Program MCI merupakan reality show yang pertama tayang di wilayah Asia Tenggara. Sebelumnya, MasterChef telah meraih sukses di Inggris, Amerika Serikat dan Australia. Bahkan, di negara yang disebut terakhir, tayangan ini sampai dibuat khusus untuk selebriti dengan nama MasterChef Celebrity dan MasterChef Junior untuk anak-anak.
Dalam kompetisi memasak yang diikuti 30 orang peserta ini, setiap peserta harus menyelesaikan beberapa tugas sebelum akhirnya menghadapi ujian. Pada awal episode, sebagai pembukaan, setiap peserta diharuskan memasak satu hidangan andalan mereka. Sedangkan pada tugas berikutnya, setiap peserta diminta untuk memotong bawang seperti yang dicontohkan. Lima peserta, pun, tersingkir pada babak ini.
Akhirnya, tiba saatnya ujian. Dalam tahapan itu, nasi rames menjadi menu yang harus dibuat setiap peserta dengan tampilan akhir sekreatif mungkin. Kembali, lima orang tersingkir dan menyisakan 20 peserta yang berhak maju ke babak selanjutnya. Mengenai menu nasi rames yang muncul sebagai ujian, Rudy Ramawy, Director of Production and Programming RCTI, beralasan MCI dibuat dan tayang di Indonesia. "Tentunya kita sesuaikan dengan kebutuhan di Indonesia," ujar Rudy.
Ketegangan peserta datang tak hanya dari ketatnya persaingan antar sesama peserta dan waktu yang terbatas untuk menyiapkan makanan. Tiga chef profesional dan berpengalaman, pun harus mereka hadapi sebagai penentu untuk dapat lolos ke babak selanjutnya. Para chef ini adalah Junior "Juna" Rorimpandey, Maria Irena atau yang lebih dikenal sebagai Rinrin Marinka dan Vindex Valentino Tengker.
"Kami menilai mereka dengan keras agar benar-benar menjadi seorang master chef. Mereka dituntut untuk bisa menjadi master chef dalam waktu tiga bulan, sedangkan kami perlu waktu 20 tahun. Makanya, kami menggembleng mereka agar memiliki kualitas seorang master chef," ujar Vindex, yang juga menjabat sebagai Presiden Asosiasi Kuliner Profesional Indonesia, mengenai cara menilai para peserta.
Ke-30 peserta yang mengikuti kompetisi masak ini berasal dari berbagai latar belakang pekerjaan dan usia. Dari seorang direktur, guru, model, pengusaha, perajin, office boy, pelajar hingga ibu rumah tangga, semuanya antusias mengikuti program ini. Semuanya memiliki kesukaan yang sama di bidang kuliner. Dan, semuanya bersaing untuk mendapatkan gelar sebagai MasterChef Indonesia.
Sosok Junior "Juna" Rorimpandey mulai menarik perhatian sejak MCI tayang di RCTI. Juna didaulat menjadi juri MCI bersama Vindex dan Rinrin Marinka. Bukan hanya karena penampilannya yang trendi dan berbeda dari penampilan chef di Indonesia pada umumnya, tetapi juga karena kata-kata yang ia lontarkan kepada setiap peserta saat menilai dan mengritik masakan mereka terbilang pedas. Sejumlah peserta dan penonton menilai, ia juri dengan perkataan paling ketus dan tajam.
"Di luar dunia masak, saya akan sangat friendly. Tapi kalau sudah berkaitan dengan dunia masak, saya tak bisa main-main. Saya bisa seperti sekarang karena memulainya dengan kerja keras," ujar Juna beralasan.
Sebelum menjadi chef, pria Manado ini, sempat berniat menjadi seorang pilot. Tahun 1997, Juna mengambil pendidikan pilot di salah satu sekolah penerbangan di Brownsville, Texas, Amerika Serikat. Lisensi sebagai pilot pun ia dapatkan. Namun, saat ia hendak mengambil lisensi komersial, sekolah itu bangkrut.
