JAMU GINGGANG Warisan Mbah Joyo
Jamu Jawa asli Ginggang adalah salah satu pionir industri jamu di Yogyakarta, sejak kepemimpinan Kanjeng Ratu Sri Pakualaman VI. Konon, abdidalem yang juga tabib kepercayaan, bernama Mbah Joyo, telah berhasil meramu sejumlah jenis jamu berkhasiat untuk pengobatan.
Atas saran Sri Pakualaman VI, Mbah Joyo mendirikan warung jamu yang dinamai Tan Ginggang. "Maksudnya, tak lain agar hubungan keluarga keraton dengan warga sekitarnya senantiasa rukun dan dekat tanpa jarak," kata Rudy Supriyadi (40), generasi ke-5 Mbah Joyo, saat ditemui di tokonya, di daerah Pakualaman, Yogyakarta.
Setelah Mbah Joyo tiada, usaha toko jamu Tan Ginggang diteruskan Mbah Bilowo, lalu ke Mbah Puspo Madya, yang kemudian mengubah nama usahanya jadi Jamu Ginggang (JG). Usaha ini pun kemudian diteruskan Ibu Dasiah, orangtua Rudy hingga sekarang.
Bahkan, cara pengolahannya pun masih tradisional, bahan ditumbuk dalam wadah batu dengan alu kayu. "Lalu dipipis, dihaluskan lagi dengan alat penghalus yang terbuat dari batu. Proses memasaknya juga pakai luweng, sejenis kompor dengan bahan bakar kayu," jelas Rudy sambil mengisahkan, sang ayah merenovasi Toko Jamu Ginggang jadi menyerupai kafe.
"Beliau meniru konsep kafe di luar negeri, lengkap dengan kursi dan meja." JG pun jadi tempat berkumpul mahasiswa, pebisnis, atau pasangan muda-mudi. "Biasanya, orang-orang sepulang olahraga pagi, mampir ke sini."
JG menyediakan sekitar 17 macam jamu, seperti Temu Lawak, Beras Kencur, Cabe Puyang, Watukan, Uyub-uyub, Sawan Tahun. "Tadinya disediakan jajanan pasar buatan orang kampung. Tapi, penerusnya sudah tidak ada, jadi sekarang tidak disediakan lagi," tutur Rudy yang mematok harga Rp 10 ribu untuk jamu terlambat datang bulan dan Rp 3 ribu untuk segelas beras kencur. "Untuk lancar datang bulan, para wanita biasanya minum Kunir Asem di sini," papar Rudy.
Uniknya, ada juga yang percaya mitos, minum Jamu Sawang agar tidak kerasukan setan. "Biasanya banyak yang minum setelah ada yang meninggal," papar anak ke-7 dari 8 bersaudara ini.
Dalam sebulan, diakui Rudy, bisa laku 100-200 gelas jamu. "Ramainya di malam minggu atau sore jam pulang kantor. Siapa saja bisa mampir ke sini, kalau dulu, kan, banyaknya penjual di pasar yang minum jamu."
Rudy yakin, JG bisa bertahan. "Banyak anak-anak muda makin menyukai jamu. Mungkin sekarang makin banyak yang menyadari, jamu tidak ada efek sampingnya dan baik bagi kesehatan." Dan menurut Rudy, peluang usaha membuka kafe jamu seperti ini bisa berpotensi bagus. "Bahan bakunya mudah didapat dan khasiatnya sudah terbukti," tukasnya.
Terletak di kawasan Depok, Semarang, Pondok Jamu Nyonya Meneer ramai dikunjungi setiap harinya. Sesuai namanya, pondok jamu ini memang merupakan perluasan bisnis jamu Nyonya Meneer pimpinan DR. Charles Saerang (generasi ketiga Nyonya Meneer, Red.).
Pondok jamu ini konon telah berdiri sejak 1986, namun awalnya hanya menjual produk jamu produksi Nyonya Meneer yang sederhana saja, seperti jamu sehat wanita, dan sehat pria. Lama kelamaan seiring pengembangan produk jamu Nyonya Meneer, kini sudah ada sekitar 250 jenis jamu yang bisa dipesan di tempat ini. Mulai yang sifatnya untuk kesehatan wanita, kesehatan pria maupun untuk kecantikan wanita.
Setiap harinya pondok jamu ini dikunjungi sekitar 300-an orang mulai jam 8 pagi hingga 10 malam. Pengunjungnya pun beragam, mulai dari ibu rumah tangga hingga pegawai kantoran. Yang istimewa, pondok jamu ini tak pernah sepi meski pengunjung datang dan pergi setelah menikmati jamu.
Menurut beberapa pengunjung, pondok jamu ini sangat diminati karena racikan jamunya yang pas. Jamu yang disajikan bisa dikombinasi dengan telur maupun madu, sesuai selera dan permintaan. Biasanya selain jamu yang dipesan, akan disajikan beserta air jahe dan permen jahe sebagai penawar rasa pahit.
Harga yang dipatok untuk segelas jamu sangat bervariasi, mulai Rp 1.000 hingga Rp 7.000. Selain jamu, ada pula minuman herbal lain seperti serbat dan sari asam yang dibanderol mulai Rp 1.000 per gelas. Namun, favorit pengunjung adalah jamu ngeres linu, singkir angin dan awet ayu.
Jika ingin diminum di rumah, Anda bisa juga memesan jamu dalam bentuk kemasan kecil untuk diseduh sendiri. Tentu saja, harganya akan berbeda dengan jamu yang disajikan langsung. Selain jamu, di pondok jamu ini juga tersedia produk Nyonya Meneer non jamu, seperti minyak telon mangir dan sebagainya.
Untuk sementara, Pondok Jamu Nyonya Meneer hanya terdapat di seputar Semarang saja. Ini sengaja dilakukan karena produsen jamu Nyonya Meneer tak ingin berebut kue bisnis jamu dengan agen jamu Nyonya Meneer sendiri. Selain di Depok, ada juga di Tong Hien Corner, Jl. Sultan Agung, Semarang.
Lailii, Nove / bersambung
KOMENTAR