Hari itu, Rabu (26/10), merupakan hari kelima Nisza dimakamkan. Martin dan Susan, tiap hari mengunjungi pusara anak keduanya. Kebetulan, jaraknya tak begitu jauh dari rumah mereka di Gang Madsari, Jalan Pesantren. "Sudah beberapa hari Nisza tiada, tapi sampai hari ini masih sulit bagi saya untuk melupakannya. Kepergiannya begitu mendadak," ujar Susan.
Yang membuat Susan terasa pedih, kepergian Nisza salah satunya karena pihak rumah sakit dianggap lamban menangani Nisza. "Hanya sehari Nisza dirawat di Rumah Sakit Mitra Anugerah Lestari (MAL). Mulai masuk, kondisinya terus memburuk. Nisza kami bawa ke RS MAL karena biayanya murah. Maklum, keluarga kami sederhana," tutur Susan.
Menurut Susan, anaknya mulai panas Jumat (21/10). Susan dan suami sempat membawa ke bidan dan RS Mitra Kasih sampai akhirnya dirujuk ke RS MAL. "Anak kami perlu rawat inap. Untuk masuk ruang rawat inap, perlu bayar Rp 500 ribu. Juga harus ada resep yang mesti ditebus. Tapi, uang kami enggak cukup. Karena kami enggak punya uang untuk membeli obat, anak kami baru dikasih obat setelah kami ngotot negosiasi."
Kondisi Nisza tidak membaik tapi malah memburuk. Malamnya panas tinggi sampai 40 derajat celsius. Esok harinya, harus masuk ICU. Sekitar jam 11.00 siang, Nisza dipanggil Tuhan. Susan sempat beberapa kali pingsan karena begitu syok. "Saya merelakan kepergian Nisza. Tapi, yang mengganjal adalah perlakuan rumah sakit yang lamban. Obat telat dikasih."
Tinggal kenangan yang melekat di benak Susan tentang bayinya yang lahir 5 Februari 2011 lalu. "Selama ini Nisza sehat-sehat saja. Lahir dengan berat 3,1 kg, perkembangannya bagus. Menurut bidan yang memeriksa, gizi Nisza baik. Saat meninggalnya beratnya 8 kilo. Dia sudah pintar merangkak dan berdiri sambil bersandar," papar Susan yang beberapa kali pingsan usai Nisza tiada.
Malam terasa senyap bagi Susan ketika sadar anak keduanya itu sudah tidak lagi di sampingnya. "Biasanya saya menidurkan Nisza dan Sitka (9), kakaknya. Kami tidak akan menuntut. Kami hanya ingin tidak ada lagi korban lain seperti Nisza," ujar Susan dan Martin seraya menatap foto anaknya yang begitu gemuk. Mata mereka pun membasah.
Sementara itu, direktur Rumah Sakit MAL, H. Zakaria Ansyori membantah pihaknya lamban dalam menangani pasien. Mereka sudah melakukan upaya penyelamatan, sesuai dengan prosedur. "Kami sudah memberikan obat kepada pasien meski resep belum ditebus."
Henry
KOMENTAR