Di saat bersamaan, krisis moneter yang terjadi pada 1998 membuat ibunya tak mampu lagi membantu keuangannya. Jadilah ia bekerja serabutan untuk menghidupi dirinya. Hingga akhirnya, ia mendapatkan pekerjaan sebagai waiter di restoran tradisional Jepang. Sejak itulah, kariernya sebagai chef ia rintis, perlahan namun pasti.
Saat ini, Juna menjabat sebagai Executive Chef di Jackrabbit Restaurant, Kuningan, Jakarta. Segudang pengalaman dimilikinya dengan menjadi Consulting Chef, Executive Chef, Line Cook dan Sushi Master saat ia tinggal selama 14 tahun di Houston, Texas, Amerika Serikat.
"Menjadi seorang chef tidaklah semewah yang dilihat," tegasnya. Berdasarkan pengalaman dan keahliannya, Juna pun membagi ilmunya kepada peserta dan pemirsa, meski secara tak langsung, bagaimana menjadi seorang master chef sejati.
Chef yang dikenal lewat acara memasak Gula Gula ini sudah jauh-jauh hari ditawari menjadi salah satu juri MasterChef Indonesia. Tapi, karena kondisi kesehatannya belum memungkinkan, Bara Pattiradjawane terpaksa melewatkan kesempatan itu. "Ketika ditawari di Desember tahun lalu, saya pengin banget, tapi dokter belum kasih lampu hijau. Lalu saya bilang ke RCTI, nanti dulu, tunggu saya fit, tapi ternyata menjelang syuting di bulan April dokter belum menginzinkan saya. Yah, sudah, itu bukan rezeki saya. Lagi pula acara ini bukan main-main, butuh persiapan," cerita Bara yang jatuh sakit karena kecapekan bekerja.
Kini, Bara hanya bisa menyaksikan MasterChef Indonesia lewat layar kaca. Ia menilai acara ini amat menarik. "Seru dan fun. Saya suka melihat aksi para kontestannya yang berasal dari berbagai latar belakang. Mengenai juri, saya enggak mau komentar, enggak enak," ujar Bara.
Ditanya hal apa yang masih kurang di MasterChef Indonesia, Bara menyoroti dari segi kreativitas penggunaan bahan makanan yang dianggap masih kurang berani dan "gila". Keberanian yang dimaksud, misalnya, dengan lebih memperkenalkan bahan atau bumbu asli dari Indonesia.
"Tapi ini mungkin terkait ketersediaan bahan-bahan di sana (studio lokasi syuting). Tentunya dengan mengombinasikan bahan-bahan dari tanah air akan didapat sensasi rasa yang berbeda," ujar Bara. "Pemirsa juga akan semakin tahu, sebab di Twitter saja ketika saya bicara daun tespong, ada yang enggak tahu."
Kendati enggan mengomentari para juri, Bara akhirnya angkat bicara juga tentang kesan pemirsa soal para juri yang terlalu galak. "Tepatnya keras. Itu, sih, wajar saja agar kontestan tak mengulangi kesalahan."
Bara tak tahu apakah sikap keras para juri itu bagian dari tontonan atau bukan. "Kalau saya disuruh galak, itu bukan tipe saya. Nanti dibuat-buat jadinya," sebut Bara yang secara pribadi hanya mengenal Chef Vindex Valentino Tengker. "Dia executive chef. Pembawaannya memang tenang. Sementara Chef Rinrin dan Chef Juna, saya tak tahu mereka seperti apa."
Bara pun agak terusik ketika mendengar ada juri yang membuang makanan ke tempat sampah saat menilai. "Saya enggak lihat, ya. Hanya diceritakan, tapi jika sampai seperti itu, di Indonesia enggak 'kena'. Di sini masih banyak yang kelaparan. Ya, mungkin untuk memunculkan efek drama, tapi jangan yang dari (MasterChef) Amerika langsung diadaptasi di Indonesia," ucap Bara yang akan tampil lagi di televisi lewat Gula Gula versi baru.
Renty, Ical
KOMENTAR