Keprihatinan akan berkurangnya minat anak-anak belajar bahasa dan kesenian Jawa, mendorong TVRI Yogyakarta membuat acara Cangkriman atau tebak-tebakan yang dikemas penuh hiburan. Acara berdurasi 1 jam ini seluruhnya menggunakan pengantar Bahasa Jawa dan disiarkan setiap Rabu pukul 18.00-19.00 WIB.
Menurut staf marketing dan produser Cangkriman, Suryatmo, SH, acara ini terselenggara atas kerjasama dengan Fakultas Bahasa dan Sastra Jawa, UNY. "Kontennya dibuat oleh Prof. Endang Nur Hayati dan Prof. Suwarno dari UNY. Saya yang mengemas sisi entertainment-nya," terangnya.
Esensi Cangkriman, lanjut Suryatmo, ingin menyampaikan tentang bahasa dan budaya Jawa, tanpa bermaksud menggurui karena penyampaiannya melalui pengisi acaranya. "Nah, agar menarik, kami memilih para pengisi acaranya dari kalangan figur publik. Mereka bukan pakar Bahasa Jawa, jadi kalau salah ucap tak mengapa, kan, ada juri yang akan membetulkan. Yang penting, misinya sampai," terangnya.
Membuat acara-acara budaya seperti Cangkriman yang sepenuhnya berbahasa Jawa, banyak kendalanya. Terutama soal dana. "Menggaet sponsor juga sulit. Terlebih untuk acara budaya seperti ini, saya harus memilih sponsor yang pas dengan materinya. Kami lebih menitikberatkan pada edukasinya."
Unsur Lucu
Acara yang ditayangkan sejak April 2010 itu juga terbuka untuk masyarakat umum. Bagi yang ingin mendaftar, akan diseleksi terlebih dulu. Berdasarkan tayangan sebelumnya, para peserta berasal dari beragam profesi, mulai pengusaha katering, dalang, guru, MC, dan lainnya. Prof. Endang Nurhayati menilai, adanya acara Cangkriman sebagai kemajuan, sebab ada media yang menampilkan acara berbahasa Jawa. Bahkan memiliki rating tinggi.
Masyarakat yang semula sudah tak memperhatikan lagi Bahasa Jawa, dengan menonton acara itu kini jadi memperhatikan. "Sehingga, masih ada harapan Bahasa Jawa akan tetap dipakai masyarakat. Di acara ini, yang terpenting saya hanya ingin menyampaikan visi-misi UNY agar masyarakat kembali menyenangi Bahasa Jawa. Selebihnya, saya hanya menolong membuatkan konten saja."
Sebagai pembuat pertanyaan Cangkriman, Endang memperhatikan tingkat kesulitan pertanyaan dan disesuaikan dengan strata profesi atau pendidikan peserta. "Tapi kadangkala terabaikan juga gradasi aspek kemampuan peserta. Karena ini, kan, entertainment. Jadi harus memperhatikan unsur kelucuan dan menyenangkan. Dibuat mudah saja belum tentu bisa dijawab. Misalnya angka 25, seharusnya dijawab selangkung, oleh peserta bisa dijawab kalih dasa gangsal."
Sebagai juri Cangkriman, kini wajah Endang juga mulai banyak dikenal. "Mungkin mereka menonton acara Cangkriman. Saya senang saja, berarti acara itu memang disenangi banyak orang."
Lain lagi dengan Jogya TV. Stasiun teve dengan tagline Tradisi Tiada Henti itu memiliki acara musik Klinong-Klinong Campursari (KKC), yang penyampaiannya 90 persen menggunakan Bahasa Jawa. Acara ini dibawakan pasangan Dhimas Tejo dan Endah Saraswati secara live pada pukul 20.30- 21.30 WIB. Bila Endah tengah berhalangan hadir, Tejo akan berpasangan dengan Rika, Dewi Rengganis, atau Uut Salsabila.
Di tengah acara KKC, diselingi permintaan lagu secara interaktif dari pemirsa. Pemirsa boleh meminta lagu kemudian mengirimkannya untuk saudara, teman atau kerabat, layaknya radio. Acara interaktif ini berlaku dua sesi. Masing-masing berjalan lima menit.
Misi utama acara ini, kata produser KKC, Henry, "Untuk melestarikan musik campursari yang asli, dengan alat musik yang lengkap. Soalnya, saat ini berkembang musik campursari yang ringkas. Aliran musiknya campursari koplo. Karena itu, Jogya TV punya dua acara musik campursari. Malam Jumat untuk campursari komplit, dan Sabtu malam untuk campursari ringkas. Dua-duanya ada penggemarnya."
Di Adi TV, juga ada acara musik yang menggunakan Bahasa Jawa sebagai media penyampaiannya. Nama programnya Tembang-Tembung. Kendati interaktif, musik yang ditayangkan adalah klip video. "Acaranya seminggu berlangsung dua kali. Sabtu pukul 15.00, dibawakan oleh pelawak Galuh, dan Minggu pukul 20.30 dibawakan Agung, penyiar Adi TV. Durasinya satu jam," terang PR Adi TV, Ayuk Suparjo. Klip lagu dan artis yang ditayangkan, tambah Ayuk, disesuaikan dengan misi Adi TV, yakni pencerahan kepada masyarakat.
Ya, apa pun nama dan bentuk acaranya, komitmen stasiun teve dalam upayanya melestarikan Bahasa Jawa, patut diapresiasi.
Rini Sulistyati / bersambung
KOMENTAR