Mentari menyala di sini. Di sini di dalam hatiku. Gemuruhnya hingga di sini. Di sini di urat syarafku. Meskipun tembok yang tinggi mengurungku. Berlapis pagar duri di sekitarku. Tak satupun yang sanggup menghalangiku. Menyala di dalam hatiku. Hari ini hari milikku. Juga esok masih terbentang. Dan mentari 'kan tetap menyala. Di sini di dalam hatiku...
Lagu Mentari karya Iwan Abdurrahman alias Abah Iwan itu berkumandang merdu di Ruang Sidang Utama Pengadilan Negeri (PN) Jakarta, Selasa (5/7) siang oleh puluhan alumnus ITB dari berbagai kota. Mereka sengaja datang demi memberi dukungan untuk Dian Yudha Negara dan Randy Lester Samu, dua pria yang diberangus polisi dan dijebloskan ke penjara gara-gara berjualan IPad di situs Kaskus dan tidak disertai buku manual berbahasa Indonesia. Yudha dan Randy adalah juga almunus ITB Jurursan Perminyakan angkatan 1988 dan 2001.
Lagu itu memang amat akrab bagi para alumnus dan dikenal sebagai lagu "wajib" saat naik gunung atau ketika menjalani ospek. Selain itu, para pendukung yang sebetulnya tak terlalu mengenal Yudha dan Randy secara pribadi ini juga membawa berlembar-lembar kertas berisi tanda tangan para alumnus. Mereka menuntut pembebasan Yudha dan Randy, sekaligus demi menguatkan surat permohonan penangguhan penahanan yang diajukan Galih Pratidina, istri Yudha dan Megawati, istri Randy.
"Perkara mereka harusnya tak perlu diteruskan. Masih banyak perkara besar yang seharusnya ditangani polisi," kata Sri Wahjuni, koordinator alumni ITB. Apalagi, lanjutnya, "Mereka bukan penjahat. Cuma menjual IPad. Itu pun tidak mencari untung. Kenapa harus dipidana bahkan dimasukkan ke penjara?" kata Sri. Melihat ketidakadilan itu, para alumnus tanpa dikomando mendukung Yudha dan Randy. "Kalau tak ditangguhkan penahannya, kami akan bawa massa lebih banyak dan turun ke jalan," kata Nining I Soesilo, Dirut UKM Center FE UI yang juga alumnus ITB.
Kegalauan karena suami masuk penjara, tentunya sangat dirasakan Galih dan Mega. Mereka mengaku syok. "Siapa sangka iPad yang kami beli di Singapura saat liburan bersama keluarga besar, malah berujung ke Rutan Salemba. Tadinya IPad itu buat keluarga sendiri tapi berhubung mereka ternyata belum perlu, terpaksa dijual," kisah Mega yang seminggu sebelum dapat musibah ini, justru sedang berbunga-bunga hatinya. "Saya baru periksa kandungan dan dapat kabar bahagia hamil. Eh, setelah itu harus menerima kenyataan pahit suami dipenjara," kata Mega dengan mata berkaca-kaca.
Jadilah di antara rasa mual karena hamil muda, ia harus pontang-panting mengurusi sang suami. Termasuk mencari pengacara. "Saya selalu koordinasi dengan Galih. Kami yang tadinya tak saling kenal, jadi dekat dan saling dukung." Minimal, tiga kali seminggu Mega membesuk suaminya. "Selain mengantar pakaian bersih, saya juga harus kasih dukungan ke Randy biar dia enggak kelewat syok," jelas Mega yang dinikahi Randy tahun 2009 lalu. "Memang enggak bisa lama-lama juga besuknya, soalnya kondisi di Rutan, kan, sumpek, penuh asap rokok, tak baik untuk kehamilan saya." Selama ditahan, Randy juga harus cuti dari pekerjaannya sebagai tenaga ahli di sebuah perusahaan minyak.
Pengorbanan Galih juga tak kalah besar. Setelah sang suami ditahan, ibu seorang bocah berusia 3 tahun ini terpaksa mengundurkan diri dari pekerjaannya. "Enggak mungkin saya bekerja sekaligus mengurus suami yang punya masalah seperti ini," kata Galih yang sempat tak bisa apa-apa saking syoknya akibat peristiwa ini. "Hari-hari pertama memang sangat menyiksa. Pikiran saya sudah macam-macam. Untung saya tipe orang yang optimis, makanya bisa cepat bangkit dan berusaha bagaimana agar suami segera bisa keluar dari penjara."
Sukrisna / bersambung
KOMENTAR