Kota Yogyakarta yang aman dan nyaman mendorong Ny. Siti Hamidah (51) pindah rumah, dari Bogor (Jabar) ke Kota Pelajar itu. Ida memboyong satu putri dari tiga anaknya pada Maret 2010. "Saya pindah ke Jogja karena ingin punya suasana dan kehidupan baru, " terang mantan perawat di RS Ibu Dan Anak Harapan Kita, Jakarta.
Sayangnya, Ida yang asli kelahiran Samarinda tak tahu, setelah di Jogja akan bekerja sebagai apa. Untungnya, kedua putrinya sudah menyelesaikan pendidikan sarjananya, sementara si bungsu masih kuliah di Bandung. Putri sulungnya, Pita, tinggal di Jerman bersama sang suami. Yang nomor dua, Canna, memilih untuk menemani sang Bunda di Jogja. "Setelah kami pikir-pikir, akhirnya sepakat akan membuka rumah lulur dan spa khusus perempuan," terang Ida.
Padahal, Ida dan Canna tak memiliki keterampilan dan pengetahuan tentang spa dan lulur. Akhirnya Canna mengambil kursus facial di sebuah LPK terkenal di Jogja, sementara Ida kursus menjadi terapis pada tetangganya yang ahli fisioterapi. "Saya juga mengkursuskan anak tetangga untuk sekolah terapis. Meri, nama anak itu, lalu saya gandeng sebagai karyawan."
Setelah keterampilan memadai dilanjutkan dengan belanja peralatan spa komplit, Ida dan Canna bergandengan tangan membuka rumah lulur dan spa. Promosi gratis pun dilakukan dengan cara menyebar brosur ke para tetangga di Perumahan Griya Perwita Wisata, Jl. Kaliurang KM 13, tempat mereka tinggal. "Sambil olahraga pagi, kami menyebarkan brosur dari rumah ke rumah. Juga menitip ke toko di depan perumahan," jelas Ida yang memberi nama usahanya Roos. Artinya, Mawar, sesuai nama jalan rumah yang mereka tinggali.
Agar pelanggan cepat datang, Ida dan Canna membuat jurus lama dengan memberi diskon 15 persen bagi pelanggan yang datang satu minggu setelah salon dibuka. "Ternyata betul, banyak yang datang. Mereka adalah ibu-ibu, para tetangga kami. Sekarang sudah ada 95 pelanggan tetap. Tapi yang datang berdasarkan buku tamu sudah lebih dari 300 orang. Paling ramai datang Jumat, Sabtu dan Minggu," terang Canna.
Menurut Ida, sengaja ia mengambil bisnis lulur dan spa karena untuk perawatan wajah dan rambut, sudah banyak dilakukan salon lain. "Yang sedang saya pikirkan sekarang, menambah pelayanan make up dan tata rambut untuk wisuda. Karena rumah kami dekat dengan kampus UII."
Enaknya membuka usaha di rumah, lanjut Canna, pelanggan yang datang tak perlu dandan atau berpakaian rapi. "Semula datangnya -rapi. Lama-lama ada yang datang cuma pakai daster. Mereka senang sekarang tak perlu lagi ke luar perumahan untuk mendapat perawatan tubuh. Enaknya lagi, kami bisa mempererat silaturahmi. Kalau ada yang datang pas saya masak sesuatu, saya ajak juga mencicipi hidangan. Atau kalau mau tiduran sebentar habis dipijat, saya persilakan. Biasanya, sih, setelah bangun saya suguhi minuman jahe," ucap wanita yang pandai memasak ini.
Dengan memasang harga terjangkau, kini ibu-ibu di luar perumahan pun mulai datang. Harga perawatan tubuh lebih bisa ditekan bila ambil sistem paket. Paket steam body, pijat, lulur, mandi, dan foot ritual rendam garam, harganya hanya Rp 85 ribu. "Ada lima paket yang saya sediakan. Kalau ambil perawatan satu-satu biayanya memang jadi besar. Dan ternyata lebih banyak yang ambil paket. Tapi ada juga yang mau sauna saja, misalnya seminggu tiga kali. Katanya biar langsing," tegas Ida.
Khusus untuk steam body, Ida memberi pelayanan lebih dengan membubuhkan ramuan khas Kalimantan, yang bahannya didatangkan langsung dari Samarinda. "Sebagian daunnya juga saya tanam sendiri di pekarangan kecil saya."
Selain perawatan tubuh dengan spa dan lulur, Ida juga memiliki produk bantal rempah-rempah yang sudah laku dipesan hingga Jakarta. Ia bahkan kedatangan kaum lansia dan bayi untuk pijat hot stone.
Meski kini sudah memiliki karyawan, Ida dan Canna masih turun sebagai terapis. "Memang lebih enak bekerja di rumah, daripada saya harus kerja kantoran," tutur Ida yang memilih produk perawatan tradisional yang sudah dikenal secara nasional dan produk spa/lulur tradisional buatan Jogja sebagai pendukung spa-nya.
"Awalnya saya mau memilih produk tradisional yang saya beli di pasar, tapi setelah saya coba untuk sendiri, kok, gatal di badan dan baunya apek. Biar aman, saya memilih membeli yang buatan pabrik," tambah Ida yang mengaku pendapatannya dari salon dan spa lumayan bisa menopang kelangsungan asap dapurnya.
