Kini, orangtua sudah tahu, Anda memilih jalan sebagai aktor?
Ha ha ha... akhirnya mereka tahu. Sebelumnya, saya juga pernah "pulang kampung" ke Selandia Baru dalam rangka promo film. Orangtua juga sempat menonton film saya, Kala.
Soal CHSB, apa scene yang terberat?
Terutama adegan berkelahi. Ketika itu take-nya jam 03.00 dini hari. Siang harinya juga dilanjutkan syuting, jadi saya merasa capek sekali. Tadinya, ketika saya datang ke Indonesia, saya tidak merokok, tapi sekarang jadi ikutan merokok. Ha ha ha... Mungkin itu berpengaruh juga ke stamina.
Tetapi, seberapa capek pun, semua itu rasanya capek nikmat. Artinya, saya kerja sungguh-sungguh. Sebelum saya datang ke lapangan (lokasi syuting, Red.) saya sudah tahu apa yang akan saya kerjakan di sana bersama teman-teman sutradara, aktor dan aktris lainnya. Jadi, ya, dibawa santai saja. Ini bagian dari seni hidup saya. Biar capek, tapi senang dan happy.
Selain adegan berkelahi, adegan ciuman dengan Carissa Putri bagaimana?
Ha ha ha...itu biasa saja, lah. Kami lakukan secara profesional. Di CHSB, saya sebagai Satrio, bukan sebagai Bayu. Jadi perasaan yang saya mainkan di film ini, ya, perasaan Satrio, bukan perasaan Bayu. Begitu juga Carissa yang memerankan sosok Tasya. Itu perasaan Tasya, bukan Carissa. Jadi, ya, harus bisa dibedakan. Kalau Bayu dan Carissa, ya, sebagai teman.
Sudah punya pacar?
Jujur, belum punya. Mau berkarya dulu lah. Saya di Indonesia sudah tujuh tahun. Sekitar dua tahun lagi, ketika saya sudah bisa mengumpulkan sejumlah uang, saya akan balik lagi ke Selandia Baru untuk belajar lagi, atau mungkin ke Australia. Di sana juga banyak teman-teman kecil saya yang pernah sama-sama tinggal di Selandia Baru.
Pernah punya pacar orang Selandia Baru?
Ya, pacaran waktu masih kecil, begitu-gitu saja. Pernah, tapi tak lama. Begitu juga ketika saya kembali ke Indonesia, sempat pacaran, tidak lama. Putus-nyambung, akhirnya betulan putus sampai sekarang.
Ada target menikah?
Saya tak punya target. Begitu juga dengan kehidupan ini. Tak ada yang mengetahui, mungkin sebelum berangkat lagi ke Selandia Baru saya sudah menikah di sini, atau mungkin saya sudah tiada. Kita juga, kan, tidak pernah tahu. Jadi saya menjalani kehidupan ini mengalir saja.
M. NIZAR
KOMENTAR