Masa kecil Sean dan Brenden yang bahagia, mendadak harus berakhir ketika sesuatu terjadi dalam keluarga mereka. "Kami tidak tahu persisnya, yang jelas keluarga kami berantakan. Setahu kami, ada beberapa masalah dengan hukum. Ayah dan ibu pisah rumah. Ayah pindah ke rumah yang berbeda. Segala sesuatunya sangat tegang waktu itu, tapi kami tak tahu rincinya," tutur Sean dibantu penerjemah.
Lalu, ketika tahun 2007, mereka liburan ke kampung halaman sang ayah di California, AS, Michael Donnely bertutur, ia mendapat email berisi ancaman. Ayah Brenden dan Sean ini langsung kembali ke Bali. "Katanya mau ketemu Ibu untuk bicara. Tapi, ketika 10 hari kemudian Ayah kembali ke California, dia cerita, Ibu menolak bicara." Sejak itu, anak-anak yang tadinya bermukim di Bali ini, menetap di California dengan alasan keselamatan.
Perlu Biaya Sekolah
Bersamaan dengan itu, seperti dituturkan kedua anak ini, ibu mereka memutuskan komunikasi. Selama sembilan bulan, Jati tak pernah datang menemui Sean dan Branden. "Ketika akhirnya Ibu benar-benar datang, kami sudah enggan bertemu karena ada begitu banyak masalah. Kami sudah bahagia di California," ucap Sean.
Di sisi lain, Michael melaporkan tindak penelantaran Jati terhadap anak-anaknya ke pengadilan California, kota tempat mereka menikah dulu. Hakim memutuskan, Jati menelantarkan kedua anaknya dan karena itu hak asuh Sean dan Brenden dilimpahkan ke Michael. Pengadilan juga memutuskan, Jati harus mengunjungi Sean dan Brenden secara berkala. "Ibu malah kembali ke Bali dan lagi-lagi memutus komunikasi. Dia juga tak mengirim biaya hidup untuk kami padahal semua bisnis keluarga kami, Ibu yang mengelola."
Kedua kakak-beradik ini mengaku perlu biaya sekolah. Tahun ini, Sean akan segera masuk perguruan tinggi dan disusul Brenden tahun depan. "Saya kirim email ke Ibu, minta bantuan biaya sekolah tapi tak ditanggapi. Kami perlu uang yang Ibu ambil dari kami untuk biaya pendidikan. Bertahun-tahun kami tidak tahu apa yang terjadi dan kami memang tidak ingin tahu apa yang terjadi," ujar Sean yang mengaku, akhirnya tahu semua masalah dari sang ayah. "Tadinya Ayah tak pernah mau cerita. Dia tak mau kami sedih sementara kami penasaran, kenapa Ibu tidak mau menemui kami."
Dari sang ayah, "Kami dengar kabar, Ibu dan keluarganya telah melakukan kejahatan kepada kami dan karena itu Ayah lapor ke polisi Bali. Sayangnya, mereka bukannya membantu, malah menutupi dan melindungi Ibu dan keluarganya. Mereka bahkan tidak menyelidiki laporan Ayah."
Belakangan, karena merasa tak dapat bantuan dari polisi Bali, "Saya dan Brenden melaporkan Ibu ke Mabes Polri atas saran Ayah. Mudah-mudahan jalan ini bisa mengakhiri masalah keluarga kami." Kendati terpaksa melakukan hal itu, "Kami tetap menyintai Ibu. Kami sunguh tidak tahu, kenapa Ibu tidak bisa menyintai kami, malah sebaliknya menelantarkan kami. Kami tahu Ibu melakukan kesalahan. Menurut Ayah, sebenarnya Ibu masih menyayangi kami, hanya saja dia terbawa arus rencananya sendiri. Makanya kami ingin setiap yang terlibat diselidiki."
