"Waktu anak bungsu saya pulang ke rumah, saya lihat jalannya pincang. Sambil menangis dia bilang ditendang gurunya pakai sepatu. Mendengar pengakuannya begitu, orang tua mana sih yang enggak geram dengarnya," ujar Wardahani (42), mama Randy saat ditemui di rumahnya Jl Jeparis Medan.
Menurut Wardah, dia melihat kaki anaknya banyak mengeluarkan darah. Hari itu juga Rabu (9/11), dia bawa anaknya ke rumah sakit dekat rumah. " Setelah divisum, kami segera melaporkan guru itu ke polisi," ujar ibu tiga anak ini.
Wanita berparas manis dan berkulit putih ini pantas mengadukan guru wanita itu ke polisi. " karena bukan pada anak saya saja dia melakukan perbuatan yang tak bersimpatik. Ternyata, banyak orang-orang tua murid yang 'jengkel' dengan kelakuan sang guru. Banyak anak-anak murid disini yang 'dikerjainnya', " tutur Warda gemas didampingi suaminya Tengku Indra Kesuma SH (52).
Sebenarnya, kata Wardah, kasus yang dialami anaknya bukanlah perbuatan yang 'berat'. Kebetulan saat peristiwa itu terjadi. " Anak saya ikut ujian susulan Bahasa Inggris dengan tiga orang temannya yang semuanya perempuan di lantai II depan ruang kelas mereka."
Biasalah, tambah Wardah, anak-anak ini maunya ujian berdekat-dekatan. Tapi," sang guru itu menyuruh anak saya 'menyingkir' menjauh dari teman-temannya. Nah, dasarnya anak saya mau dekat teman-temannya. Dia menggeser tubuhnya sedikit. Nah, saat itulah mungkin sang guru kesal karena tak mematuhi larangannya. Maka, oknum guru ND itu mendekati Randy lalu dengan spontan dia 'menendang' kaki Randy dengan menggunakan sepatu hak tinggi yang dikenahkannya. Sehingga hak sepatu guru itu sampai sangkut di kaki anak saya. Akibatnya bagian betis Randy koyak hingga 10 cm. Darah segar pun mengalir dari luka robek itu," papar Wardah panjang lebar yang diiyakan Randy.
Lalu, Randy pulang ke rumah dan melaporkan peristiwa itu pada kedua ortunya. Sebenarnya, " guru itu mau mengobati luka di kaki anak saya. Namun, anak saya malah takut dan lari pulang ke rumah." Setelah luka Randy diobati. " kami minta visum dan melaporkan guru itu ke polisi." Keesokan harinya, Wardah sempat mendatangi sekolah itu untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.
" Eh,, ibu guru itu bukan bersikap baik dia malah bersikap cuek. Apalagi pihak sekolah tak bisa mengambil tindakan tegas terhadap oknum guru yang dikenal sering bertindak kasar terhadap muridnya itu. Makanya, untuk tak lagi terulang pada murid-murid lainnya. Saya sepakat dengan suami saya, melaporkan oknum guru itu ke Polsek Medan Area."
" Kami berharap agar Kepsek, Kadis Dikbud KOta Medan serta aparat kepolisian mengusut tuntas kasus ini agar peristiwa ini tak terulang lagi pada siswa-siswa lainnya. Sehari-hari anak kami itu orangnya pendiam dan tak banyak ngomong. Jadi, jangan anak murid seperti itu jadi pelampiasan kekesalan gurunya, jika sang guru ada masalah. Coba, kalau ada anaknya dibuat seperti itu," tandas Wardah kesal.
Setelah guru itu tahu dirinya dilaporin ke polisi. " Dia sempat datang sekali ke rumah kami untuk ngajak berdamai, Minggu (20/11). Dia datang bersama suami, kakaknya dan teman sesama guru. Mereka datang secara kekeluargaan.Dia bilang dia saat itu silaf. Dia datang sambil nangis-nangis. Tapi, kan bukan begitu caranya. Seharusnya mereka datang dengan membawa kepala sekolah. Agar jangan ramai-ramai di rumah kami, saat itu kami hanya mengiyakan saja."
Tapi, walau bagaimana pun," kami tak mau berdamai. Apalagi, kami juga didukung oleh orang-orang tua murid yang lain, agar dia ditahan. Biar guru itu jera atas perbuatannya. Sekarang memang pengaduannya sedang diproses di polisi. Kalau dibilangnya kilaf kenapa kok dia kilaf terus. Asal tahu sajalah, sejak anak sulung saya sekolah disitu dia sudah begitu tabiatnya. Sekarang anak saya sudah kuliah semester lima. Masih begitu juga sifat oknum guru itu. "
Yang disesalkan kini, " anak kami itu jadi enggan untuk sekolah. Kadang, dia jadi malas sekolah. Untuk menguatkan hatinya, saya yang harus jaga dia di sekolah. Kalau guru bahasa Inggris itu ngajar di kelasnya. Saya nunggu di luar. Anak saya ini juga malu, apalagi kalau teman selokalnya lihat dia terus. Memang, setelah ada kasus seperti ini guru itu bisa sedikit 'lembek' tapi takutnya setelah kasus ini selesai ulahnya akan kambuh lagi. Kalau pun guru itu ada masalah janganlah dilimpahkan kekesalannya pada murid."
Biarlah, kata Wardah, mereka menyerahkan saja pada Randy, apa masih mau sekolah disitu atau mau pindah sekolah saja. Kalau pun mereka mau diajak berdamai dengan oknum guru itu. " Takutnya nanti dia akan bilang ke orang-orang, kami sudah dikasihnya duit. Sama artinya kami dianggap memeras dia pula," ujar Wardah menjelaskakan jika anaknya benar mau pindah sekolah, dia akan memindahkan anaknya sekolah dari situ," dan untuk itu kami juga ingin agar guru itu juga diproses sesuai dengan jalur hukum semestinya."
Laporan pengaduan kasus Randy dengan No. Pol: STBL/534/XI/2011/Sekta Area diterima langsung oleh Ka. SPK Regu C Aiptu Salju Pohan. Saat ditemui di sekolahnya SMPN 13, Jl Sampali Medan, oknum guru ND tidak berada di sekolah. Para guru-guru disitu minta pada NOVA agar kasus itu tak usah diperpanjang lagi.
Sementara itu, Kanit Reskrim Polsek Medan Area, AKP J Banjarnahor mengatakan pihaknya sudah meminta keterangan korban dan saksi-saksi. " Oknum guru berinisial ND sudah kami tetapkan sebagai tersangka penganiayaan dan dijerat dengan pasal 351 KUHP dan pasal 80 UU RI No.23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Kasusnya sekarang masih dalam proses pihak kepolisian, " tandas Banjarnahor.
Debbi Safinaz
KOMENTAR