Begitulah, delapan bulan kemudian kuhabiskan untuk bolak-balik ke kantor polisi, kejaksaan, dan pengadilan. Jujur, aku lelah. Terlebih aku tengah menyelesaikan kuliah semester 5 di Jurusan Hubungan Internasional Universitas Paramadina. Praktis permasalahan ini juga mengganggu kuliahku.
Selama menjalani sidang, aku kerap tak kuasa menahan tangis jika mengingat hukuman penjara yang mengancamku. Namun di balik semua itu, aku merasa benar-benar lega bisa terbebas dari cengkeraman Anj. Ia kini juga telah bertunangan dengan perempuan yang tak lain mantan pacar sahabatnya, yang sering diajak double date bersamaku.
Aku optimis, kasus yang membelitku segera selesai dan aku bisa terlepas dari hukuman pidana. Karena bagaimanapun, aku menyiram air panas semata untuk membela diri. Lagipula, selama menyandang status tahanan kota, aku tak pernah mangkir dari panggilan hukum.
Saat ini, yang kuinginkan hanyalah cepat-cepat menyelesaikan kuliah dan mengambil kursus Bahasa Inggris, lalu mencari kerja. Aku ingin hidup normal lagi. Mamaku sudah cukup stres. Di sela-sela pekerjaannya sebagai karyawan katering, ia selalu hadir mendukungku di setiap sidang. Tapi jika melihatku dan mengingat kasus ini, Mama kerap menangis. Dalam hati, aku berjanji akan tegar di hadapan Mama yang bekerja keras seorang diri membesarkanku setelah Papa tiada.
Aku yakin, badai ini pasti berlalu...
Berbeda dengan Len yang mau berpanjang-lebar cerita, Anj justru "pelit" berkata-kata. Disambangi di tempat kerjanya, di salah satu bank swasta di bilangan Tugu Tani, Menteng, Jakarta Pusat, ia menolak ditemui. Kediamannya di daerah Cempaka Putih pun tampak lengang. Seperti tak ada aktivitas di rumah berlantai dua bercat hijau itu.
Ketika ibunda Anj, Sulistyaningsih (52), berhasil ditemui, ia keberatan berkomentar tentang kasus yang melilit anak bungsunya. "Minta informasi apa? Tentang si Len, ya? Maaf, saya tak ada waktu dan enggak mau menanggapi. Lagipula ini sedang puasa. Tak ada yang perlu dikonfirmasi," ujarnya ketus. Tentang anaknya, perempuan ini berujar, "Dia sedang kerja. Sebentar lagi juga dia mau keluar cari pekerjaan baru. Jam 10.00 pagi tadi dia izin pulang cepat untuk wawancara kerja di tempat lain," katanya sambil masuk ke dalam rumah.
Di persidangan, saat memberi kesaksian Senin (18/7), Anj bertutur kepada hakim, selama pacaran dua tahun dengan Len, hubungannya baik-baik saja. Namun sebulan sebelum kejadian, Len berubah sikap jadi susah dihubungi dan ditemui. Peristiwa penyiraman air panas, katanya, terjadi saat ia ingin melihat telepon genggam milik Len namun tak diizinkan. Anj juga mengaku curiga ada pria lain di hati Len. Saat perkelahian, Len disebutnya sempat menggigit tangannya, namun ia mengaku tak pernah mendorong Len ke dinding.
Seusai peristiwa itu, kata Anj, "Len dan keluarga besarnya tak pernah datang untuk minta maaf." Bagaimana dengan uang damai Rp 25 juta yang menurut Len dituntutnya? "Itu semua tidak benar!"
Ade Ryani
KOMENTAR