Adalah pengacara Farhat Abbas yang melayangkan somasi. Kali ini ditujukan ke PT. Falcon Interactive, perusahaan rekaman yang pekan ini sudah resmi meneken kontrak dengan Briptu Norman Kamaru. Orang pun terkejut. Apalagi, yang dipersoalkan Farhat, seperti yang banyak dilansir media, hanya soal Norman yang berjoget India seperti rekaman di Youtube yang akhirnya mengangkat namanya.
Belakangan diketahui, Farhat, lewat yayasan yang diketuainya, LSM Hajar Indonesia, merasa keberatan Norman berjoget India. Alasannya, jika hal itu tidak diingatkan, suami penyanyi Nia Daniati ini khawatir banyak pemuda Indonesia yang akan mengikuti goyang India. "Itu bisa berbahaya. Tradisi kita akan tergeser," kata Farhat saat dihubungi (Jumat, 6/5) silam. "Memang, teman-teman di LSM Hajar Indonesia yang mempermasalahkan goyang itu."
Soal Etika
Betul hanya soal goyang India yang diributkan Farhat? Tidak juga. Pengacara ini menyebut, ada sejumlah masalah lain yang membuatnya melayangkan somasi ke Falcon, Minggu lalu. Pertama, katanya, Falcon seperti "menyalip di tikungan" alias dengan tiba-tiba melakukan kontrak dengan Briptu Norman. Padahal, Farhat sudah menyiapkan dan merekam enam lagu karyanya untuk Norman.
"Dan salah satu lagunya sudah dibuat video klipnya, juga telah di-upload ke Youtube. Orang sudah banyak yang tahu lagu itu. Sudah sangat populer lah," jelas Farhat. Sampai Jumat (6/5) lalu, video Norman di Youtube itu sudah dikunjungi 308.426 orang.
Pengacara yang memulai kariernya di Bandung ini khawatir, lagu Cinta ciptaan Farhat ini lantas dijadikan bagian dari lagu-lagu yang masuk perjanjian antara Briptu Norman dengan pihak Falcon. Padahal, untuk proses rekaman dan pembuatan video klip itu, dia sudah mengeluarkan banyak biaya. Antara lain, akomodasi Briptu Norman selama di Jakarta. "Belum lagi waktu kami yang tersita," tukasnya.
Selain itu, Briptu Norman juga menyanyikan lagu Cinta setelah teken kontrak dengan Falcon. Yang dipermasalahkan Farhat, lagu itu mirip dengan lagu ciptaannya. "Nah, saya sebagai pencipta lagu jelas keberatan dan merasa terinjak-injak Briptu Norman menyanyikan lagu yang mirip dengan lagu ciptaan saya," tandas Farhat.
Namun, yang membuat Farhat berang, Falcon telah "membocorkan" somasi yang sifatnya intern ini ke media. "Ini yang akan kami tuntut karena telah melakukan pencemaran nama baik," ungkap Farhat yang mengaku tak keberatan Briptu Norman dikontrak Falcon. "Tapi ada etikanya, dong. Kalau dia datang baik-baik ke kantor saya, pasti tidak kami permasalahkan."
Diakui Farhat, sampai detik ini dia memang tak punya ikatan tertulis dengan Briptu Norman. Yang dilakukan Farhat terhadap Norman adalah "kontrak moral". Maksudnya, merekam dan membuat video klip serta menyiapkan akomodasi selama Norman di Jakarta. Farhat sengaja belum mengontrak sang Briptu, karena saat ini Norman masih menjadi "milik" masyarakat dan Polri. "Tidak etis kalau saya langsung mengikatnya."
Ditambahkan Farhat, ia juga merasa dilecehkan dengan harga master rekaman Briptu Norman yang dinilai tak layak. "Falcon menawar master rekaman untuk ring back tone (RBT) dengan harga yang tidak pantas dan perjanjiannya juga tidak menguntungkan saya. Jelas, saya keberatan."
Meski demikian, Farhat tetap membuka pintu musyawarah. "Jika tak ada titik temu, ya, terpaksa kami menggunakan jalur hukum," tandas Farhat yang mengaku sudah menyiapkan jurus untuk menghadapi Falcon. Jurus apa itu. "Jurus ular," kata Farhat sambil terbahak. Nah, bagaimana bentuk jurus itu? Hanya Far-hat yang tahu.
Sukrisna / bersambung
KOMENTAR