Toko Kue Sherly yang berada di Jl. Borobudur juga menjual aneka kue khas untuk oleh-oleh. Bahkan toko kue ini sudah ada sejak 1985, didirikan oleh Marita. "Dulu, Mama buka toko kue kecil-kecilan, belum sebesesar seperti sekarang," jelas Sherly (24), putri Marita, yang namanya kemudian dijadikan nama toko.
Menurut Sherly, semula ibunya sering membuat kue pesanan para tetangga. Biasannya pesanan datang lebih banyak menjelang Lebaran. Kue-kue yang dibuat adalah bagiak, sale pisang ambon goreng, stik ubi, anek roti kering, manisan tomat, manisan pala, dan lain-lain.
Tapi lama kelamaan usaha kue yang dirintis Marita makin berkembang. Para pemesan terus mengalir. Bahkan, pesanan datang tak hanya menjelang Lebaran saja, hari-hari biasa pun tak kalah banyaknya. "Karena pesanannya makin banyak, akhrinya Mama dibantu beberapa pekerja di rumah," papar Sherly lagi.
Menurut Sherly, di antara sekian puluh jenis camilan yang diproduksinya, yang menjadi andalan para pembeli adalah kue bagiak. Kue kering berwarna coklat sebesar jari telunjuk itu selalu diserbu pembeli yang datang dari berbagai daerah di luar Banyuwangi. Bagiak produksinya memang berbeda dengan bagiak produk lain.
Meski di tempat lain banyak diproduksi bagiak dengan beragam rasa, namun Sherly sengaka hanya membuat empat varian saja, yaitu bagiak keningar, jahe, susu, dan kacang. "Kami memang tidak bikin banyak rasa. Tapi keempatnya selalu jadi buruan pembeli," imbuh Sherly yang sudah mulai menjual kue bagiaknya ke berbagai daerah lain.
Membuat bagiak, lanjut Sherly, pada dasarnya bahan bakunya sama, yakni gula, tepung larut, dan ditambahkan masing-masing rasa. Namun, karena ia memilih bahan yang paling bagus ditambah formula yang pas, sehingga menghasilkan bagiak yang memiliki rasa berbeda. Bagiak adalah sejenis makanan kering yang mampu bertahan sampai satu tahun lamanya.
Selain Toko Sherly dan Toko Ardial, toko lain yang juga biasa dijadikan tempat membeli kue khas oleh-oleh Banyuwangi adalah Toko Citra Rasa di Jl. Wahid Hasyim. Di toko terletak di persimpangan jalan ini menyediakan berbagai pilihan makanan, mulai dari aneka kue kering dan roti.
"Semua yang ada di sini diproduksi sendiri. Saya dibantu 13 karyawan yang setiap hari membantu memproduksi semua makanan yang dijual di sini," papar Islamiyah (57), sang pemilik toko yang kerap di sapa Bu Is.
Ibu tiga anak yang asli Malang ini mengaku merintis usaha sejak 1989. Semula, ia justru tak berjualan makanan ringan, melainkan membuka warung makan. Hobi memasaknya secara kebetulan sudah terbangun sejak ia masih remaja. Sayang, di saat warung makannya mulai dikenal banyak orang, Bu Is tiba-tiba menderita sakit cukup serius sehingga tak bisa berjualan lagi.
Setelah sembuh, ia memutuskan kembali merintis usaha. Namun, ia memilih menerima pesanan memasak untuk sejumlah perusahaan atau kantor pemerintahan saja. Di saat sepi order, ia mencoba memberdayakan para karyawannya membuat kue kering. "Kalau mereka tidak kerja, kasihan juga. Lalu saya putar otak, menciptakan lapangan pekerjaan baru bikin kue supaya mereka tetap bisa menghasilkan uang," kisah Bu Is lagi.
Kue-kue kering itu lalu dipajang di etalase yang ia letakkan di depan rumahnya. Rupanya, usaha itu berhasil memikat banyak orang yang lalu lalang di depan rumahnya untuk membelinya. Bahkan, saat ini tak hanya kuenya saja yang laris, pesanan kateringnya pun ikut meningkat.
"Saya meyakini, sepanjang kita rajin, tekun, dan pantang menyerah pada keadaan, pasti Tuhan memberikan jalan untuk kita mendapatkan rezeki," ujar Bu Is. Lantaran kue-kue yang dibuatnya selaau fresh, tak heran bila tokonya kini selalu dijadikan jujugan para pencari oleh-oleh khas Banyuwangi.
Gandhi Wasono M
KOMENTAR