Pekerjaan Esty Yuliantari (32) sebelum membuka www.warungbunga.com (WB) adalah sekretaris di sebuah perusahaan IT sambil menyambi jadi PR. Selama menjadi sekretaris, atasannya sering memesan bunga atau parsel untuk dikirim ke relasi. Kadang karena waktunya mepet, rangkaian bunga yang dipesan pun tampil apa adanya. "Padahal harganya mahal," kenang Esty yang ternyata hobi merangkai bunga. Dari hobi itu, Esty mencoba membuat rangkaian sendiri. Ternyata banyak yang menyukai hasil karyanya.
Esty belajar secara otodidak, browsing di internet atau melihat rangkaian bunga di mal. "Kebanyakan orang asing, kan, sukanya yang simpel-simpel. Selama ini katalog yang saya lihat rumit dan harganya mahal. Ternyata dengan model sederhana dan simpel malah disukai atasan saya," tutur Esty yang klien perusahaannya kebanyakan orang asing.
Rangkaian yang dibuat Esty cukup sederhana, ada bunga Casablanca Pink dan Rose, disimpan dalam vas kaca yang besar dan tinggi lalu diisi air. Tak hanya klien kantor, Esty juga mencoba merangkai buat temannya yang ulang tahun. "Setelah hamil saya berhenti kerja dan konsentrasi di PR," jelas Esty yang akhirnya membuka WB atas saran suami.
Kenapa via online? "Soalnya tahun 2008 belum ada toko bunga online. Kalaupun ada, kurang bagus dan rangkaiannya biasa saja. Banyak, sih, yang belum percaya dengan toko online karena tak kelihatan fisiknya," tutur Esty sambil menyebutkan 15 April 2008 sebagai berdirinya WB.
Kebetulan Dedy, sang suami yang bekerja di kawasan Palmerah, dekat dengan pusat pasar bunga Rawa Belong, Jakarta Barat. Dengan modal awal Rp 500 ribu, Dedy belanja bunga dan Esty yang merangkai. "Selain dapat ide dari hasil browsing, yang paling penting adalah bergaul dengan pedagang bunga. Bagaimana caranya mencari bunga murah tapi kualitasnya bagus."
Tak hanya bunga lokal, Esty juga menyediakan bunga impor, seperti dari Vietnam. "Di sana bunganya bagus, murah, dan lebih kecil dari bunga lokal. Beda dengan bunga dari Belanda yang lebih mahal. Saya pun bisa memesan lewat teman kerja di Vietnam," kata Esty.
Lalu, apa kelebihan WB dibanding toko bunga online lain? "Biasanya, kan, sudah ada tokonya dulu, baru membuka jasa online. Katalog yang ada lalu dipajang di website, tinggal memilih harga dan model. Sementara WB tergantung ordernya, tidak ada katalog resmi, hanya sekadar contoh saja."
Untuk memaksimalkan servis, Esty memperlakukan konsumen layaknya teman. "Misalnya, memesan bunga untuk ulang tahun ibunya. Saya tanya dananya, usia sang ibu, suka warna apa, kalau ada contoh bisa dikirim dulu baru bicara dana. Makanya saya banyak teman, kadang ada yang konsultasi, bahkan curhat. Pernah ada yang sedang marahan dengan pacarnya, lalu tanya bunga apa yang pas diberikan. Jadi, saat merangkai saya bisa membayangkan bagaimana sosok orang yang akan diberi bunga."
Bahkan Esty memiliki konsumen yang memesan mulai dari pendekatan sampai menikah. Dekor pernikahan pun Esty yang membuatkannya. Harga yang dipatok Esty mulai dari Rp 200 ribu sampai Rp 1 juta untuk hand bouquet, tergantung banyaknya bunga. "Ada yang merayakan HUT pernikahan ke-40 minta dikirimi 40 batang bunga. Pokoknya lucu-lucu, deh, permintaannya."
Sampai saat ini, Esty dibantu dua pegawai untuk pembuatan bunga papan dan dekorasi wedding. "Kalau bunga meja dan hand bouqet masih bisa saya tangani," papar Esty yang menganggap toko online sejenis bukanlah pesaing. "Mereka partner, sama-sama suka merangkai bunga. Yang penting, memberi yang terbaik buat kilen, pasti dapat order, terutama dari mulut ke mulut."
Ke depannya, Esty berniat memiliki toko sendiri, sayangnya belum menemukan partner yang seleranya pas. "Apalagi saya masih bekerja, kalau punya toko, berarti, kan, harus stand by di toko."
Kini, ibu dua anak ini menambah ilmu lewat kursus rangakaian rumit seperti gaya Jepang atau Eropa. "Tren sekarang seperti rumah minimalis, bunga pun desainnya minimalis," tutur Esty yang pernah menemukan kendala di bahan baku. Ceritanya, saat valentine permintaan naik. Esty memesan bunga via telepon tanpa mengecek ke lapangan.
"Saat kiriman bunga datang, tak semua bunga mekar. Padahal, waktunya mepet dan konsumen sudah mentrasfer uang. Otomatis saya harus membeli bunga segar karena banyak bunga terbuang. Jadi saya akali pakai bunga impor, meski harganya jadi mahal dan saya rugi."
Sehingga Esty berpendapat, sebaiknya miliki kenalan sebanyak mungkin supplier bunga. "Karena beda penyedia, pasti beda kualitasnya."
Noverita K. Waldan/ bersambung
KOMENTAR