yang membuat Rakom Gatara dengan modal sekitar Rp 20 juta, dalam waktu ke depan rencananya akan mengadakan lomba lomba ceramah agama, lomba mengaji, atau kegiatan bernilai positif lainnya yang bisa disiarkan secara langsung. "Pokoknya apa pun yang kira-kira bermanfaat bagi warga," kata Sanusi, yang melibatkan seorang pemuda setempat untuk bergantian dengan dirinya menjadi penyiar.
Ridona, ibu dua anak ini adalah salah satu idola pendengar di acara live karaoke. Suaranya yang sangat merdu selalu ditungu-tungu para pendengar Rakom Gatara. Berkat keelokan suaranya dalam membawakan lagu-lagu daerah khas Banyuwang, Ridona tak perlu repot-repot mengeluarkan uang untuk membayar, bahkan sebaliknya banyak orang "menyawer" dirinya.
Ia mempunyai kebangaan tersendiri karena kemerduan suaranya bisa didengar banyak orang di udara. "Lumayan, jadi hiburan di tengah-tengah waktu mengasuh anak dan suami. Lagi pula, tidak semua orang bisa menyanyi di udara," ujar Ridona sambil tersenyum.
Sedangkan Rakom Citra FM, yang ada Desa Karangsari, Kec. Sempu, Banyuwangi, termasuk rakom yang sudah cukup lama berdiri, tepatnya sejak tahun 1999. Berdirinya rakom ini didasari cita-cita pemiliknya, Joko Sutrisno (45), yang memang sejak remaja bercita-cita ingin menjadi penyiar, bahkan memiliki radio sendiri. "Entah apa sebabnya, tapi sejaki dulu saya ingin jadi penyiar, bahkan punya radio sendiri. Saya jadi punya kebangaan kalau suara saya bisa didengar banyak orang," kata Joko, ketika di temui di ruang tamu rumahnya yang sebagian dibuat studio rakom miliknya.
Karena sudah lama bercita-cita ingin memiliki radio, pada 1999 ia berhasil mengumpulkan uang untuk membuat pemancar dengan jangakauan terbatas. Ia masih ingat, betapa senangnya ketika pertama kali mengudara dan suaranya jelas terdengar di radio yang didengar seantero warga desa. "Pokoknya tak terbayang senanagnya. Saya, kan, cuma petani desa, tiba-tiba suara saya bisa ditangkap dan didengar banyak orang. Itu, kan, jadi kebanggan tersendirI," tutur Joko senang. Namun, ketika itu, Joko belum mengerti aturan apa saja yang harus dipenuhi untuk membuat radio
Ia akhirnya mengenal radio komunitas ketika suatu hari didatangi petugas yang menyita perangkat siarannya karena dianggap sebagai stasiun radio liar. Tentu saja Joko menolak alat-alat siarannya disita. "Akhirnya radio saya tidak jadi dibredel, malah diarahkan untuk segera bergabung dengan jaringan radio komunitas," jelas Joko yang atas saran itu dirinya langsung melegalkan rakom miliknya.
Menurut bapak dua anak ini, Rrakom Citra menyiarakan beragam acara yang sangat menarik. Terutama diperuntukkan bagi komunitas yang tergabung dalam komunitas Citra FM yang jumlahnya sudah lebih dari 250 orang, tersebar di berbagai desa. Beragam kegiatan pun dilakukan para anggotanya, seperti arisan Anjang Sana yang diadakan setiap 15 hari sekali, arisan Lesehan, dan lainnya. "Kalau pas ada arisan, otomatis siaran off karena kami fokus ke acara itu," ujar Joko yang juga menggaji dua penyiar lain, yakni Sundari dan seorang reporter Taufik Hidayat.
Joko juga menambahkan, selain kegiatan off air, ia juga memiliki berbagai acara yang intinya untuk mengembangkan kebudayaan asli Banyuwangi, misalnya gandrung serta jaranan barong. Bahkan untuk gandrung, dia memiliki satu tim yang pemain utamanya adalah para waria, yang disebut gandrung waria. "Saya sengaja memberi wadah kepada mereka untuk mengekpresikan kemampuan seninya, agar tidak dipandang sebelah mata," jelas Joko yang usahanya itu membuat para waria merasa terangkat derajatnya.
Uniknya lagi, Rakom Citra juga menerima siaran langsung dari lokasi setiap ada hajatan, entah itu acara perkawinan, sunatan, maupun pengajian. Pada acara live kawinan misalnya, ada seorang reporter khusus yang menyiarkan secara langsung jalannya acara, layaknya radio profesional lainnya.
"Jadi seluruh prosesi akad nikah, sampai siapa saja tamu yang datang kami siarkan langsung," papar Joko. Untuk acara seperti ini, ia mematok biaya sekitar Rp 500 ribu kepada yang punya hajat. Biaya itu selanjutnya digunakan untuk mengaji reporter. Ia pun harus mempergunakan alat relay, yang fungsinya untuk mentransfer materi siaran di lokasi hajatan sampai ke ruang siaran untuk diudarakan.
Gandhi Wasono M
KOMENTAR