Meski kini sudah memiliki karyawan, Ida dan Canna masih turun sebagai terapis. "Memang lebih enak bekerja di rumah, daripada saya harus kerja kantoran," tutur Ida yang memilih produk perawatan tradisional yang sudah dikenal secara nasional dan produk spa/lulur tradisional buatan Jogja sebagai pendukung spa-nya.
"Awalnya saya mau memilih produk tradisional yang saya beli di pasar, tapi setelah saya coba untuk sendiri, kok, gatal di badan dan baunya apek. Biar aman, saya memilih membeli yang buatan pabrik," tambah Ida yang mengaku pendapatannya dari salon dan spa lumayan bisa menopang kelangsungan asap dapurnya.
Di Medan, spa keliling juga mulai menjamur sejak tahun 2000. Ratwini (40) alias Wenny, awalnya memulai usaha spa keliling bersama kakak iparnya. "Saat itu saya masih buta tentang spa. Tapi setelah ikut seminggu dengan kakak, saya jadi mahir," kata Wenny. Dua tahun ikut dengan sang kakak, Wenny akhirnya memberanikan diri membuat usaha spa sendiri.
Menurut Wenny, jasa spa keliling memang lebih diminati. "Kalau di salon, kan, biasanya antre. Tapi kalau memanggil kami ke rumah, kan, tinggal telepon. Kami pun segera datang."
Dulu, ujar Wenny, orang masih tak mengenal jasa spa keliling. "Kami promosi lewat brosur yang disebarkan door to door ke kompleks perumahan. Biasanya pelanggan menelepon dulu untuk bertanya-tanya."
Untuk menjalankan spa keliling ini, Wenny terlebih dahulu mengeluarkan modal Rp 1,2 juta. "Itu untuk membeli alat steam sauna. Sayang, karena sering dipakai alat ini jadi cepat rusak," lanjutnya.
Wenny memang cukup sibuk. Dalam seminggu, Wenny bisa melayani panggilan hingga tujuh orang. Kebanyakan mengetahui jasanya lewat promosi dari mulut ke mulut. "Sebulannya saya bisa menghasilkan paling sedikit Rp 2 juta. Kalau menjelang lebaran, bisa mencapai Rp 5 juta," ujar Wenny yang awalnya memilih bisnis ini untuk membantu pemasukan keluarga.
Paket spa yang ditawarkan Wenny harganya Rp 850 ribu untuk 12 kali perawatan. Itu sudah termasuk mandi susu, lulur dan program sliming dengan alat steam.
Ada suka dan duka tersendiri selama Wenny menjalani profesi ini. Kadang, karena pekerjaannya mengharuskan dirinya datang ke rumah orang, persoalan keluarga pelanggan pun mau tak mau jadi diketahui olehnya. "Pernah saat saya sedang di rumah pelanggan, suami-istri itu sedang bertengkar hebat. Piring dan mangkuk sampai melayang. Saya dan adik pun langsung ambil langkah seribu, ha ha ha..."
Uniknya, Wenny memang tak melayani pelanggan pria. "Kadang saat saya merawat ibunya, suaminya minta juga. Ya, terpaksa saya tolak dengan halus karena sejak awal memang sudah berkomitmen tidak akan melayani pria," ujarnya sungguh-sungguh.
KOMENTAR