Sean dan Brenden pun mengaku sedih harus melaporkan ibunya atas perbuatan pidana terhadap keluarganya. "Kami tahu, Ibu bersalah tapi kami rasa ini pilihan terbaik. Betapa pun, dia ibu kami. Kami masih membutuhkan cintanya. Kami rindu punya ibu yang menyintai kami." Masih dengan suara tercekat, Sean menambahkan, "Kami akan memaafkan karena dia selalu ibu kami."
Kecantikan Ni Made Jati si gadis Bali, membuat Michael Donnelly terpikat dan akhirnya mengawininya tahun 1985 di California, AS. Dua tahun kemudian, mereka pulang ke Bali dan mulai merintis bisnis. Karena Michael warga negara asing, semua aset usaha diatasnamakan Ni Made Jati.
Kebahagiaan pasangan ini bertambah seiring lahirnya Sean (1993), disusul Brenden dua tahun kemudian. "Made Jati minta saya mengawininya secara adat Bali tahun 1995. Saya bersedia," kata Michael. Namun, setahun setelah pernikahan adat, Jati malah menggugat cerai. "Yang mengejutkan, dia mengajukan dokumen palsu, seolah-olah saya baru menikahi dia tahun itu. Pengadilan Bali pun tidak mengakui pernikahan kami di California." Alhasil, Sean dan Brenden dianggap anak yang lahir di luar nikah, sehingga Jati tak punya tanggungan atas keduanya.
Pasangan ini resmi bercerai tahun 2007 dan semua aset usaha yang memang atas nama Jati, "Semua diambil dia. Sekarang saya melaporkan dia ke Mabes Polri untuk membuka kasus penelantaran anak. Saya juga akan memperjuangkan aset saya," kata Michael.
Benarkah begitu yang terjadi? Menolak bertemu langsung, Jati akhirnya mau mengklarifikasi tuduhan terhadapnya melalui pesan singkat (SMS). Berikut petikan SMS perempuan pengusaha ini:
"Saya Ni Made Jati. Dapat saya jelaskan sebagai berikut. Dapat dikatakan bahwa anak-anak saya telah dilarikan oleh Michael Donnelly, mantan suami, saya sekitar empat tahun yang lalu dengan alasan pergi ke Amerika untuk berlibur menemui kakek dan neneknya... Panjang sekali ceritanya... Hingga saya dengan susah payah dapat menemukan anak-anak saya di Amerika... Tanpa mengetahui alamat tempat tinggal mereka, dengan bantuan detektif dan pengacara di Amerika saya berupaya mendapatkan hak untuk hanya sekadar berjumpa dengan anak-anak saya... Dan sekarang saya dituduh menelantarkan anak, itu sama sekali tidak benar... saya duga ayahnya lah yang menutup semua komunikasi dengan saya selama mereka di Amerika... dan sekarang saya yang dituduh menelantarkan anak... Itu sama sekali tidak benar... tidak adil... dan sangat kejam memisahkan saya dengan cara-cara seperti ini, dengan anak-anak yang sangat saya cintai.
Tentu saja saya sangat ingin bertemu dengan anak-anak... Pada pertemuan terdahulu dengan Komnas Perlindungan Anak yang diwakili oleh Pak Arist Merdeka Sirait sudah saya tegaskan bahwa pertemuan dengan anak-anak saya minta supaya diadakan di rumah di Bali... Pulang ke rumah... Bicara dengan baik selayaknya orang tua dan anak-anak ... Tanpa dilatarbelakangi atau ditunggangi oleh kepentingan apapun... atau kepentingan siapapun... murni hubungan antara ibu dan anak. . . . Terima kasih."
Jadi, siapa yang berkata benar? Ni Made Jati atau Michael? Entahlah. Yang jelas, di luar kisruh rebutan harta gono-gini ini, bisnis garmen yang ditekuni perempuan ini termasuk sukses. Di Bali saja, ia punya 11 butik. Kabarnya, Jati juga menjual franchise ke luar negeri. Butik Uluwatu, begitu ia memberi nama usahanya, memang mengkhususkan menjual pakaian bordir tangan dengan kualiatas ekspor.
Henry, Krisna
KOMENTAR