Siti mengisahkan, perjalanan usaha tenun Troso mengalami pasang-surut, ibarat riak gelombang. Ketika Jepara mengalami booming mebel, usaha tenun Troso juga ikut terpengaruh. Usaha mebel yang begitu menjanjikan membuat sebagian karyawan alih usaha, termasuk karyawan Lestari Indah. Dari sekitar 50 karyawan, hanya setengahnya yang bertahan. Akibatnya, "Usaha sempat menurun. Kala itu, yang laku kain untuk jok kursi. Sebab, usaha mebel, kan, membutuhkan kain jok."
Di kala sulit, Siti yang menjadi nakhoda, mesti berjuang keras untuk tetap menegakkan usahanya. Salah satu caranya, meminjam modal. "Saya, kan, harus tetap menggaji karyawan, sementara bahan menumpuk di gudang," kata Siti yang bersama kawan pengusaha berusaha bersama-sama memecahkan masalah. "Kami berusaha keras tetap mengembangkan produk, termasuk bahan untuk pakaian. Bahkan bahan jadi. Makanya, saya bekerja sama dengan beberapa penjahit."
Menurut Siti, peran Pemda cukup besar demi kembali mengangkat tenun Troso. "Saya dan teman-teman perajin, pernah diajak Pemda mengadakan pameran sampai ke Nusa Dua, Bali. Kami sering diajak pameran ke sana. Bali memang termasuk pasar yang kuat karena banyak turis asingnya," kata Siti yang beberapa kali ikut pameran InaCraft di Jakarta.
Sekitar setahun usaha menurun, tenun Troso kembali terangkat ketika pemerintah provinsi memberlakukan peraturan pegawai negeri harus mengenakan batik dan lurik yang tak lain merupakan identitas daerah. "Ketika itu, tenun Troso kembali mengalami booming. Memang begitu, selalu ada naik-turun. Tentu saja saya dan teman-teman perajin harus selalu melihat keinginan pasar. Untungnya bertemu langsung dengan pembeli, saya jadi paham keinginan mereka. Sebab, memang banyak customer yang memberi masukan berharga. Misalnya soal warna dan motif."
Salah satu kreativitas perajin Troso adalah ketika menciptakan busana motif SBY tahun 2008. Saat itu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengenakan busana tenun yang motifnya hanya di bagian depan dan samping. "Sejak itu, motif itu jadi tren. Tahun 2009-2010 motif SBY jadi booming. Bahkan, hampir 90 persen perajin membuat motof SBY. Serapan pasar juga sungguh luar biasa."
Tak lama kemudian, perajin Troso membuat motif Obama. Inspirasi muncul ketika Presiden AS Obama berkunjung ke Indonesia. Saat itu, Presiden Obama mengenakan tenun produk Bali. "Sekilas mirip produk tekstil biasa, tapi ada motifnya. Hanya saja, motifnya tidak begitu kentara. Tidak begitu tampak seperti pakaian resmi, sehingga banyak orang nyaman memakainya. Ketika kami bikin motif seperti itu, ternyata disukai pasar, meski tidak sebooming motif SBY."
Kini, tenun Troso sudah menjadi andalan Jepara, bahkan Troso menjadi kawasan wisata belanja yang menarik. Pembeli bisa leluasa memilih showroom yang disukai. Pada saat Lebaran, tutur Siti, sudah pasti menjadi ladang rezeki tersendiri bagi para pengusaha tenun. Banyak pemudik yang menjadikan kain tenun Troso buah tangan yang menarik.
"Bahkan, banyak orang dari luar kota yang sengaja datang ke mari untuk belanja," kata Siti yang menyediakan beragam produk. Mulai dari bahan busana, pakaian jadi, taplak meja, gorden, bahan jok, hiasan dinding, bedcover dan seterusnya. Harganya pun beragam. Untuk busana antara Rp 100-150 ribu.
Selama menjalankan usaha, begitu banyak pengalaman berharga dialami Siti. Ia kerap bertemu pejabat penting di masanya. Misalnya saja mantan Wapres Try Soetrisno, mantan Menteri Soebijakto Tjakrawerdaja, dan masih banyak lagi. "Biasanya saya bertemu dengan mereka saat pameran. Tapi, sering juga pejabatnya berkunjung langsung ke Troso."
Menurut Siti, total kapasitas produksi mencapai Rp 70-100 juta per bulan. Selain banyak pengunjung datang langsung ke Lestari Indah, secara berkala Siti mengirimnya ke pelanggan di berbagai daerah. "Saya mengirim sampai ke Palopo, Pontianak, Samarinda, dan tentu saja Bali yang tetap jadi barometer."
KOMENTAR