Sehari-seharinya Randy (49) bekerja sebagai tukang pompa atau pasang pintu dan penyekat dari almunium. Tetapi pria yang tinggal di Cipulir, Jakarta Selatan ini adalah selebriti ketika hadir di tengah-tengah riuhnya acara fun bike. Banyak peserta yang ingin foto bersama. Kamera TV atau fotografer juga selalu mengarah ke pada pria berambut gondrong ini.
Randy yang mengaku punya nama asli Andy Surandi ini memang selalu tampil unik setiap kali ada acara fun bike. Dandanan dengan koteka atau seragam jenderal, jadi ciri khas penampilan pria yang pernah bersepeda dari daerah asalnya, Yogyakarta, menuju Irian ini. "Koteka itu saya dapat saat bersepeda ke sana," jelas Randy yang tergabung di komunitas KOBA (Komunitas Onthel Batavia).
Tak hanya jadi selebriti saat fun bike, Randy juga dikenal oleh hampir semua anggota KOSTI (Komunitas Sepeda Tua Indonesia). "Hampir 95 persen anggota KOSTI tahu saya," katanya. Itu sebabnya, Randy tak pernah khawatir ketika ia harus bersepeda ke tempat jauh. "Di setiap tempat, selalu ada teman. Jadi kami enggak pernah khawatir soal penginapan dan makan," jelas Randy yang mengaku baru saja finish bersepeda Jakarta-Cirebon beberapa hari lalu.
Bahkan ketika Harian Kompas mengadakan jelajah sepeda Anyer-Panarukan tahun 2008 lalu, Randy satu-satunya peserta yang hampir di setiap kota selalu mendapat "amplop" dari anggota KOSTI di daerah yang menyambut rombongan saat lewat. Penampilannya yang paling berbeda dan gaya sepedanya pun lain dari yang lain membuat Randy mudah dikenali di antara atlet dan perwakilan komunitas yang ikut ekspedisi sepeda itu.
Penampilan unik pria ini bahkan membuat rumahnya dipenuhi penghargaan. "Piagam penampilan terunik dan terbaik paling tidak sudah ada 15 buah. Belum lagi penghargaan-penghargaan lain." Gaya unik ini dimulainya pada tahun 2000-an. Saat itu, dengan berkoteka ia menang fun bike di Monas. Padahal ketika itu, lanjut Randy, ia harus bersaing dengan peserta yang asli Papua. "Ketika dijejerkan di panggung, saya justru yang menang karena saya tampil nyeker (tanpa alas kaki, Red.)," jelas Randy. Sejak itulah Randy ketagihan berkoteka.
Namun untuk tampil seperti itu, ia tak pernah berani tampil langsung dari rumah. "Biasanya saya pakai mendadak di tempat acara. Begitu juga dengan coreng moreng di muka. Malu kalau dandan begini dari rumah, ha ha ha..."
Randy hanya sekali melanggar aturan yang ditetapkannya sendiri ini. "Waktu itu ada stasiun teve yang mengambil gambar. Dia minta saya gowes dari Senayan sampai rumah pakai koteka." Tidak malu? "Enggak, sih, karena disyuting," kata Randy sambil cengengesan.
Di kalangan para penghobi sepeda Monas, Aria Irwan S dikenal sebagai langganan pemenang doorprize. Pasalnya, tiap kali ikut fun bike, ada saja hadiah yang dibawanya pulang. "Yang belum pernah dapat cuma rumah dan mobil," kata Aria sambil tersenyum. Motor, sepeda, dan barang-barang elektronik adalah hadiah yang sering ia gondol. Jumlahnya, "Wah, sudah tak terhitung. Pokoknya kalau ikut biasanya, sih, dapat," tambah warga Pondok Cabe, Tangerang ini.
Padahal anggota Community Maestro Cycling Club ini mengaku wajar-wajar saja membeli tiket. "Antara dua sampai sepuluh lembar. Enggak pernah beli banyak," jelas pegawai IT di sebuah bank ini. "Tergantung uang di kantong saja." Kendati sering dapat doorprize, Aria mengaku tak pernah pakai "jampi-jampi" agar nomornya ke luar saat diundi. "Itu, kan, rezeki. Saya, sih, biasa saja."
Kalau toh ada strategi, hanya soal pilihan ikut fun bike yang mana. Pilihan itu biasanya didasarkan berapa besar hadiah yang dijanjikan panitia dan berapa banyak tiket yang sudah terjual. Nah, untuk memantau pergerakan tiket ini, Aria cukup menyambangi Bu Wati, tiket boks fun bike di Monas. Namun entah mengapa, keberuntungan Aria memang seakan tak habis-habis. "Lumayan kalau pas dapat hadiah utama seperti sepeda atau motor. Tapi kadang juga cuma ponsel atau peralatan elektronik lainnya. Ya, namanya juga rezeki..."
Sukrisna
KOMENTAR