Bahkan Darsem sudah punya sahabat orang Philipina bernama Sandra yang kini juga sudah bebas dan kembali kerja jadi TKW di Abu Dhabi. "Saya diajak kerja di sana. Dia yang akan mengurus visa saya. Kalau saya belum kerja, dia juga janji akan mengirim uang," papar Darsem.
Di lain waktu, diisi dengan menunggu panggilan sidang, memperpanjang paspor, dan cek sidik jari. "Barulah jika hari libur kami bisa bersenang-senang." Hari Kamis dan Jumat adalah hari libur. "Kami bisa jogetan. Ada yang menabuh gendang, ada yang nyanyi dan joget. Di kampung jarang joget, di penjara malah sering. Habis, kalau dipikirin malah jadi sedih sendiri. Ingat anak dan keluarga di rumah," kata Darsem yang selama di penjara tak tahu akan mendapat hukuman pancung dan namanya heboh diberitakan di Tanah Air.
Di tahanan, katanya, yang santer akan dihukum pancung malah dua tahanan lain, Sumartini dari NTB dan Warna asal Karawang. "Saya, sih, enggak," jelas Darsem yang tak mau menceritakan secara rinci peristiwa yang membuatnya sampai dijebloskan ke Penjara Al Malaz, Riyadh.
Darsem seakan ingin mengubur dalam-dalam masa lalu. Ia tak mau banyak bicara soal pembunuhan atas Walid Salim Asegaf, tahun 2008 lalu. "Bagaimana mau cerita, wong saya tak sadar melakukan itu." Walid, kata Darsem, adalah adik majikannya. "Kebiasaan orang sana, kalau kedua orangtua sudah meninggal, anak yang belum menikah tinggal bersama kakaknya." Walid, tuturnya, kerap menggoda dan merayu. "Dia memanggil saya Haifa dan suka bilang, maukah saya menikah dengan dia. Ya, saya tolak, wong dia enggak kerja. Kalau majikan, sih, baik. Makanya saya betah 19 bulan kerja di situ," tutur Darsem yang tugas sehari-harinya banyak, termasuk mengurus 6 anak majikannya yang masih kecil-kecil.
Suatu ketika, Darsem hendak diperkosa Walid. Jelas ia melawan sehingga akhirnya terjadilah pembunuhan itu. "Sudah... Sudah... Saya enggak bisa cerita." Jadilah ia ditahan atas tuduhan pembunuhan. "Impian saya jadi gagal lagi," katanya. Ia lalu berkisah, sudah sejak umur 15 tahun mengadu nasib sebagai TKW di Arab. Mimpi bisa membantu ekonomi keluarga, merenovasi rumah sederhana milik ayahnya di kampung nelayan, sudah menari-nari di benaknya. Apalagi banyak teman-temannya yang sukses jadi TKW.
Karena belum cukup umur, Darsem yang saat ini baru berusia 22 tahun, terpaksa menuakan umurnya. "Kebetulan badan saya bongsor, jadi tak masalah." Baru 8 bulan kerja, Darsem dipulangkan ke Indonesia gara-gara sakit dan harus dirawat di rumah sakit selama sebulan. "Saya muntah darah dan kaki tak bisa jalan. Majikan saya jelas tidak mau," kata Darsem yang mengaku tak tahu apa penyakitnya. Ia pun pulang dengan predikat di kampung sebagai 'TKW Tak Sukses'.
Sukrisna/ bersambung
KOMENTAR