Di Medan, spa keliling juga mulai menjamur sejak tahun 2000. Ratwini (40) alias Wenny, awalnya memulai usaha spa keliling bersama kakak iparnya. "Saat itu saya masih buta tentang spa. Tapi setelah ikut seminggu dengan kakak, saya jadi mahir," kata Wenny. Dua tahun ikut dengan sang kakak, Wenny akhirnya memberanikan diri membuat usaha spa sendiri.
Menurut Wenny, jasa spa keliling memang lebih diminati. "Kalau di salon, kan, biasanya antre. Tapi kalau memanggil kami ke rumah, kan, tinggal telepon. Kami pun segera datang."
Dulu, ujar Wenny, orang masih tak mengenal jasa spa keliling. "Kami promosi lewat brosur yang disebarkan door to door ke kompleks perumahan. Biasanya pelanggan menelepon dulu untuk bertanya-tanya."
Untuk menjalankan spa keliling ini, Wenny terlebih dahulu mengeluarkan modal Rp 1,2 juta. "Itu untuk membeli alat steam sauna. Sayang, karena sering dipakai alat ini jadi cepat rusak," lanjutnya.
Wenny memang cukup sibuk. Dalam seminggu, Wenny bisa melayani panggilan hingga tujuh orang. Kebanyakan mengetahui jasanya lewat promosi dari mulut ke mulut. "Sebulannya saya bisa menghasilkan paling sedikit Rp 2 juta. Kalau menjelang lebaran, bisa mencapai Rp 5 juta," ujar Wenny yang awalnya memilih bisnis ini untuk membantu pemasukan keluarga.
Paket spa yang ditawarkan Wenny harganya Rp 850 ribu untuk 12 kali perawatan. Itu sudah termasuk mandi susu, lulur dan program sliming dengan alat steam.
Ada suka dan duka tersendiri selama Wenny menjalani profesi ini. Kadang, karena pekerjaannya mengharuskan dirinya datang ke rumah orang, persoalan keluarga pelanggan pun mau tak mau jadi diketahui olehnya. "Pernah saat saya sedang di rumah pelanggan, suami-istri itu sedang bertengkar hebat. Piring dan mangkuk sampai melayang. Saya dan adik pun langsung ambil langkah seribu, ha ha ha..."
Uniknya, Wenny memang tak melayani pelanggan pria. "Kadang saat saya merawat ibunya, suaminya minta juga. Ya, terpaksa saya tolak dengan halus karena sejak awal memang sudah berkomitmen tidak akan melayani pria," ujarnya sungguh-sungguh.
Di Surabaya, Klinik Kecantikan Acacia (KKA) yang memberi layanan spa khusus untuk kaum wanita juga tengah naik daun. Klinik yang terletak di Jl. Ngagel Jaya Selatan itu menawarkan perawatan spa oleh para tenaga berpengalaman dan ramuan buatan sendiri dari bahan-bahan pilihan.
Supervisor KKA, Ami Masrul Khotin, Amd menjelaskan, ramuan andalan KKA ada dua jenis, yakni black tea spa serta chocolate orange spa. Sesuai namanya, bahan dasar ramuannya adalah teh hitam dan cokelat. Keduanya diekstrak dan diformulasikan hingga berbentuk gel. Selain dibuat sebagai scrub, teh hitam juga dipakai untuk minyak pijat, masker wajah, dan rempah-rempah untuk merendam tubuh setelah dipijat.
Menurut Ami, teh hitam sendiri memiliki khasiat yang sangat bagus bagi kulit, khususnya sebagai anti oksidan. "Kalau rajin melakukan spa menggunakan teh hitam ini, diyakini bisa meremajakan kulit," papar Ami.
Sedangkan chocolate orange spa, seluruh bahan-bahannya, mulai sdari scrub sampai minyak pijat, masker dan bahan berendam diambil dari buah cokelat pilihan. "Sebagian besar klien kami mengatakan, efek dari orange chocelate spa membuat tubuh sangat relaks," papar Ami.
Ada satu lagi yang membedakan KKA dengan tempat spa lain, di KAA ada fasilitas intimate spa, yakni spa untuk perawatan bagian kewanitaan. Bukan sekadar ratus untuk mengharumkan bagaian kewanitaan, tapi ada cara-cara tersendiri lagi. Intimate spa ini tidak hanya diperuntukkan bagi ibu-ibu demi menjaga keharmonisan rumah tangga saja, tapi juga baik bagi remaja putri agar selalu bisa menjaga bagian paling pribadi itu. "Perlu kami tegaskan, intimate spa ini untuk segala usia, tidak harus ibu-ibu saja. Sebab, menjaga bagian kewanitaan merupakan keharusan bagi setiap wanita," imbuh Ami.
Selama aktivitas spa berlangsung, pelanggan benar-benar dibawa dalam suasana yang nyaman. Selain ditunjang dengan ruangan yang sejuk, selama spa berlangsung akan diperdengarkan alunan musik yang lembut sehingga suasana jadi makin relaks. "Pokoknya keluar dari ruangan kami, ditanggung terasa segar lahir batin," ujar Ami setengah berpromosi.
Soal harga, lanjut Ami, KAA relatif lebih murah dibanding tem pat spa lain. Yang termurah Rp 195 ribu, sedangkan yang termahal Rp 250 ribu. "Harga yang kami berikan sangat terjangkau bagi ibu-ibu," imbuh Ami.
Rini Debbi, Gandhi
KOMENTAR