Retrogogo Unggul pada Detail
Bisnis kerajinan tangan mulai ditekuni Ane Lumbanraja sejak 4 tahun lalu tanpa sengaja. Sebelumnya, Ane pernah bekerja di sebuah perusahaan MLM mengurusi bagian tas dan pakaian. Selama bekerja, Ane jadi paham cara membuat tas. "Tapi saya heran, kenapa tidak ada bentuk tas unik. Modelnya basic saja. Padahal, kan, desain tas bisa lebih dimainkan."
Sejak itu, Ane jadi terpikir untuk mendesain tas yang unik dantak biasa. Kemudian, ia memilih berhenti bekerja dan bertekad memulai usaha membuat tas. Awalnya, ia membuat beragam bentuk seperti kodok, bunga, dan robot. "Semuanya berupa kerajinan aplikasi," kata Ane. Dan suatu hari, Ane iseng membuat aplikasi burung hantu yang lucu dan unik. Nah, desain burung hantu ini kemudian dipilih Ane jadi trade mark-nya, sebab menurutnya burung hantu berkesan misterius sekaligus berwajah lucu. "Burung hantu, kan, dikenal sebagai lambang kepintaran. Saya pikir, itu 'saya banget'. Ha ha ha... ," papar Ane yang sejak sering membuat desain burung hantu jadi punya nama panggilan Ane Owl oleh teman-temannya.
"Sebelum booming burung hantu sekitar dua tahun lalu, saya sudah bikin lebih dulu dari bahan batik, jeans, dengan warna gothic dan gold. Tak hanya tas, tapi juga dompet dan tempat HP," cerita Ane yang memberi nama produknya Retrogogo. Produk-produk kreasinya ini bisa dilihat di www.anebagfun.blogspot.com.
Meski bukan pencinta hewan, Ane mengaku suka membuat aplikasi berbentuk hewan. "Sekarang sudah banyak juga yang buat bentuk burung hantu, saya jadi bosan. Saya pengin mengeksplorasi bentuk hewan lain, seperti ikan, ayam, dan landak," papar Ane yang dulunya sering mendesain baju.
Dan diakui Ane, bisnis yang dipilihnya masih teramat baru. "Kendala utama adalah soal modal. Saya tidak mau pinjam ke bank, soalnya saya enggak tahu mau membayarnya pakai apa," akunya.
Meski banyak pesaing, Ane percaya produknya berbeda dari yang lain. Keunggulan produk Retrogogo adalah detailnya yang mengagumkan. "Saya orangnya detail sekali dalam bekerja. Misalnya, bulu burung ada yang harus diisi biar terlihat mengembang, tapi ada juga yang tidak diisi. Kalau ada yang miring, harus diluruskan biar simetris. Saat memasang kancing, benangnya harus sama dengan warna kancing. Atau posisi hidung tidak berdiri, saya akan lembur memembetulkannya."
Padahal, Ane sudah dibantu sejumlah pegawai. Sebenarnya, lanjut Ane, bisa saja pengerjaan seluruhnya diserahkan ke pegawai. "Tapi saya rasa, kerajinan ini adalah ekspresi diri."
Kendala lain yang Ane rasakan selama menjalani usaha ini adalah soal pemasaran. "Kalau mau pakai ahli marketing, bayarnya mahal. Sampai saat ini saya masih melakukan semua hal sendiri. Sebenarnya itu tidak sehat, sih," papar Ane. Agar bisa menjakau lebih banyak peminat produknya, langkah strategis yang kemudian dilakukan Ane adalah membuat produk second line.
"Tetap membuat kerajinan aplikasi, tapi bahan bakunya dikurangi dan desainnya lebih sederhana. Jadi harga jualnya bisa lebih terjangkau, tidak semahal esain burung hantu." Selanjutnya, Ane pun rajin mengikuti aneka pameran besar seperti Ina Craft. "Daya beli masyarakat sekarang berkurang. Pameran besar seperti itu jarang sekali diadakan."
Qori sangat memerhatikan kucing. Menurutnya, banyak orang kurang peduli pada hewan yang satu ini. Tiap kali melihat kucing atau anjing di jalanan, Qori kerap mengambilnya, kemudian ia rawat di rumah. "Biaya untuk perawatan hewan-hewan itu, ya, dari kocek sendiri. Lama-lama saya jadi kenal dokter hewan dan kami saling membantu. Mereka bisa kasih murah atau gratis biaya pengobatan," papar Qori, Ketua Peduli Kucing (PK) yang sudah memiliki ribuan anggota.
Pad tahun 2010 Qori mendirikan komunitas PK (www.pedulikucing.blogspot.com). Ketika ada acara cat show, PK mendapatkan stand gratis. "PK boleh berjualan di sana, saya pun memanfaatkan kesempatan ini. Sebagian dananya buat rescue, baksos gratis, dan sterilisasi kucing. Kalau mengandalkan donatur, tidak enak. Kesannya minta terus. Jadi kami harus berkarya. Makanya, 10 persen dari keuntungan berjualan buat dana PK."
Cokelat, biskuit, tas, kaos, keramik, mug, sepatu lukis, tas laptop itulah barang-barang yang dijual PK. Tentu saja semuanya berbentuk kucing sebagai aplikasinya. "Sebagian ada yang buatan saya sendiri, tapi kebanyakan mengambil dari tempat lain yang dititipkan ke saya. Ternyata responsnya bagus dan banyak yang pesan."
Produk yang dibuat Qori sendiri antara lain boneka rajutan dan tas. "Sayangnya, kami belum bisa menerima pesanan khusus karena tidak ada waktu membuatnya. Apalagi membuat tas harus diawasi, tak bisa seenaknya. Bisa saja, sih, diserahkan ke orang lain, tapi hasilnya jadi kurang bagus."
Barang pun kadang baru dibuat saat ada momen seperti bazar atau pameran. "Jangan salah, lho, yang membuat boneka rajutan ini seorang dokter hewan. Membuatnya di sela-sela menunggu pasien." Sementara waktu, selain menerima pesanan via online, Qori pun menitipkan produknya ke pet shop. Harga barang yang dijual Qori tak terlalu mahal. Kaos Rp 60 ribu, tas kucing Rp 60 ribu, dan tas lap top Rp 75 ribu.
Nove / bersambung
KOMENTAR